XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Minggu, 31 Januari 2010

CASE 39 : Menangani Kasus Supernatural Bocah Perempuan Bermasalah

Tagline:
Some cases should never be opened.

Storyline:
Pekerja sosial yang khusus menangani anak-anak, Emily Jenkins telah menangani 38 buah kasus yang kesemuanya berhubungan dengan kekerasan dalam keluarga yang merugikan putra/putri mereka. Tibalah file terbaru yang disodorkan bosnya Wayne yaitu Lilith, seorang bocah perempuan 10 tahun yang mengalami rencana pembunuhan oleh kedua orangtuanya, Edward dan Margaret. Merasa kasihan dan dihantui trauma masa kecilnya, Emily nekad mengadopsi Lilith di rumahnya. Perlahan-lahan, kejadian demi kejadian yang sulit dijelaskan terjadi dan bencana mulai menimpa orang-orang di sekeliling Emily termasuk kekasihnya, Doug. Siapa sesungguhnya Lilith dan apa kekuatan yang menguasainya?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Paramount Pictures. Saat syuting adegan terbakar, spesial efek yang digunakan di luar kendali dan benar-benar membakar set film yang sudah dibangun termasuk peralatannya. Untungnya tidak ada yang terluka dan syuting dilanjutkan keesokan harinya dengan peralatan yang baru yang dikumpulkan dari berbagai penjuru.

Cast:
Renee Zellweger memulai karir akting secara resmi dalam 8 Seconds (1994) dalam artian namanya tercantum di credit title. Kali ini ia berperan sebagai Emily Jenkins, pekerja sosial simpatik yang cerdas dalam menangani kasus-kasusnya.
Lebih banyak tampil di serial televisi, bintang cilik berusia 16 tahun bernama Jodelle Ferland ini tampil sebagai bocah misterius 10 tahun, Lilith Sullivan.
Terakhir mendukung The Hangover di tahun yang sama, Bradley Cooper bermain sebagai kekasih Emily, Douglas J. Ames.

Director:
Pria kelahiran Jerman bernama Christian Alvart ini menyutradarai film ketiga dan keempatnya di tahun 2009. Selain Case 39 adalah Pandorum yang juga thriller supernatural.

Comment:
Melihat trailernya, saya masih belum menentukan apakah ini thriller psikologis atau horor murni. Nyatanya film ini berjalan di tengah-tengah, sesuatu yang menurut saya unik walau mungkin terkesan tanggung. Plot ceritanya sederhana yang sangat umum, anak adopsi yang bermasalah pada akhirnya. Sepintas mengingatkan kita pada The Orphan yang sangat menggemaskan itu. Beruntung film ini memiliki Zellweger sebagai salah satu castnya. Seperti biasa dia tampil original dan karakternya sangat humanis selayaknya bisa dialami siapa saja dengan reaksi yang juga sangat wajar. Ferland bukanlah Fuhrman yang tampil kuat tetapi cukup memberikan kesan menakutkan dengan tubuh kurus, kulit pucat dan mata besarnya. Alur cerita bergerak sangat lamban terutama di awal film, saya yakin banyak penonton yang menginginkan percepatan di tengah sampai akhir film. Namun sayangnya hal itu tidak terjadi karena adegan-adegannya memang didesain dengan tempo sedemikian rupa untuk menampilkan kejutan demi kejutan yang berusaha disimpan hingga akhir. Pada akhirnya CASE 39 tidaklah berusaha memuaskan pecinta horor karena tampilan wajah iblis hanya muncul beberapa kali tetapi setia dengan pakem thriller psikologis yang selambat kura-kura!

Durasi:
95 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Sabtu, 30 Januari 2010

LEGION : Pertempuran Akhir Peradaban Malaikat dan Manusia

Quotes:
Michael-I knew He'd send you, Gabriel. You were always so eager to please Him.
Gabriel-Unlike you... the rebellious son.

Storyline:
Sebuah resto sekaligus bengkel di tengah perjalanan panjang menyusuri pinggir kota Amerika bernama Paradise Falls tiba-tiba menjadi tempat persinggahan terakhir sekelompok umat manusia yang bertahan hidup. Saat Tuhan kehilangan kepercayaan terhadap umatnya, Ia mengirim sejumlah 'malaikat' berwujud manusia untuk menciptakan kiamat di muka bumi. Saat itulah seorang malaikat bernama Michael membangkang dan memilih untuk menyelamatkan seorang gadis yang tengah mengandung, Charlie beserta kawanannya sebelum benar-benar dimusnahkan kehidupannya.

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Bold Films dan bersyuting di New Mexico, USA termaasuk Galisteo dan Garson Studios, College of Santa Fe.

Cast:
Pernah tampil mengesankan sebagai antagonis Silas dalam The Da Vinci Code (2006), Paul Bettany disini berperan sebagai Michael, malaikat pembangkang yang lebih memilih berada di sisi manusia.
Lucas Black dan Adrianne Palicki bermain sebagai Jeep Hanson dan Charlie, pasangan manusia terakhir yang mungkin ada di muka bumi jika perjuangan mereka berhasil.
Selain itu juga didukung oleh Dennis Quaid sebagai ayah Jeep dan juga Tyrese Gibson sebagai Kyle Williams.

Director:
Selama ini Scott Stewart boleh dibilang lebih berpengalaman di bidang visual efek film-film besar seperti Iron Man dan salah satu franchise Harry Potter, Pirates of the Caribbean, Die Hard dan Superman.

Comment:
Menyaksikan Legion sedikit mengingatkan kita pada beberapa referensi film seperti The Mist, Dawn Of The Dead, 28 Days Later, End Of Days dsb bahkan Terminator! Familiar dengan judul-judul tersebut? Tema kehancuran dunia yang dikombinasikan dengan unsur agama juga proses bertahan hidup sekelompok manusia dari segala serangan monster-monster haus nyawa. Lantas apa lagi yang coba ditawarkan? Dari segi cast, Paul Bettany jarang sekali mengecewakan dalam film-filmnya. Disini ia masih menunjukkan kharismanya walau sedikit tidak konsisten. Quaid seperti biasa tampil cukup maksimal. Selebihnya sedang-sedang saja. Dari segi sutradara, Stewart boleh dibilang mampu memaksimalkan "penampilan" filmnya walaupun dari segi eksekusi, masih perlu banyak peningkatan. 30 menit pertama film bisa dibilang menjanjikan, karena kita belum tahu apa yang akan disuguhkan. Tetapi setelah kemunculan iblis berwujud nenek dan tukang es krim, thriller ini menjadi sedikit lebih mudah ditebak. Beruntung adegan aksi dan pertarungannya dimaksimalkan sehingga ketegangan dan empati penonton mampu dijaga sampai akhir. Sayangnya endingnya terkesan digampangkan dan cenderung tidak masuk akal di beberapa sisi, takut dianggap propaganda agama sehingga cenderung kontroversial?

Durasi:
90 menit

U.S. Box Office:
$17,501,625 in opening week Jan 2010

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Jumat, 29 Januari 2010

18+ : Dinamika Muda Mudi Mempertahankan Cinta

Tagline:
True love never dies

Storyline:
Dua sobat karib, Raka dan Topan memiliki problemanya masing-masing. Topan mencintai Chanisa walau tahu kekasihnya itu mengidap kanker paru-paru yang kronis. Hal tersebut dilakukannya juga sebagai pelarian dari orangtuanya yang sering bertengkar di rumah. Belum lagi gangguan mantan pacarnya, Nayla yang rapuh jiwanya. Sedangkan Raka mengejar Helen sejak perjumpaan pertama walau Helen awalnya menolak akhirnya mereka jadian. Biaya pengobatan yang tinggi mau tidak mau membuat Topan dan Raka memutar otak mencari uang termasuk dari rentenir. Sayangnya keputusan itu malah menyeret keempatnya dalam kronik yang semakin dalam dan sulit terselesaikan.

Nice-to-know:
Diproduksi oleh PT. Kharisma Starvision Plus dan dilakukan gala premiere di Planet Hollywood

Cast:
Samuel Zyglwyn sebagai Raka
Adipati sebagai Topan
Stevanie Nepa sebagai Chanisa
Leylarey Lesesne sebagai Helen
Arumi Bachsin sebagai Nayla

Director:
Terakhir membesut Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets, Nayato Fio Nuala kembali dengan genre serupa yaitu drama remaja yang kelam.

Comment:
Skrip yang ditulis oleh trio Ery Sofid, Eka D Sitorus dan Viva Westi ini sebetulnya cukup solid dari segi tema cerita, hanya saja saya yakin banyak campur tangan dari sang sutradara. Terbukti apa yang disuguhkan pada akhirnya tidak jauh beda dengan karya-karya Nayato sebelumnya termasuk alur lambat, tone warna lembut, lanskap yang sunyi hingga musik hingar bingar (dan kali ini adalah Koil yang dipilih sebagai bintang tamu sekaligus pengisi soundtracknya). Sedikit perbedaan adalah Nayato bermain di sisi maskulinitas kali ini, tidak dari segi feminis sebagaimana biasanya. Kerasnya hidup Raka dan Topan menjadi sorotan utama, dan ditutup dengan ending yang memilukan sekaligus tragis bagi keduanya. Perbaikan? Mungkin, tetapi belum secara keseluruhan. Karakter wanitanya tidak terlalu dominan walau turut memberikan kontribusi. Remaja-remaja tersebut bermain standar dalam artian tidak buruk dan juga tidak bagus-bagus amat. Sayangnya masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang dibiarkan mengambang tanpa penjelasan yang logis. Ah memang rasanya judul dan poster yang provokatif itu saja cukup memancing calon penonton untuk datang menyaksikannya.

Durasi:
95 menit

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Kamis, 28 Januari 2010

PEMBURU HANTU THE MOVIE : Rumah Berhantu dan Bumbu-Bumbu Umum Sinetron

Tagline:
Dakwah, Doa & Dawa

Storyline:
Dua gadis Bandung, Donna dan Vika yang terobsesi mengembangkan diri sepakat hijrah ke Jakarta dan menempati rumah saudara mereka, Ibu Ranty yang sudah bertahun-tahun dikosongkan. Rumah batu tersebut hanya dijaga oleh Pak Budi dan putranya, Ikhsan. Tanpa diduga, Vika selalu melihat penampakan jin, kuntilanak dsb. Bahkan Ibu Ranty dan Donna seringkali kerasukan dan tidak sadarkan diri pada akhirnya. Lewat rujukan, mereka sepakat memanggil Tim Pemburu Hantu untuk menyelesaikan segala kejadian supernatural tersebut. Apa yang sesungguhnya tersimpan pada masa lalu rumah tersebut?


Nice-to-know:
Diproduksi oleh Citra Baru dan adegan awal dibuka dengan tampilan depan Paris Van Java, Bandung yang ternama itu.


Cast:
Poppy Bunga sebagai Vika
Putri Arifanti sebagai Donna
Farah Hatim sebagai Ibu Ranty
Jenny Cortez sebagai Diana
Tenno Ali
Reza Fahlevi
Randy Tanaya

Director:
Namanya masih terdengar asing karena Pemburu Hantu The Movie ini merupakan debut pertama Alamsyah.

Comment:
Diangkat dari serial televisi ke layar lebar, apa yang bisa dilakukan film ini? Di posternya bahkan mencomot logo Ghostbusters, serial televisi yang tenar di awal 1990an itu. Hm, kita kupas satu persatu. Sejam pertama film ini selayaknya sinetron, cerita klise tentang cinta segitiga. Belum lagi dipadu dengan banyolan-banyolan garing pembantu rumah. Kurang? Penampakan hantu wanita bermake-up tebal dan pucat ditambah dengan suasana remang-remang. Plus ornamen-ornamen yang selayaknya muncul dalam film horor seperti darah dari shower, medium kaca, lintah dsb. Semua dibaur menjadi satu! Sangat simpel dan tidak berarti apa-apa, apalagi jajaran cast yang standar kualitas dan aktingnya. Sutradarapun rasanya belum tau perbedaan film layar lebar dengan layar kaca. Oh ya, ada lagi yang lebih parah, tema pemburu hantu yang harusnya menjadi inti cerita ternyata baru dihadirkan di 10-15 menit terakhir film dengan efek-efek sinar yang biasa diperlihatkan di film silat lokal, bahkan tanpa pertarungan langsung dengan hantu-hantu yang seharusnya mereka tumpas. Haiz. Cukup sudah rasanya jika ingin menyiksa diri anda selama kurang dari satu setengah jam di bangku bioskop.

Durasi:
80 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Rabu, 27 Januari 2010

SEAMSTRESS : Teror Arwah Penasaran dan Pembunuh Misterius

Tagline:
A million ways to die......this is the worst.

Storyline:
Allie bersama kelima temannya, Jason, Albert, Dina, Lizzie, Paul berlibur ke sebuah pulau terpencil untuk sekaligus mencari ayahnya yang hilang. Tanpa mereka ketahui, di pulau tersebut pernah terjadi penyiksaan dan pembantaian sekelompok orang di Rumah Sakit terbengkalai oleh beberapa oknum. Sejak awal Allie menyadari mereka tidak sendiri, sang pembunuh masih berkeliaran disertai dengan sesosok arwah perempuan yang pernah meninggal disitu dan menuntut balas. Allie pun harus mencari cara untuk meminimalisir korban berjatuhan selain menghentikan teror tersebut.

Nice-to-know:
Keseluruhan syuting dilakukan di British Columbia, Kanada termasuk Roberts Creek sebagai setting pulau terpencil.

Cast:
Lance Henriksen sebagai Sheriff Virgil Logan
Kailin See sebagai Allie Platt
David Kopp sebagai Jason
James Kirk sebagai Albert
Lara Gilchrist sebagai Dina
Sarah Mutch sebagai Lizzie
Richard Stroh sebagai Paul

Director:
Jesse James Miller sebelumnya menggarap 5 episode 4Real di berbagai negara di tahun 2007.

Comment:
Tidak perlu lagi bersusah payah membahas plot cerita horor thriller dewasa ini. Semuanya satu paket dengan pembunuhan misterius terhadap sekelompok muda-mudi di suatu tempat terpencil. Sedikit perbedaan disini adalah adanya latar belakang penyiksaan yang dilakukan dengan sadis. Prolog film dibuka dengan cukup meyakinkan, sedikit mengingatkan pada Saw yang legendaris itu. Tetapi sayang cuma berhenti sampai disitu. Selebihnya audiens hanya disuguhkan kegelapan dan kesepian yang melanda pulau yang menjadi setting tersebut. Dan mulailah perburuan maut terhadap para protagonisnya. Lupa untuk mengatakan disini ada dua kategori antagonis yaitu satu yang hidup dan satu yang telah mati. Kolaborasi menciptakan teror? Bisa jadi!
Jesse Miller terasa kurang berpengalaman dalam memposisikan dirinya sebagai sutradara film layar lebar. Apalagi proses editing yang dilakukannya membuat film ini terasa tercerai-berai seperti potongan adegan puzzle yang hancur. Proses flashback juga tidak membantu pemahaman cerita aamasekali dan bahkan menimbulkan lebih banyak pertanyaan. Dari jajaran casting sebetulnya tampil cukup natural, di luar faktor Henriksen yang sudah semakin uzur dan tidak diakui lagi eksistensinya di hadapan kamera.
The Seamstress rasanya tidak terlalu pantas disebut film layar lebar, lebih mirip salah satu episode serial televisi Supernatural yang mungkin saja lebih baik dalam bercerita dan menyimpan misteri yang masuk akal.

Durasi:
80 menit

U.S. Box Office:
N/A dengan estimasi bujet $1,500,000.

Overall:
6 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Selasa, 26 Januari 2010

THE ECHO : Suara Misterius Apartemen Sebelah

Tagline:
Open the door... I know you're in there.

Storyline:
Dibebaskan dari masa tahanan dengan status percobaan, Bobby Reynolds menempati apartemen tua bekas ibunya yang meninggal disana beberapa waktu yang lalu. Bekerja sambilan sebagai mekanik di bengkel Houston Auto Repair yang dimiliki Hector Rodriguez, Bobby berusaha memperbaiki hidupnya. Termasuk berdamai dengan mantan pacarnya, Alyssa Foldes yang bekerja sebagai pelayan dan juga mahasiswa design. Lambat laun, Bobby mendengar suara-suara aneh di apartemen sebelahnya termasuk argumen antara petugas polisi yang senang menyiksa istri dan putrinya sendiri. Apakah yang didengarnya itu nyata? Peristiwa apa yang sesungguhnya terjadi?

Nice-to-know:
Merupakan remake dari horor Filipina berjudul "Sigaw".

Cast:
Terakhir tampil gemilang dalam Flags Of Our Father, Jesse Bradford kini memegang peran utama sebagai Bobby Reynolds, mantan napi yang berusaha menata hidupnya kembali.
Kekasihnya Alyssa dimainkan oleh Amelia Warner yang asli Inggris.

Director:
Merupakan debut Hollywood perdana bagi sutradara kelahiran Mindanao bernama Yam Laranas ini.

Comment:
Merupakan perpaduan genre horor dan drama psikologis tanpa banyak kucuran darah, film ini cukup kaya dalam memvisualisasikan ruang sempit sehingga gambar-gambar yang dihasilkan lumayan artistik apalagi didukung dengan atmosfir yang agak menyeramkan. Ceritanya sebetulnya simpel dan tidak banyak eksplorasi. Hal itulah yang menjadikan film ini wajar. Bradford bermain sesuai kapasitasnya, kepala plontos bekas napi serta perangainya yang keras pemberani membuktikan hal itu. Meskipun proyek remake dari karyanya sendiri 4 tahun silam, Laranas tidak gentar dengan aroma Hollywood. Momen horornya dapat dikatakan lumayan walaupun butuh waktu yang cukup panjang untuk membangun suasana tersebut. Jika anda belum pernah menyaksikan versi aslinya "Sigaw", The Echo yang juga memperhatikan konstruksi penceritaannya rasanya akan cukup menarik bagi anda terutama dikarenakan ada twist di endingnya bahwa hantu memang ada di sekitar kita.

Durasi:
90 menit

Asian Box Office:
PHP 2,741,718 (Philippines) till end of Oct 2009

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Senin, 25 Januari 2010

NEW YORK, I LOVE YOU : Antologi Romansa Berbagai Sudut Kota New York

Tagline:
Every moment another story begins
.

Storyline:
New York yang dikenal sebagai kota penuh cinta di Amerika Serikat. Atas dasar itulah beberapa kisah cinta dibahas disini dengan berbagai variasi yang belum pernah dibayangkan anda sebelumnya. Perasaan spontan, mengejutkan, menggetarkan menggambarkan hubungan antar manusia yang juga memicu detak jantung kota yang berlangitkan Manhattan yang indah.


Nice-to-know:

Sutradara peraih Oscar, Anthony Minghella meninggal dunia sebelum menyelesaikan segmennya yang akhirnya digantikan oleh Shekhar Kapur. Total syuting adalah 36 hari dan sempat dipertunjukkan secara singkat pada Toronto Film Festival bulan September 2008.

Cast:
Sebagian besar diisi oleh aktor-aktris Hollywood.
Bradley Cooper sebagai Gus (segment "Allen Hughes")
Natalie Portman sebagai Rifka (segment "Mira Nair")
Blake Lively sebagai Girlfriend (segment "Brett Ratner")
Shia LaBeouf sebagai Jacob (segment "Shekhar Kapur")
Ethan Hawke sebagai Writer (segment "Yvan Attal")
Rachel Bilson sebagai Molly (segment "Jiang Wen")
Justin Bartha sebagai Sarah's Boyfriend (Transitions)
Orlando Bloom sebagai David (segment "Shunji Iwai")
Anton Yelchin sebagai Boy in the Park (segment "Brett Ratner")
Hayden Christensen sebagai Ben (segment "Jiang Wen")
Christina Ricci sebagai Camille (segment "Shunji Iwai")
Robin Wright Penn sebagai Anna (segment "Yvan Attal")
John Hurt sebagai Waiter (segment "Shekhar Kapur")
James Caan sebagai Mr. Riccoli (segment "Brett Ratner")
Maggie Q sebagai Call Girl (segment "Yvan Attal")
Andy Garcia sebagai Garry (segment "Jiang Wen")
Chris Cooper sebagai Alex (segment "Yvan Attal")
Julie Christie sebagai Isabelle (segment "Shekhar Kapur")
Shu Qi sebagai Chinese herbalist

Director:
Beberapa sutradara ternama dari berbagai benua seperti Eropa, Asia, Amerika dll turut ambil bagian lewat segmennya masing-masing.
Fatih Akin
Yvan Attal
Allen Hughes
Shunji Iwai
Jiang Wen
Joshua Marston
Mira Nair
Brett Ratner
Randall Balsmeyer
Shekhar Kapur
Natalie Portman

Comment:
Seharusnya bisa lebih variatif dan menjangkau seluruh jenis masyarakat New York yang tengah haru-biru karena problematika cinta tetapi nyatanya tidak. Dari jajaran sutradara sebetulnya menjanjikan, keanekaragaman warna bisa jadi andalan utama. Namun yang ditawarkan sedikit kosong, seperti kertas putih yang belum selesai digambar secara sempurna. Profesionalitas masing-masing sutradara yang sudah banyak makan asam garam terlihat belum mampu membesut secara maksimal termasuk sederetan cast yang mumpuni tetapi seakan mubazir. Hanya Christensen, Bilson, Hawke dan Maggie Q yang cukup "berjiwa" dalam peranannya. Kesalahan utama di durasi filmkah? Kita semua tahu membuat gabungan beberapa film pendek menjadi satu tontonan yang utuh tidaklah mudah. Nyatanya kelemahan skrip dan cerita juga patut dicermati disini. Urutan penyajian cerita juga harusnya mendapat perhatian sehingga jeda antar segmen bisa lebih dimaksimalkan penonton untuk mencerna apa yang baru saja mereka saksikan. Perbedaannya dengan film sejenis yaitu Paris Jet'aime adalah konsep yang tidak lebih abstrak dan style yang lebih berani walau terkesan berantakan. Meskipun kritik yang cukup pedas saya berikan, semoga tidak menghalangi anda menyaksikan New York I Love You. Yang penting jangan berekspektasi terlalu tinggi, siapa tahu anda punya pendapat yang berbeda!

Durasi:
95 menit

U.S. Box Office:
$1,585,859 till Dec 09

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Minggu, 24 Januari 2010

NINE : Obsesi Sutradara Cari Inspirasi Hidup

Quotes:
Luisa Contini-Thank you. Guido Contini-What for? Luisa Contini-Thank you for reminding me I'm not special. You don't even see what you do to me. Even the moments I think are ours, it's just... you working to get what you want.

Storyline:
Sutradara film yang arogan dan berego tinggi, Guido Contini kesulitan mencari visi dan skrip yang pas untuk film terbarunya yang berjudul Italia. Karya ke-9 nya itu direncanakan akan megah dengan menghebohkan sesuai janjinya pada saat konferensi pers. Seminggu sebelum syuting dimulai, Guido mencoba mencari jawaban dan inspirasi dari wanita-wanita dalam hidupnya termasuk ibu, istr, simpanan, pengasuh dsb. Dan selagi profesinya perlahan-lahan mulai menghancurkan kehidupan pribadinya sendiri, Guido harus menemukan keseimbangan antara menciptakan seni yang baik dan bertahan dari kemauan-kemauan obsesif terdalamnya.

Nice-to-know:
Awalnya peran Guido diberikan untuk Javier Bardem yang juga memenangkan Oscar Aktor Pendukung Terbaik di tahun yang sama dengan Day-Lewis yang menang Aktor Utama tetapi mengundurkan diri di tengah-tengah karena merasa terlalu lelah bermain film. Selain itu, sejumlah aktris cantik tenar seperti Catherine Zeta-Jones, Amy Adams, Anne Hathaway, Sienna Miller, Katie Holmes, Renee Zellweger sempat dikabarkan akan mengisi jajaran cast walau akhirnya batal.

Cast:
Pria kelahiran Inggris 52 tahun yang lalu bernama Daniel Day-Lewis ini adalah satu aktor berkualitas terbukti dengan 2 piala Oscar yang berhasil digenggamnya terakhir dari There Will Be Blood (2007). Kali ini ia bermain sebagai Guido Contini, sutradara sekaligus produser ambisius yang tengah menyiapkan proyek film terbarunya.
Sederetan aktris top berkualitas Oscar juga turut menghiasi film ini mulai dari Marion Cotillard (Luisa Contini), Penélope Cruz (Carla), Nicole Kidman (Claudia), Judi Dench (Lilli), Kate Hudson (Stephanie), Stacy Ferguson (Saraghina) dan Sophia Loren (Mamma).

Director:
Rob Marshall pernah mendapat nominasi sutradara terbaik pada ajang Oscar 2003 lewat Chicago (2002). Kali ini 8 tahun berlalu dengan genre serupa, ia kembali dengan bintang-bintang yang lebih variatif.

Comment:
Dapat dikatakan proyek yang ambisius melihat usaha Rob Marshall dalam mengulangi magis yang sama saat menggarap Chicago. Sayangnya Marshall yang terlalu perfeksionis justru terkesan tidak fokus pada penggarapan ceritanya. Gaya teaterikal yang diusungnya memang efektif menampilkan aksi panggung yang sangat menarik termasuk kostum, make-up, lighting, koreografer dll. Lagu-lagunya tidak terlalu outstanding ataupun berlirik tajam, sebagian justru terbantu dengan musik Latin yang dinamis. Dari segi cast jangan ditanya. Day-Lewis menunjukkan improvisasi yang brilian dengan aksen Italia nya. Dari penampil aktris-aktris cantik tersebut, menurut saya Fergie yang paling outstanding dengan bermain pasir dalam tariannya. Sedangkan Cruz teramat seksi, mungkin sepanjang karirnya bermain film. Lain halnya dengan Cotillard yang memiliki penjiwaan dalam sebagai istri yang tersingkirkan. Durasi yang terlalu panjang juga agak mengganggu karena terasa membosankan bagi penonton, terbukti sebagian besar seringkali mengecek jam tangannya atau melongok ponselnya. Alhasil Nine adalah pertunjukan solo para aktrisnya yang sepintas memukau tetapi tidak berdampak apapun pada kualitas film secara keseluruhan yang masih terkesan tercerai-berai. Meskipun demikian film ini dikonstruksikan dengan sangat baik terutama dari segi sinematografi, hanya saja tidak berisi apapun yang bermakna. Kita lihat saja di ajang Oscar beberapa pekan mendatang apakah bisa mengulangi sukses Chicago?

Durasi:
110 menit

U.S. Box Office:
$18,291,164 till mid Jan 2010

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Sabtu, 23 Januari 2010

THE BOX : Tombol Satu Juta Dollar Berkonsekuensi Mengerikan

Quotes:
Norma Lewis-You sure do ask a lot of questions.

Walter Lewis-And now you're avoiding them.


Storyline:
Pasangan suami-istri Norma dan Arthur Lewis yang tinggal di pinggir kota bersama putra mereka Walter tiba-tiba menerima hadiah kotak kayu dari seseorang misterius bernama Arlington Steward. Pesannya hanya satu yaitu menerima sejuta dollar apabila dalam waktu 24 jam mau menekan tombol dalam kotak tersebut. Bukannya tanpa konsekuensi, karena aksi tersebut dapat menyebabkan kematian seseorang di suatu tempat di muka bumi yang tidak mereka kenal. Dilema dalam membuat keputusan atas kotak mereka sendiri, Arthur dan Norma harus mempertahankan moral dan kewarasan yang bisa jadi kunci tepat dari semua misteri yang ada.

Nice-to-know:
Film yang mengacu pada referensi angka 13 setidaknya empat kali dalam durasinya ini melakukan keseluruhan syuting di Massachusetts, USA.

Cast:
Tampil serius dalam 2 filmnya di tahun 2009 termasuk My Sister's Keeper, Cameron Diaz disini bermain sebagai Norma Lewis, seorang istri yang mengalami cacat kakinya.
Angkat nama lewat beberapa serial televisi tahun 1990an termasuk The Nanny, James Marsden kebagian karakter Arthur Lewis, salah satu jenius pekerja NASA.
Baru saja dinominasikan sebagai Aktor Pendukung Terbaik di ajang Oscar lewat Frost/Nixon (2008), Frank Langella memerankan tokoh antagonis misterius, Arlington Steward.

Director:
Sutradara muda usia 34 tahun bernama Richard Kelly ini mengawali karirnya sekaligus penulis cerita The Goodbye Place (1996). The Box adalah film kelimanya.

Comment:
Kata yang paling pas mewakili film ini adalah MEMBINGUNGKAN! Menit-menit awal kita diajak mengenal pasangan Lewis dan kondisi kehidupan lingkungan sekitar mereka yang bisa dikatakan janggal. Gaya yang sama yang dipakai sang sutradara selayaknya Donnie Darko dan Southland Tales sehingga tidak heran jika sebelum satu jam, beberapa penonton sudah angkat kaki. Sisanya yang bertahan hanya termangu di kursi dan tidak menyadari samasekali apa yang baru saja mereka saksikan selama hampir dua jam duduk di dalam bioskop! Saya hanya menangkap sekitar 35% dari inti cerita yang ditawarkan, itupun hanya berupa interpretasi yang tidak pasti. Berterima kasihlah pada kinerja Langella yang menciptakan karakter mengerikan dan juga Marsden yang tertekan dengan semua fakta yang mungkin saling terkait. Diaz nanti dulu, sulit menyaksikannya bermain serius. Kelly selaku pengeksekusi cukup berani mengambil resiko dengan tampil beda menggunakan visi kreatif dalam menerjemahkan cerita yang juga unik. Jika anda hanya mencari hiburan semata, jauhi film ini yang jelas-jelas mengutamakan elemen-elemen film yang dalam, kaya, kompleks dan mampu memprovokasi hal-hal spiritualisme, ekstensialisme dan fenomena alam. Pesan saya, berdiskusilah dengan teman nonton anda setelahnya! Jangan lupakan kata-kata Tuan Steward sebagai berikut: "Your house is a box which you live in. The car that you drove to work is a box, on wheels. When you return home from work you sit in front of a box with moving images. You watch until the mind and soul rots and the box that is your body deteriorates, when finally you are placed into the ultimate box... to rest under the soil and earth."

Durasi:
105 menit

U.S. Box Office:
$14,961,931 till Dec 2009

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Jumat, 22 Januari 2010

JEJAK DARAH : Pengguguran Kandungan Malpraktek Kosmetik

Storyline:
Mischa dan Jessica bersahabat sejak SMA. Masalah mulai muncul saat Mischa merahasiakan kehamilannya akibat perbuatan pacarnya Reno dan meminta Jessica mengantarnya ke suatu klinik dan tidak kembali lagi. Beberapa waktu kemudian, Mischa ditemukan tewas di kamar kosnya. Lima tahun setelah kejadian itu, Jessica mulai mengalami kejadian supernatural dimana arwah seorang gadis cilik terus menguntitnya mulai dari rumah sampai kantor. Dalam kepanikannya, Jessica bertemu kembali dengan Reno yang sudah bekerja sebagai fotografer pernikahan. Berdua mereka mengenang masa lalu dan mulai mengumpulkan petunjuk demi petunjuk atas apa yang terjadi pada Mischa dahulu. Siapakah arwah gadis kecil tersebut dan apa tujuannya?

Nice-to-know:
Diangkat dari novel best seller karangan Chris X alias Chris Santosa.

Cast:
Debut layar lebar pertama bagi Mentari langsung mendapat peran utama sebagai Jessica, gadis paranoid yang diganggu penampakan setelah kematian sahabat dekatnya beberapa tahun lalu.
Setelah beberapa kali terakhir bermain komedi, Dimas Aditya terjun ke horor kembali sebagai Reno yang berusaha tegar setelah kematian misterius mantan pacar yang dicintainya.
Pernah mendukung Lawang Sewu (2008), Thalita Latief tampil sekilas di awal film sebagai Mischa.
Tokoh antagonis diperankan oleh aktor kawakan Robby Tumewu sebagai dokter malpraktek.

Director:
Namanya masih terdengar asing karena Jejak Darah merupakan debut pertama Nur Hidayat.

Comment:
Novelnya yang cukup terdengar di kalangan pembaca karena dicetak ulang berkali-kali mungkin satu-satunya daya tarik film ini. Jajaran cast sebetulnya cukup bisa diandalkan. Namun pemasangan nama Mentari sebagai tokoh utama bisa dibilang cukup berjudi. Penjiwaannya dengan ekspresi ketakutan masih terlalu datar dan kurang meyakinkan. Tapi itu tidak sepenuhnya kesalahan dia karena skrip pun tidak mendukung. Konseptual cerita yang sebetulnya menarik menjadi tidak spesial sama sekali saat diformat dalam film layar lebar. Alur ceritanya berjalan lambat dengan pengadeganan yang sangat monoton sehingga penonton akan merasa cepat bosan. Hal ini mungkin juga disebabkan faktor sutradara yang kurang berpengalaman dalam memaksimalkan segala potensi yang ada. Isu penggunaan janin/plasenta bayu untuk bahan dasar produk kosmetik memang sudah didengungkan bertahun-tahun silam, sayangnya Jejak Darah kurang tepat mengetengahkannya. Apalagi tanpa promosi yang memadai dan kemunculan tiba-tiba di tengah slot film lokal yang berbagai macam rasanya tidak heran jika film ini akan flop di pasaran.

Durasi:
90 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Kamis, 21 Januari 2010

RUMAH DARA : Pembantaian Sadis Sekeluarga Psikopat

Tagline:
Horor menemukan seorang ibu

Storyline:
Sambil menantikan kelahiran anak pertamanya, pasangan suami istri muda, Adjie dan Astrid sepakat pergi ke Bandung bersama tiga temannya, Alam, Jimi dan Eko sekaligus usaha Adjie untuk mencoba berdamai dengan adik kandungnya, Ladya selepas kematian kedua orangtua mereka. Pertemuan terakhir sebelum Adjie berangkat ke Sydney tersebut mulai terganggu saat mobil yang mereka tumpangi dihadang oleh seorang gadis yang tengah labil paska dirampok bernama Maya. Mencoba berbaik hati, Adjie dkk mengantarkan Maya ke rumahnya dimana mereka bertemu dengan ibu Maya yang misterius, Dara dan juga saudara kandungnya, Adam. Perjamuan makan malam berbuntut ketidaksadaran masing-masing pun bisa jadi mimpi buruk terakhir mereka di dunia.

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Merah Production yang bekerjasama dengan beberapa perusahaan film asing kecil sehingga terwujudlah versi panjang Rumah Dara yang sudah ditunggu-tunggu ini.

Cast:
Shareefa Danish berhasil memenangkan predikat Aktris Terbaik dalam Puchon International Fantastic Film Festival 2009 lewat peran ibu muda bernama Dara yang sadis misterius ini.
Julie Estelle yang beken lewat trilogi Kuntilanak kali ini didapuk sebagai Ladya, gadis muda yang berusaha bangkit dari trauma kematian orangtuanya.
Arifin Putra dan Imelda Therinne bermain cukup meyakinkan sebagai Adam dan Maya, kakak beradik psikopat.
Ario Bayu dan Sigi Wimala kebagian karakter suami istri Adjie dan Astrid yang tengah hamil tua.
Jangan lupakan penampilan VJ Mike Lucock, Daniel Mananta dan komedian Aming.

Director:
The Mo Brothers yang terdiri dari Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel sebelumnya dipuji saat mengarahkan dua film pendek yang bergenre thriller yakni Sendiri (2003) dan Dara (2007).

Comment:
Beberapa tahun lalu, sebuah film pendek berjudul Dara yang diputar di iNafff sempat menghebohkan penikmat film nasional dan sempat menjadi bagian penutup film antologi keroyokan, Takut (The Faces of Fear). Tuntutan untuk dikembangkan menjadi film panjang pun terus bermunculan hingga akhirnya duet muda kreatif The Mo Brothers sepakat menggarap skenarionya dengan matang. Hasilnya? Selama 95 menit anda akan dicekam oleh kengerian dan ketegangan sekaligus. Dari segi cast, semuanya merupakan nama-nama tenar di perfilman tanah air dan tampil cukup baik terutama Shareefa yang outstanding dimana bahasa tubuh, ekspresi dan intonasinya sangat meyakinkan sebagai seorang psikopat yang terganggu jiwanya. Inilah slasher thriller lokal sejati karena menggunakan darah yang melimpah dan penuh dengan adegan sadis lewat beberapa instrumen seperti pisau lipat, pisau dapur, pedang, senapan hingga gergaji listrik! Tak bisa dipungkiri, film ini banyak mendapat inspirasi dari genre sejenis asal Thailand ataupun Hollywood, tetapi tidak apa sejauh Dara direncanakan dengan penuh perhitungan. Dengan intensitas tinggi yang terus memuncak sampai endingnya, alhasil anda mungkin akan gemas dan deg-degan sekaligus di bangku bioskop seperti halnya yang dialami sebagian besar penonton saat saya menyaksikannya. Thumbs up!

Durasi:
95 menit

Overall:
8 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Rabu, 20 Januari 2010

14 BLADES : Membekuk Pengkhianat Pasukan Pengawal Kaisar

Tagline:
An elite force above the law licensed to kill!

Storyline:
Dinasti Ming, Pasukan Elite Pengawal Kaisar yang bernama Jin Yiwei anggotanya direkrut dari anak-anak jalanan yatim piatu untuk kemudian dilatih bermacam-macam ilmu bela diri baik dengan/tanpa senjata. Masing-masing dari mereka dibekali 14 pisau yaitu 8 untuk menyiksa, 5 untuk membunuh dan 1 yang terbuat dari emas untuk bunuh diri jika gagal dalam tugas.
Masalah mulai timbul saat Pangeran Qing memberontak dan bekerjasama dengan kasim Jia Jingzhong lalu menjebak pemimpin Jin Yiwei yakni Qing Long untuk merebut sebuah kotak rahasia yang disimpan pejabat istana Zhao Shenyan. Apa sesungguhnya isi kotak tersebut? Bagaimana Qinglong menghadapi musuh tak terlihat yang membayangi dirinya?

Nice-to-know:
Reuni kedua Vicky dan Donnie setelah Painted Skin walaupun disana Donnie hanya kebagian peran pendukung saja.

Cast:
Donnie Yen sebagai Green Dragon / Qing Long
Vicky Zhao Wei sebagai Hua Qiao
Wu Chun sebagai Judge
Kate Tsui sebagai Tuo Tuo
Qi Yuwu sebagai Wu Xuan
Sammo Hung Kam-Bo sebagai Prince Qing
Damian Lau sebagai Zhao Shenyan
Law Kar-Ying sebagai Jia Jing Zhong
Wu Ma sebagai Jiao Zhong
Chen Kuan Tai sebagai Water Moon Monk

Director:
Daniel Lee sebelum ini menggarap Three Kingdoms: Resurrection of the Dragon (2008).

Comment:
Sebagian besar plot cerita berfokus pada karakter yang diperankan keduanya dalam memperjuangkan apa yang diangggap benar sekaligus percikan-percikan api di antara mereka.
Donnie sebagai Qing Long merupakan pilihan tepat, ia memperlihatkan emosi yang baik sebagai seorang pemimpin yang terluka karena dikhianati tetapi harus terus berjuang. Satu adegan yang memperlihatkan tato di bagian atas tubuhnya yang terpahat dengan baik juga semakin mempertegas ketangguhannya. Vicky sebagai Hua Qiao tidak jauh berbeda dengan apa yang dipertontonkannya dalam Mu Lan dan jujur tipikal pejuang wanita yang dibawakannya selalu menarik di mata saya. Pendatang baru Kate Tsui juga patut diperhitungkan disini, aura pembunuhnya sangat kuat dengan ekspresi yang datar dan dingin. Masih banyak nama-nama tenar di luar ketiga tersebut di atas yang juga perform sesuai standar yang dibutuhkan.
14 pisau yang dijadikan judul film dikatakan memiliki keunikan masing-masing tetapi sayangnya tidak akan kita lihat disini karena ini bukanlah film superhero. Yang cukup dominan dipertunjukkan adalah pisau milik Qing Long yang tersimpan dalam kotak panjang yang kokoh sekaligus berfungsi sebagai senjata pamungkasnya. Adegan pertarungannya memang cukup dominan tapi tidak digarap dengan detail yang jeli, hanya terbantu dari settingnya yang dikonsep dengan indah dari satu tempat ke tempat yang lain. Thumbs up bagi sutradara Daniel Lee yang memaksimalkan spesial efek tanpa harus terlihat palsu.
14 Blades bukanlah film sempurna dengan rating yang bagus seperti IP Man ataupun Bodyguards and Assassins tetapi tetap sebuah suguhan yang menghibur dan tidak basi walaupun elemen-elemen dalam film sudah berulangkali ditayangkan dalam berbagai versi. Tentunya faktor kecemerlangan Donnie dan Vicky serta kinerja desainer kostum yang gemilang menjadi nilai plus tersendiri disini.

Durasi:
115 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Selasa, 19 Januari 2010

DESCENT PART II : Kembali Terjebak Di Gua Pemangsa

Quotes:
Vaines-What are those things?
Juno-Death.

Storyline:
Regu penyelamat berpengalaman diantaranya Dan, Greg dan Cath mencari enam wanita yang hilang di gua pegunungan Appalachian. Sementara itu seorang pengemudi truk menemukan Sarah yang terluka dan amnesia karena shock dan dibawa ke RS Hyett County. Sheriff Vaines mencurigai Sarah membunuh kelima temannya sehingga memutuskan melakukan pencarian lagi ke Gua Boreham bersama wakilnya Rios dan regu penyelamat yang dipimpin Dan itu. Seiring perjalanan ke dasar bumi, perlahan-lahan ingatan Sarah kembali dan memicu kepanikan tim ekspedisi tersebut yang menyebabkan kelongsoran. Kini mereka harus mencari jalan keluar di dalam kegelapan sambil memerangi mimpi buruk Sarah sekali lagi.

Nice-to-know:
Syuting kebanyakan dilakukan di Inggris dan Skotlandia termasuk Taman Ashridge dan Hutan Bourne.

Cast:
Dua pemeran utama wanitanya, Shauna Macdonald dan Natalie Jackson Mendoza melanjutkan peran mereka di tahun 2005 sebagai Sarah Carter dan Juno Kaplan.
Krysten Cummings sebagai Ellen Rios
Douglas Hodge sebagai Dan Shephard

Director:
Film Descent Part II ini menjadi debut penyutradaraan Jon Harris setelah menjadi editor prekuelnya di tahun 1995.

Comment:
Sebuah film indie buatan Inggris di tahun 2005 berjudul The Descent di luar dugaan menjadi hit di bioskop Indonesia dan bertahan cukup lama di beberapa layar. Saya ingat menyaksikan midnight show di Plaza Senayan studio 5 pada waktu itu tanpa ekspektasi apapun tetapi pada akhirnya cukup puas karena ketegangan yang dihadirkan sepanjang film.
Tibalah sekuelnya 4 tahun kemudian dan masuk lewat jaringan Blitz Megaplex. Prolog film langsung melanjutkan apa yang menjadi ending prekuelnya. Semua digiring kembali ke TKP yang mengerikan itu. Lantas adakah hal baru yang ditawarkan? Rasanya tidak. Semua sudah bisa ditebak kemana jalur cerita menuju. Sedikit twist di ending coba dilakukan meski tidak mampu membuang kebiasaan thriller serupa. Sebagai sebuah sekuel, Descent Part II ini tidaklah terlalu mengecewakan karena beberapa scene masih menawarkan kejutan, kengerian, kesadisan, darah bercucuran yang cenderung bisa dinikmati pecinta film genre ini. Hanya saja kelemahan karakterisasi yang dibangun tidak berhasil membuat audiens peduli pada nasib para tokohnya meskipun chemistry Sarah dan Juno sedikit mengalami pengembangan yang berarti. Sepertinya minim pengalaman sutradara Harris cukup berpengaruh disini. Hm, semoga saja tidak ada part ketiganya di masa mendatang apalagi jika melakukan pengulangan yang itu-itu saja tanpa menyadari pengurangan aspek plus sebuah thriller yang baik.

Durasi:
90 menit

U.K. Box Office:
£674,550 till early Jan 2010.

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Senin, 18 Januari 2010

MARGOT AT THE WEDDING : Dua Saudari dan Rahasia Pahit Keluarga

Quotes:
Claude-Did she poop in her pants? Margot-It happens to everyone, not just babies. It will happen to you too someday.

Storyline:
Potongan kehidupan berkeluarga yaitu saudari, suami, anak-anak, sejarah, rahasia dan kecemburuan! Margot dan bocah remaja kecilnya, Claude berangkat dari Manhattan menuju Long Island tempat kelahirannya ditemani saudari perempuannya, Pauline dan anak perempuannya. Kedatangan Margot didasarkan pada pernikahan kedua Pauline dengan Malcolm yang pecundang dalam minggu ini. Diskusi keluarga antar kedua saudari tersebut diteruskan Margot pada putranya. Ketidaksukaan Margot pada Malcolm semakin jelas terlihat dan merendahkannya. Akankah pada akhirnya Margot memberikan restu yang tulus pada Pauline?

Nice-to-know:
Awalnya berjudul "Nicole at the Beach" sebagai penghormatan kepada Eric Rohmer. Namun saat Nicole Kidman bermain, judul pun berubah.

Cast:
Sebelum ini tampil dalam proyek remake bersama Daniel Craig yaitu The Invasion, Nicole Kidman berperan sebagai Margot, orangtua tunggal yang membesarkan putranya Claude yang dimainkan oleh Zane Pais.
Tokoh pasangan yang akan menikah yakni Malcolm dan Pauline diberikan pada duo J, Jack Black dan Jennifer Jason Leigh.

Director:
Pria kelahiran New York bernama Noah Baumbach ini terakhir mengarahkan film kelimanya yaitu The Squid and the Whale (2005).

Comment:
Totalitas akting membuat Kidman, Jason Leigh dan Black sempat tinggal bersama dalam satu atap untuk benar-benar masuk dalam karakter mereka sebagai anggota keluarga kelas menengah dengan problemnya masing-masing. Potret dua saudari Kidman dan Jason Leigh sepintas benar-benar serupa satu sama lain dengan pemikiran yang kompleks. Black juga memiliki interpretasi yang unik dengan karakternya. Sang sutradara juga sedikit mengangkat isu incest, pedofilia dalam keluarga. Ia boleh dibilang berhasil menerjemahkan kedalaman tema menjadi skrip yang tajam dengan beberapa esensi yang kuat di dalamnya. Dikategorikan sebagai drama komedi hitam tetapi film ini sangat berat untuk dinikmati. Walaupun ceritanya simpel tetapi memiliki kedalaman sendiri terlebih jika anda memikirkannya sebagai sebuah renungan setelah menontonnya. Endingnya tidak menawarkan kesimpulan apa-apa tetapi interpretasi anda sendirilah yang akan menjelaskannya. Jelas bukan film yang bisa dinikmati khalayak umum begitu saja karena rumit dan membosankan.

Durasi:
90 menit

U.S. Box Office:
$1,959,420 till Jan 2008

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Minggu, 17 Januari 2010

DID YOU HEAR ABOUT THE MORGANS? : Perlindungan Saksi Bagi Pasangan Di Ambang Perceraian

Quotes:
Paul Morgan-Lucky I booked ahead and got the table next to the mayonnaise.


Cerita:
Kesuksesan karir masing-masing tidak membuat Paul dan Meryl Morgan dapat mempertahankan pernikahan mereka. Seminggu sekali, mereka harus menemui konseling rumah tangga. Hingga pada suatu malam, tanpa sengaja keduanya memergoki pembunuhan berencana yang dilakukan oleh Clay Wheeler. Demi melindungi saksi, kepolisian Manhattan memutuskan untuk mengasingkan mereka ke kota kecil Wyoming untuk sementara waktu sampai pembunuhnya tertangkap. Namun keterbatasan teknologi dan akses informasi menyulitkan Paul dan Meryl dalam bertransaksi. Kedekatan mereka kembali pun tak bisa dipungkiri. Akankah pada akhirnya pasangan Morgan tersebut bisa rujuk sekaligus terbebas dari ancaman pembunuhan?

Nice-to-know:
Setting kota Wyoming dilakukan di Mexico City termasuk ranch di Pecos dan bagian endingnya di rodeo area yaitu Galisteo.


Cast:

Memulai karir akting di usia 22 tahun lewat peran kecil dalam Privileged (1982), Hugh Grant disini bermain sebagai Paul Morgan yang selalu setuju terhadap apapun juga.

Terkenal lewat peran Carrie Bradshaw di serial televisi sukses, Sex and the City (1998-2004), Sarah Jessica Parker memerankan Meryl Morgan atau Meryl Foster yang perfeksionis di berbagai bidang.
Memegang tokoh antagonis Clay Wheeler adalah Sam Elliott. Sedangkan suami istri yang membantu pasangan Morgan adalah Vincenzo Amato dan Natalia Klimas sebagai Girard dan Monique Rabelais.


Director:
Ketiga kalinya pria kelahiran New York 50 tahun lalu bernama Marc Lawrence ini bekerjasama dengan Hugh Grant setelah sebelumnya menggarap Music and Lyrics (2007).


Comment:
Plotnya sebetulnya menarik tetapi digarap dengan ala kadarnya. Berapa banyak film yang pernah mengangkat tema orang kota kelas atas yang berusaha menyesuaikan hidup di pedesaan? Juga pasangan suami istri yang memiliki masalah perkawinan dan mencoba rujuk kembali? Atau saksi pembunuhan yang berbalik menjadi target? Familiar bukan? Hal-hal itulah yang diketengahkan Did You Hear About The Morgans? Yang menjual disini hanyalah castnya. Jessica Parker tampil sebagaimana biasanya dengan pesona wanita karier sukses yang memiliki masalah cinta. Namun tidak demikian dengan Grant yang sepertinya tampil penuh tekanan sejak awal film. Alhasil chemistry diantara keduanya terasa dipaksakan apalagi didukung oleh dialog-dialog yang sangat tidak mendukung. Ide utama tentang perlindungan saksi hanya berhembus di menit-menit awal dan disambung di menit-menit akhir! Apalagi ini adalah jaman modern, bukan jaman dahulu dimana perburuan kejahatan masih begitu merepotkan. Tidak ada yang spesial dari film ini, hanya komedi romantis yang dapat diterka awal hingga akhirnya begitu saja. Beberapa elemen humor yang coba disisipkan juga tidak banyak membantu. Sayang sekali!

Durasi:
100 menit

U.S. Box Office:
$28,346,423 till beginning of Jan 2010

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Sabtu, 16 Januari 2010

THE SPY NEXT DOOR : Agen Rahasia Sahabat Anak-anak

Quotes:
Bob Ho-If a man marries you, he marries all four of you.
Gillian-Don't forget the pig, the cat, and the turtle.

Storyline:
Sudah lama Bob Ho berkencan dengan tetangganya, Gillian yang memiliki 3 orang anak masing-masing Farren, Ian dan Nora. Sayangnya ketiganya tidak menyukai Bob lebih karena takut ditinggalkan Gillian. Tanpa mereka tahu, Bob adalah seorang agen rahasia Cina yang diutus CIA untuk menghentikan Poldark sebagai tugas terakhirnya. Saat Bob berencana melamar Gillian dan menjalani hidup tenang, Ian tanpa sengaja mengunduh formula super rahasia dari komputer Bob. Poldark yang bebas dan bekerjasama dengan kawanan mafia Rusia kembali ke kehidupan Bob yang harus pontang-panting menyelamatkan calon ketiga anak tirinya yang nakal itu di luar pengawasan ibunya.

Nice-to-know:
Dikarenakan judul serupa sudah pernah digunakan setidaknya dalam dua judul sebelumnya, tim produksi mensponsori kontes manipulasi foto di Worth 1000 untuk menghasilkan imej realistis dari dunia yang dikuasai agen rahasia,

Cast:
Terakhir bermain dalam produksi Cina, The Founding of a Republic (2009), Jackie Chan disini didaulat sebagai Bob Ho, agen rahasia CIA yang harus menghadapi tiga anak bandel calon istrinya
Amber Valletta sebagai Gillian
Madeline Carroll sebagai Farren
Will Shadley sebagai Ian
Alina Foley sebagai Nora
Magnús Scheving sebagai Poldark (as Magnus Scheving)
Billy Ray Cyrus sebagai Colton James
George Lopez sebagai Glaze


Director:
Brian Levant boleh dibilang sutradara spesialis film keluarga segmentasi anak-anak. Layar lebar pertamanya adalah Problem Child 2 (1991) yang disusul dengan Beethoven (1992).

Comment:
Film dibuka dengan potongan klip sepia dari film-film lawas Jackie Chan baik dari Hongkong maupun Hollywood, mungkin untuk mengingatkan saja betapa karir Jackie yang sudah cukup panjang. Atau sebagai excuse jika ia banyak memakai jasa stuntman dikarenakan usia yang sudah semakin menua ataupun gerakannya yang melambat? Mungkin saja. Premis film ini mengingatkan kita pada The Pacifier yang menjual nama Vin Diesel. Banyak kemiripan tetapi Jackie bukanlah Vin, setidaknya style mereka sangat berbeda.
Plotnya bisa diduga, Bob dan Gillian yang jatuh cinta dan harus menghadapi kenakalan ketiga anak janda tersebut sekaligus memerangi musuhnya sendiri di situasi yang serba terjepit. Beruntung Jackie tidak terlalu mengumbar aksinya disini di tengah keterbatasan fisiknya. Ditambah dengan aksesoris kacamata, wajahnya benar-benar terlihat nerdy. Sayang chemistrynya dengan Valetta terasa sangat dipaksakan dan berbagi scene hanya di awal dan akhir saja. Carroll, Shadley, Foley bermain cukup natural walaupun sedikit komikal. Karakter protagonis disini bisa dikatakan tidak penting dan hanya sebagai pelengkap saja.
Beruntung sutradara Levant sangat "paham" formula film keluarga yang fasih dan audience-friendy sehingga The Spy Next Door cukup berhasil sebagai film penghibur keluarga terutama anak-anak yang menjadi target utamanya. Semua adegan aksi beraksen humor yang ditampilkan memang terasa over-the-top and not-so-important tetapi percayalah itu akan cukup menghadirkan tawa asal buang jauh-jauh dahulu ekspektasi anda sebelum menyaksikan film ini.

Durasi:
90 menit

U.S. Box Office:
$24,268,828 till March 2010.

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Jumat, 15 Januari 2010

SSH.. JADIKAN AKU SIMPANAN : Kursus Menjadi Gadis Simpanan Kelas Satu

Storyline:
Hobinya berbelanja membuat Pamela kesulitan menentukan masa depannya dengan profesi bergaji tinggi. Bertekad menjalani casting bersama sahabat setianya Gino, Pamela malah kebagian peran pengganti kuntilanak dan syuting di malam hari. Lewat temannya Gino, Pamela akhirnya dikenalkan oleh Miss Tisya, ketua perkumpulan Mekar Sari. Perkumpulan yang mendidik gadis-gadis untuk menjadi wanita simpanan yang mandiri termasuk Nining yang sudah senior dan Angel yang juga seorang pemula. Akhirnya Pamela pun bertekad menjalani latihan demi latihan hingga ia lulus. Namun apakah itu yang sesungguhnya diinginkan hati nuraninya?


Nice-to-know:
Diproduksi oleh perusahaan lawas, PT Virgo Putra Film yang bersetting di sebuah rumah mewah yang megah dan juga beberapa mall ternama di Jakarta seperti Pacific Place dll.


Cast:
Tampil beda dari biasanya seperti perannya dalam LoVe (2008), Acha Septriasa didaulat sebagai Pamela, gadis lugu yang akan melakukan apapun untuk bisa hidup mewah.
Terakhir bermain dalam Jeritan Kuntilanak, Julia Perez disini menjabat sebagai wanita simpanan nomor satu perkumpulan Mekar Sari yang menguasai segala trik.
Zidni Adam memerankan Gino, cowok polos yang diam-diam mencintai sahabatnya sendiri.
Penampilan Ayu Azhari sebagai wanita simpanan senior, Nining turut menyegarkan suasana film ini.

Director:
Terakhir menggarap The Real Pocong yang cukup apik itu, Hanny R Saputra kali ini bereksperimen dengan drama komedi ringan yang bisa diikuti siapa saja yang sudah cukup umur tentunya karena banyak adegan dewasa di dalamnya.

Comment:
Dua pertiga film ini bisa dikatakan bergaya slapstick. Mengapa? Tema wanita simpanan yang cukup sensitive disajikan dengan fun dan kocak, lengkap dengan suara-suara binatang terutama ringkikan kuda sebagai impersonisasi adegan bercinta. Dari segi cast, Jupe lah yang paling menguasai layar. Penampilannya sebagai wanita seksi yang menggoda bisa dibilang yang terbaik sepanjang karir aktingnya. Lihat saja bahasa tubuh dan ekspresi wajahnya terasa sensual walau tetap dalam batas kewajaran. Sedangkan Acha terasa kurang pas sebagai gadis yang ‘bertransformasi’ karena secara fisik, tidak ada perubahan berarti yang bisa dilakukannya. Sang sutradara sedikit banyak terpengaruh oleh film-film Hollywood yang memanjakan wanita dengan fashion sehingga mood film cukup terbantu. Sayangnya kepiawaiannya menggarap genre horor, malah berusaha dibawa kesini. Alhasil beberapa scene lengkap dengan background musiknya “cukup menyeramkan” walau sebetulnya sangat tidak diperlukan. Pada akhirnya Ssh.. Jadikan Aku Simpanan hanya terbatas pada hiburan belaka yang bisa ditertawakan dengan sedikit pesan moral. Kekurangannya hanya di logika karakterisasinya, tidak didukung oleh motif yang jelas ataupun masuk akal dalam melakukan itu semua.

Durasi:
90 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Kamis, 14 Januari 2010

TOILET 105 : Misteri Hilangnya Siswi dan Toilet Sekolahan

Tagline:
Semua toilet ada penunggunya..

Storyline:
Tiga sekawan yang juga playboy SMU Bina Persada masing-masing Okta, Ical dan Rio terang-terangan mendekati Marsya, siswi baru pindahan dari Perancis. Padahal Okta sudah memiliki pacar, Viola dan ganknya yang juga suka menindas anak-anak baru. Wakil kepala sekolah, Ibu Endang berulangkali mengingatkan siswa-siswinya untuk menerima Marsya dan dibantu suaminya, Pak Wahyu yang juga seorang guru bimbingan. Keluguan Marsya membuatnya sering terlibat masalah tetapi ada satu yang mengganggunya yaitu penampakan hantu siswi di toilet sekolah. Apa hubungannya dengan menghilangnya Adelia beberapa waktu yang lalu? Rahasia apa yang sesungguhnya disembunyikan?

Nice-to-know:
Diproduksi MVP Pictures yang awalnya berencana tayang bulan November 2009 yang lalu tapi mengalami penundaan beberapa saat. Lokasi sekolah pada umumnya dan toilet pada khususnya menjadi setting utama film ini.

Cast:
Ricky Harun
kembali dengan tipikal peranannya yaitu siswa playboy mesum Okta, tidak jauh dari apa yang diperlihatkannya di dua sekuel Pulau Hantu.

Pendatang baru Coralie Gerald didapuk sebagai Marsya, siswi pindahan dari Perancis yang lancar berbahasa Indonesia-Inggris selayaknya Cinta Laura.
Suami istri guru, Wahyu dan Endang diperankan Indra Birowo dan Suty Karno yang sudah lama menghilang dari perfilman nasional.
Jangan lupakan cameo Aming di awal dan akhir film sebagai satpam sekolah.

Director:
Terakhir membesut horor erotis Darah Perawan Bulan Madu (2009), Hartawan Triguna kali ini mengangkat horor komedi yang diangkat dari novel remaja berjudul sama.

Comment:
Tema klise yang digarap dengan sentuhan yang begitu-begitu saja. Itulah kesan yang muncul sejak awal menyaksikan Toilet 105. Dari segi penokohan dan karakterisasi terasa serba tanggung. Tanpa mengeksplorasi tokoh Marsya yang harusnya kesulitan menyesuaikan budaya dari Eropa ke Asia. Trio Okta, Ical dan Rio yang harusnya bersinergi menciptakan kekonyolan juga tidak dimaksimalkan. Peran guru dan aktifitas di sekolah juga terkesan ala kadarnya. Alhasil skenario yang pas-pasan menjadi semakin miskin tanpa improvisasi yang cukup yang seharusnya dilakukan sutradara. Unsur horror juga diperlihatkan lewat make-up dan seragam SMU yang berdarah-darah saja berikut spesial efek sederhana yang dibantu oleh lighting, tidak menyeramkan sama sekali. Keseluruhan isi cerita dan arah filmpun bisa ditebak penonton dengan mudah. Satu-satunya yang mungkin menjadi kelebihan film ini adalah setidaknya mencoba bercerita dengan runut. Ohya angka 105 di judul film ini sebetulnya tempelan belaka. Silakan anda tebak sendiri maknanya setelah menonton film ini.

Durasi:
80 menit

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6

6-poor

6.5-poor but still watchable
7-average

7.5-average n enjoyable

8-good
8.5-very good

9-excellent

No such perfect 9.5 or 10!

Rabu, 13 Januari 2010

MESSENGERS 2 : THE SCARECROW

Tagline:
The beginning of the end.


Cerita:
John dan Mary beserta putra putri mereka, Lindsey dan Michael mengandalkan hidup di peternakan dengan bertani jagung. Sayangnya beberapa panen terakhir gagal karena serangan sekumpulan gagak terhadap jagung-jagung tersebut. Dalam keputus asaannya, John menemukan orang-orangan sawah di lumbungnya. Meski diperingatkan putranya yang tidak menyukai ide tersebut, John tetap memasang itu di ladang jagungnya. Ajaib keesokan harinya, semua burung gagak ditemukan mati tanpa sebab. John pun membakar bangkai-bangkai tersebut. Beberapa waktu kemudian, panen sukses dan John bisa bernafas lega. Namun keanehan demi keanehan mulai terjadi termasuk beberapa kasus pembunuhan. Benarkah semua peristiwa itu dipicu oleh kekuatan jahat orang-orangan sawah tersebut?


Nice-to-know:
Berlokasi di Sofia, Bulgaria, semua set dalam film ini yaitu rumah, lumbung dan ladang jagung dibangun langsung di tempat untuk syuting selama 18 hari.


Cast:

Pernah tampil dalam beberapa film yang cukup dikenal termasuk awal karirnya dalam Mimic (1997), Noorman Reedus bermain sebagai petani frustrasi yang mulai bertingkah aneh, John Rollins.

Istri John beserta kedua anak mereka, Lindsey dan Michael masing-masing diperankan oleh Heather Stephens, Claire Holt dan Laurence Belcher.

Director:
Sutradara kelahiran Denmark 35 tahun yang lalu, Martin Barnewitz baru menggarap 9 film sebelumnya yang sebagian besar produksi Eropa dan langsung diedarkan dalam format home video.

Comment:
Dirilis langsung ke dalam bentuk DVD termasuk di Indonesia dengan bandrol 17,500 rupiah. Anehnya beberapa saat kemudian, diputuskan main di bioskop dengan rilis terbatas dan tiba-tiba semua DVD originalnya menghilang dari pasaran! Plotnya memang sangat sederhana dan kurang dapat dicerna oleh akal sehat, seperti comotan dari Children of the Corn dan Jeepers Creepers 2. Sebagai sebuah film horor, terornya memang tidak banyak dan cenderung hanya mengandalkan imajinasi penonton yang disuguhkan beberapa adegan cepat diakhiri dengan muncratan darah segar. Dari segi akting, para pemainnya samasekali tidak buruk. Bahkan Reedus dan Stephens menampilkan chemistry yang baik sebagai suami istri yang berjuang mempertahankan keluarga mereka. Paruh pertama film lebih menarik karena suspensi terjaga dan unsur drama terwakili dengan baik. Namun paruh kedua terutama menjelang akhir saat orang-orangan sawah mulai berjalan-jalan dengan suara aneh cukup mengganggu. Pertanyaan-pertanyaan yang semula membingungkan malah dijawab dengan twist yang sedikit mengada-ngada sehingga membuat penonton bertanya-tanya mengapa mereka menyaksikan ini. Tidak terlalu memiliki hubungan dengan prekuelnya The Messengers, film bersub titel The Scarecrow ini masih dapat dikatakan lumayan untuk film kategori B dengan bujet 2 juta dollar saja (dari rencana awal 15 juta).

Durasi:
90 menit

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!