Storyline:
Mischa dan Jessica bersahabat sejak SMA. Masalah mulai muncul saat Mischa merahasiakan kehamilannya akibat perbuatan pacarnya Reno dan meminta Jessica mengantarnya ke suatu klinik dan tidak kembali lagi. Beberapa waktu kemudian, Mischa ditemukan tewas di kamar kosnya. Lima tahun setelah kejadian itu, Jessica mulai mengalami kejadian supernatural dimana arwah seorang gadis cilik terus menguntitnya mulai dari rumah sampai kantor. Dalam kepanikannya, Jessica bertemu kembali dengan Reno yang sudah bekerja sebagai fotografer pernikahan. Berdua mereka mengenang masa lalu dan mulai mengumpulkan petunjuk demi petunjuk atas apa yang terjadi pada Mischa dahulu. Siapakah arwah gadis kecil tersebut dan apa tujuannya?
Nice-to-know:
Diangkat dari novel best seller karangan Chris X alias Chris Santosa.
Cast:
Debut layar lebar pertama bagi Mentari langsung mendapat peran utama sebagai Jessica, gadis paranoid yang diganggu penampakan setelah kematian sahabat dekatnya beberapa tahun lalu.
Setelah beberapa kali terakhir bermain komedi, Dimas Aditya terjun ke horor kembali sebagai Reno yang berusaha tegar setelah kematian misterius mantan pacar yang dicintainya.
Pernah mendukung Lawang Sewu (2008), Thalita Latief tampil sekilas di awal film sebagai Mischa.
Tokoh antagonis diperankan oleh aktor kawakan Robby Tumewu sebagai dokter malpraktek.
Director:
Namanya masih terdengar asing karena Jejak Darah merupakan debut pertama Nur Hidayat.
Comment:
Novelnya yang cukup terdengar di kalangan pembaca karena dicetak ulang berkali-kali mungkin satu-satunya daya tarik film ini. Jajaran cast sebetulnya cukup bisa diandalkan. Namun pemasangan nama Mentari sebagai tokoh utama bisa dibilang cukup berjudi. Penjiwaannya dengan ekspresi ketakutan masih terlalu datar dan kurang meyakinkan. Tapi itu tidak sepenuhnya kesalahan dia karena skrip pun tidak mendukung. Konseptual cerita yang sebetulnya menarik menjadi tidak spesial sama sekali saat diformat dalam film layar lebar. Alur ceritanya berjalan lambat dengan pengadeganan yang sangat monoton sehingga penonton akan merasa cepat bosan. Hal ini mungkin juga disebabkan faktor sutradara yang kurang berpengalaman dalam memaksimalkan segala potensi yang ada. Isu penggunaan janin/plasenta bayu untuk bahan dasar produk kosmetik memang sudah didengungkan bertahun-tahun silam, sayangnya Jejak Darah kurang tepat mengetengahkannya. Apalagi tanpa promosi yang memadai dan kemunculan tiba-tiba di tengah slot film lokal yang berbagai macam rasanya tidak heran jika film ini akan flop di pasaran.
Durasi:
90 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar