Semua toilet ada penunggunya..
Storyline:
Tiga sekawan yang juga playboy SMU Bina Persada masing-masing Okta, Ical dan Rio terang-terangan mendekati Marsya, siswi baru pindahan dari Perancis. Padahal Okta sudah memiliki pacar, Viola dan ganknya yang juga suka menindas anak-anak baru. Wakil kepala sekolah, Ibu Endang berulangkali mengingatkan siswa-siswinya untuk menerima Marsya dan dibantu suaminya, Pak Wahyu yang juga seorang guru bimbingan. Keluguan Marsya membuatnya sering terlibat masalah tetapi ada satu yang mengganggunya yaitu penampakan hantu siswi di toilet sekolah. Apa hubungannya dengan menghilangnya Adelia beberapa waktu yang lalu? Rahasia apa yang sesungguhnya disembunyikan?
Nice-to-know:
Diproduksi MVP Pictures yang awalnya berencana tayang bulan November 2009 yang lalu tapi mengalami penundaan beberapa saat. Lokasi sekolah pada umumnya dan toilet pada khususnya menjadi setting utama film ini.
Cast:
Ricky Harun kembali dengan tipikal peranannya yaitu siswa playboy mesum Okta, tidak jauh dari apa yang diperlihatkannya di dua sekuel Pulau Hantu.
Pendatang baru Coralie Gerald didapuk sebagai Marsya, siswi pindahan dari Perancis yang lancar berbahasa Indonesia-Inggris selayaknya Cinta Laura.
Suami istri guru, Wahyu dan Endang diperankan Indra Birowo dan Suty Karno yang sudah lama menghilang dari perfilman nasional.
Jangan lupakan cameo Aming di awal dan akhir film sebagai satpam sekolah.
Director:
Terakhir membesut horor erotis Darah Perawan Bulan Madu (2009), Hartawan Triguna kali ini mengangkat horor komedi yang diangkat dari novel remaja berjudul sama.
Comment:
Tema klise yang digarap dengan sentuhan yang begitu-begitu saja. Itulah kesan yang muncul sejak awal menyaksikan Toilet 105. Dari segi penokohan dan karakterisasi terasa serba tanggung. Tanpa mengeksplorasi tokoh Marsya yang harusnya kesulitan menyesuaikan budaya dari Eropa ke Asia. Trio Okta, Ical dan Rio yang harusnya bersinergi menciptakan kekonyolan juga tidak dimaksimalkan. Peran guru dan aktifitas di sekolah juga terkesan ala kadarnya. Alhasil skenario yang pas-pasan menjadi semakin miskin tanpa improvisasi yang cukup yang seharusnya dilakukan sutradara. Unsur horror juga diperlihatkan lewat make-up dan seragam SMU yang berdarah-darah saja berikut spesial efek sederhana yang dibantu oleh lighting, tidak menyeramkan sama sekali. Keseluruhan isi cerita dan arah filmpun bisa ditebak penonton dengan mudah. Satu-satunya yang mungkin menjadi kelebihan film ini adalah setidaknya mencoba bercerita dengan runut. Ohya angka 105 di judul film ini sebetulnya tempelan belaka. Silakan anda tebak sendiri maknanya setelah menonton film ini.
80 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar