Quotes:
Otis-[Doris has let two strangers in need of help - Tanner and Jessica - into the house] Doris, what the hell are you doing?
Doris-Jesus would let these two in here.
Otis-Yeah, but he knows if they slit his throat he'll be back in three days! Doris-Otis, that is blasphemy,
Otis-And this here is crazy.
Cerita:
Tahun 2004, dua pengelola motel Meadowview yakni Gordon dan Reece memasang kamera pada 6 kamarnya untuk menjual video porno dari tamu-tamu yang menginap. Sampai pada suatu ketika, bisnis mereka sepi dan bertemu dengan Smith, pembunuh maniak yang merencanakan kerjasama berdarah. Tak lama kemudian, Caleb yang tengah bepergian bersama sahabatnya, Tanner dan tunangannya, Jessica ke Chicago sepakat bermalam di Meadowview tanpa menyadari bahaya yang mengintai. Bagaimana kelanjutan nasib mereka?
Gambar:
Hanya bersetting semalam penuh di motel Meadownview yang terpencil, suasana mencekam berhasil dibangun dengan pencahayaan yang minimalis dengan tata ruang terbatas.
Cast:
Agnes Bruckner sebagai Jessica
David Moscow sebagai Gordon
Scott G. Anderson sebagai Smith
Arjay Smith sebagai Tanner
Trevor Wright sebagai Caleb
Sutradara:
Karier Eric Bross lebih banyak dalam penyutradaraan serial televisi atau film format video. Satu-satunya karyanya yang cukup menonjol sejauh ini adalah Stranger Than Fiction (2000).
Comment:
Meskipun muncul setelah Vacancy (2007), film bersub judul The First Cut ini merupakan sebuah prekuel. Dengan label straight-to-dvd alias tidak layak tayang di bioskop, jajaran cast sebetulnya tampil lumayan, terlepas dari beberapa tindakan bodoh yang klise. Namun dari plot cerita tergolong lemah dan lebih merupakan pengulangan dari apa yang sudah-sudah. Twist yang diberikan di ending pun terasa dipaksakan dan tidak masuk akal. Satu-satunya segi yang menarik adalah suasana ketegangan yang cukup terjaga sepanjang film terutama di bagian awal. Selebihnya jangan terlalu berharap banyak dan tolong lepaskan ingatan anda dari thriller Vacancy nya Beckinsale-Wilson saat menyaksikannya. Itu akan membantu anda menikmati Vacancy 2 ini.
Durasi:
85 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
XL #PerempuanHebat for Kartini Day
THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day
Senin, 28 September 2009
Minggu, 27 September 2009
HORSEMEN : Pembunuh Berantai Mengatasnamakan Kitab Wahyu
Tagline:
Come and see. Four victims. Four painful secrets.
Cerita:
Detektif senior, Aidan Breslin secara psikologis jauh dari kedua putranya, si remaja Alex dan si kecil Sean terutama sejak kematian istri tercintanya beberapa tahun lalu. Selagi menangani kasus pembunuhan berantai yang sangat kejam, Aidan menemukan fakta bahwa hal tersebut dipicu oleh kejadian di Kitab Wahyu yang menyebutkan empat penunggang kuda penyebab kiamat yaitu Perang, Kekeringan, Penyakit dan Maut. Berpacu dengan waktu, Aidan berusaha memecahkan kasus tersebut dengan segala petunjuk yang ada termasuk dari Kristin, anak dari salah satu korban pembunuhan yang misterius.
Gambar:
Beberapa gambar kekerasan hasil penyiksaan ditampilkan cukup eksplisit sehingga terasa memilukan. Kontras dengan pencahayaan gelap sepanjang film.
Act:
Aktor kawakan berusia 55 tahun ini pertama kali bermain layar lebar dalam I Never Promised You a Rose Garden (1977). Kali ini Dennis Quaid berperan sebagai Aidan Breslin, seorang detektif yang dituntut mendahulukan profesinya sehingga mengabaikan keluarganya sendiri.
Mengawali debutnya dalam The Road Home (1999), Zhang Ziyi disini bermain sebagai Kristin, gadis anak korban pembunuhan yang merupakan salah satu kunci pembunuhan berantai tersebut.
Dikenal setelah bermain dalam Thumbsucker (2005), Lou Taylor Pucci sebagai Alex, anak Aidan yang beranjak dewasa.
Clifton Collins Jr. sebagai Stingray, rekan kerja Aidan.
Sutradara:
Nama Jonas Akerlund lebih banyak terlibat sebagai sutradara video klip artis-artis terkenal yakni Metallica, Blink 182, Madonna dsb. Horsemen merupakan film layar lebar kelima yang digarapnya.
Komentar:
Salah satu film yang setia dengan konsep kucing tikus pembunuhan berantai yang misterius, mengingatkan pada Silence Of The Lambs, Se7en atau bahkan Saw. Diawali dengan sangat menjanjikan tetapi berangsur menjadi antiklimaks hingga endingnya. Hal tersebut sedikit banyak disebabkan kinerja sutradara Akerlund yang kurang berhasil. Dari jajaran cast, Quaid seperti biasa tampil memikat dengan emosi dan penjiwaan yang konsisten dalam perannya sebagai detektif dan seorang ayah, sedangkan yang lainnya hanya standar saja termasuk Zhang yang tampaknya sedikit kesulitan berbahasa Inggris. Kepingan cerita yang terangkai untuk sebuah twist pada endingnya sebenarnya cukup baik, hanya saja tidak didukung oleh dialog yang pintar sehingga paruh akhir film mungkin saja sudah bisa diduga oleh sebagian besar penonton. Beberapa yang religius, mungkin menganggap plot ceritanya konyol. Namun bagi saya, terlepas dari segala kekurangannya, Horsemen tetaplah sebuah tontonan menarik.
Durasi:
90 menit
Europe Box Office:
$1,017,401 in March 2009.
Overall:
7.5 out of 10
Penilaian:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Come and see. Four victims. Four painful secrets.
Cerita:
Detektif senior, Aidan Breslin secara psikologis jauh dari kedua putranya, si remaja Alex dan si kecil Sean terutama sejak kematian istri tercintanya beberapa tahun lalu. Selagi menangani kasus pembunuhan berantai yang sangat kejam, Aidan menemukan fakta bahwa hal tersebut dipicu oleh kejadian di Kitab Wahyu yang menyebutkan empat penunggang kuda penyebab kiamat yaitu Perang, Kekeringan, Penyakit dan Maut. Berpacu dengan waktu, Aidan berusaha memecahkan kasus tersebut dengan segala petunjuk yang ada termasuk dari Kristin, anak dari salah satu korban pembunuhan yang misterius.
Gambar:
Beberapa gambar kekerasan hasil penyiksaan ditampilkan cukup eksplisit sehingga terasa memilukan. Kontras dengan pencahayaan gelap sepanjang film.
Act:
Aktor kawakan berusia 55 tahun ini pertama kali bermain layar lebar dalam I Never Promised You a Rose Garden (1977). Kali ini Dennis Quaid berperan sebagai Aidan Breslin, seorang detektif yang dituntut mendahulukan profesinya sehingga mengabaikan keluarganya sendiri.
Mengawali debutnya dalam The Road Home (1999), Zhang Ziyi disini bermain sebagai Kristin, gadis anak korban pembunuhan yang merupakan salah satu kunci pembunuhan berantai tersebut.
Dikenal setelah bermain dalam Thumbsucker (2005), Lou Taylor Pucci sebagai Alex, anak Aidan yang beranjak dewasa.
Clifton Collins Jr. sebagai Stingray, rekan kerja Aidan.
Sutradara:
Nama Jonas Akerlund lebih banyak terlibat sebagai sutradara video klip artis-artis terkenal yakni Metallica, Blink 182, Madonna dsb. Horsemen merupakan film layar lebar kelima yang digarapnya.
Komentar:
Salah satu film yang setia dengan konsep kucing tikus pembunuhan berantai yang misterius, mengingatkan pada Silence Of The Lambs, Se7en atau bahkan Saw. Diawali dengan sangat menjanjikan tetapi berangsur menjadi antiklimaks hingga endingnya. Hal tersebut sedikit banyak disebabkan kinerja sutradara Akerlund yang kurang berhasil. Dari jajaran cast, Quaid seperti biasa tampil memikat dengan emosi dan penjiwaan yang konsisten dalam perannya sebagai detektif dan seorang ayah, sedangkan yang lainnya hanya standar saja termasuk Zhang yang tampaknya sedikit kesulitan berbahasa Inggris. Kepingan cerita yang terangkai untuk sebuah twist pada endingnya sebenarnya cukup baik, hanya saja tidak didukung oleh dialog yang pintar sehingga paruh akhir film mungkin saja sudah bisa diduga oleh sebagian besar penonton. Beberapa yang religius, mungkin menganggap plot ceritanya konyol. Namun bagi saya, terlepas dari segala kekurangannya, Horsemen tetaplah sebuah tontonan menarik.
Durasi:
90 menit
Europe Box Office:
$1,017,401 in March 2009.
Overall:
7.5 out of 10
Penilaian:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 25 September 2009
KETIKA CINTA BERTASBIH 2 : Proses Agamais Pencarian Jodoh dan Jati Diri
Cerita:
Kembalinya Azzam di tanah air setelah menyelesaikan kuliahnya disambut meriah karena berduaan dengan artis Eliana yang juga anak Kedubes Mesir. Sebagai sarjana lulusan universitas Al-Azhar, Azzam menanggung beban tersendiri yakni mencari nafkah sekaligus calon istri yang sesuai kriteria. Awalnya Azzam mencoba bisnis jasa antar paket lalu kembali ke makanan. Sementara itu ibu dan adik-adiknya juga sibuk mencarikan gadis terbaik untuk Azzam. Bagaimana pula dengan kelanjutan hubungan Anna dan Furqon yang dirundung bimbang?
Gambar:
Tidak seperti bagian pertamanya yang banyak menyorot keindahan Mesir, episode lanjutan ini bersettingkan suasana lokal di Jakarta, Yogyakarta, Magelang, Solo, dan Kudus.
Act:
Konsistensi kelima artis baru tersebut cukup lumayan untuk membintangi dua episode layar lebar. Dibantu dengan kemunculan beberapa aktor-aktris senior yang cukup dominan berhasil menyemarakkan jajaran cast.
Kholidi Asadil Alam sebagai Khairul Azzam
Oki Setiana Dewi sebagai Anna Althafunisa
Alice Sofie Norin sebagai Eliana Pramesti
Andri Arsyil sebagai Furqon
Meyda Sefira sebagai Ayatul Husna
Rahmi Nurulina sebagai Lia
Deddy Mizwar sebagai Kiai Lutfi
Niniek L Karim sebagai Ibu Azzam
Didukung pula oleh dua tokoh baru yaitu Dude Herlino dan Asmirandah.
Sutradara:
Kembalinya Chaerul Umam setelah absen 12 tahun dari perfilman nasional dimana karya terakhirnya adalah Fatahillah. Salah satu sutradara senior bertangan dingin ini dituntut bisa menerjemahkan novel best seller Habiburrahman El Shirazy dan mampu dijawabnya dengan baik.
Komentar:
Bagian pertama yang memfokuskan pada karakterisasi tokoh-tokoh utamanya ternyata jauh lebih menarik daripada pembahasan sekaligus penyelesaian konflik antar tokoh-tokohnya pada bagian kedua ini. Mengapa? Penyajiannya cenderung datar dikarenakan dramatisasinya tidak berhasil dibangun dengan baik. Alhasil plot cerita pun menjadi mudah ditebak, terutama bagi mereka yang sudah membaca bukunya. Beberapa hal yang seharusnya bisa menimbulkan unsur kejutan, tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Klimaksnya pun terkesan biasa saja. Secara keseluruhan jika memandang KCB sebagai mega film hanyalah sebuah drama yang sedap dipandang, mudah diikuti dan cukup bermakna bagi kaum tertentu, tidak ada yang spesial kalau mau dikatakan kelasnya hanya sedikit di atas sinetron ataupun film televisi. Sangat disayangkan!
Durasi:
130 menit
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Kembalinya Azzam di tanah air setelah menyelesaikan kuliahnya disambut meriah karena berduaan dengan artis Eliana yang juga anak Kedubes Mesir. Sebagai sarjana lulusan universitas Al-Azhar, Azzam menanggung beban tersendiri yakni mencari nafkah sekaligus calon istri yang sesuai kriteria. Awalnya Azzam mencoba bisnis jasa antar paket lalu kembali ke makanan. Sementara itu ibu dan adik-adiknya juga sibuk mencarikan gadis terbaik untuk Azzam. Bagaimana pula dengan kelanjutan hubungan Anna dan Furqon yang dirundung bimbang?
Gambar:
Tidak seperti bagian pertamanya yang banyak menyorot keindahan Mesir, episode lanjutan ini bersettingkan suasana lokal di Jakarta, Yogyakarta, Magelang, Solo, dan Kudus.
Act:
Konsistensi kelima artis baru tersebut cukup lumayan untuk membintangi dua episode layar lebar. Dibantu dengan kemunculan beberapa aktor-aktris senior yang cukup dominan berhasil menyemarakkan jajaran cast.
Kholidi Asadil Alam sebagai Khairul Azzam
Oki Setiana Dewi sebagai Anna Althafunisa
Alice Sofie Norin sebagai Eliana Pramesti
Andri Arsyil sebagai Furqon
Meyda Sefira sebagai Ayatul Husna
Rahmi Nurulina sebagai Lia
Deddy Mizwar sebagai Kiai Lutfi
Niniek L Karim sebagai Ibu Azzam
Didukung pula oleh dua tokoh baru yaitu Dude Herlino dan Asmirandah.
Sutradara:
Kembalinya Chaerul Umam setelah absen 12 tahun dari perfilman nasional dimana karya terakhirnya adalah Fatahillah. Salah satu sutradara senior bertangan dingin ini dituntut bisa menerjemahkan novel best seller Habiburrahman El Shirazy dan mampu dijawabnya dengan baik.
Komentar:
Bagian pertama yang memfokuskan pada karakterisasi tokoh-tokoh utamanya ternyata jauh lebih menarik daripada pembahasan sekaligus penyelesaian konflik antar tokoh-tokohnya pada bagian kedua ini. Mengapa? Penyajiannya cenderung datar dikarenakan dramatisasinya tidak berhasil dibangun dengan baik. Alhasil plot cerita pun menjadi mudah ditebak, terutama bagi mereka yang sudah membaca bukunya. Beberapa hal yang seharusnya bisa menimbulkan unsur kejutan, tidak dimanfaatkan dengan maksimal. Klimaksnya pun terkesan biasa saja. Secara keseluruhan jika memandang KCB sebagai mega film hanyalah sebuah drama yang sedap dipandang, mudah diikuti dan cukup bermakna bagi kaum tertentu, tidak ada yang spesial kalau mau dikatakan kelasnya hanya sedikit di atas sinetron ataupun film televisi. Sangat disayangkan!
Durasi:
130 menit
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Kamis, 24 September 2009
MAX MANUS : Perjalanan Hidup Ahli Sabotase Norwegia Kontra NAZI
Quotes:
Colonel J.S. Wilson-Why do you want to be a saboteur, Max?
Max Manus-My country was stolen from me, Sir... and I want it back.
Cerita:
Setelah memerangi komunis di Finlandia, Max Manus kembali ke Norwegia, yang sedang dikuasai kaum NAZI. Max bergabung dengan gerakan pertahanan Norwegia dengan menerbitkan surat kabar tetapi berakhir dengan ditangkapnya dia oleh tentara Jerman. Dengan bantuan seorang suster, Max berhasil kabur ke Skotlandia dan dilatih sebagai ahli sabotase. Dengan kemampuan barunya itu, Max bersama Gram dan yang lainnya secara gemilang berhasil menghancurkan kapal persediaan Jerman. Kontan ia menjadi buruan spesial bagi Komandan Siegfried Wolfgang Fehmer. Bagaimana kemelut tersebut dapat diakhiri dengan damai?
Gambar:
Sebagian besar bersetting di Norwegia dan Skotlandia termasuk Ardkinglas House dan Inveraray di Argyll and Bute, Skotlandia. Adegan sabotase pun terlihat nyata dan gerakan NAZI Jerman seakan benar-benar terjadi.
Act:
Meraih Best Actor Amanda Award 2009 untuk film ini, Aksel Hennie yang asli Norwegia memang bermain cemerlang sebagai Max Manus yang gagah berani sekaligus bernyawa sembilan.
Agnes Kittelsen sebagai Ida Nikoline 'Tikken' Lindebrække.
Nicolai Cleve Broch sebagai Gregers Gram.
Ken Duken sebagai Siegfried Fehmer.
Christian Rubeck sebagai Kolbein Lauring.
Knut Joner sebagai Gunnar Sønsteby.
Mats Eldøen sebagai Edvard Tallaksen (as Mads Eldøen).
Sutradara:
Joachim Rønning dan Espen Sandberg pernah menyutradarai Bandidas (2006) yang dibintangi Salma Hayek dan Penelope Cruz kali ini berusaha mengetengahkan film sejarah Norwegia pada jaman penjajahan Jerman.
Komentar:
Salah satu dari sedikit film perang yang menarik untuk disimak. Biasanya film sejenis seringkali dirusak oleh fokus yang terlalu banyak pada adegan aksi ataupun dramatisasi karakter yang terlalu berlebihan, tetapi Max Manus mampu menyeimbangkan kedua sisi tersebut dengan sangat baik. Bercerita tentang kejadian sesungguhnya pada tahun 1940-1945 di Norwegia, film ini berhasil memberikan gambaran nyata yang sangat realistis. Adegan sabotase kapal pada malam hari juga memancing ketegangan dengan baik. Semua cast nya bermain gemilang terutama Aksel yang sukses membangun simpati dan memancing emosi para penontonnya. Salah satu film bagus yang berasal dari negara yang tidak dikenal sebagai pembuat film, teks Inggris sangat membantu anda memahami jalan cerita secara keseluruhan. Jika tidak, tentunya akan sangat asing di telinga. Tontonlah di Blitz Megaplex jika punya uang lebih, walaupun banyak dipangkas dari versi aslinya yang berdurasi 2 jam!
Durasi:
90 menit
Europe Box Office:
$1,800,000 in Dec 2008 (opening week in Norway).
Overall:
7.5 out of 10
Penilaian:
Art can't be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Colonel J.S. Wilson-Why do you want to be a saboteur, Max?
Max Manus-My country was stolen from me, Sir... and I want it back.
Cerita:
Setelah memerangi komunis di Finlandia, Max Manus kembali ke Norwegia, yang sedang dikuasai kaum NAZI. Max bergabung dengan gerakan pertahanan Norwegia dengan menerbitkan surat kabar tetapi berakhir dengan ditangkapnya dia oleh tentara Jerman. Dengan bantuan seorang suster, Max berhasil kabur ke Skotlandia dan dilatih sebagai ahli sabotase. Dengan kemampuan barunya itu, Max bersama Gram dan yang lainnya secara gemilang berhasil menghancurkan kapal persediaan Jerman. Kontan ia menjadi buruan spesial bagi Komandan Siegfried Wolfgang Fehmer. Bagaimana kemelut tersebut dapat diakhiri dengan damai?
Gambar:
Sebagian besar bersetting di Norwegia dan Skotlandia termasuk Ardkinglas House dan Inveraray di Argyll and Bute, Skotlandia. Adegan sabotase pun terlihat nyata dan gerakan NAZI Jerman seakan benar-benar terjadi.
Act:
Meraih Best Actor Amanda Award 2009 untuk film ini, Aksel Hennie yang asli Norwegia memang bermain cemerlang sebagai Max Manus yang gagah berani sekaligus bernyawa sembilan.
Agnes Kittelsen sebagai Ida Nikoline 'Tikken' Lindebrække.
Nicolai Cleve Broch sebagai Gregers Gram.
Ken Duken sebagai Siegfried Fehmer.
Christian Rubeck sebagai Kolbein Lauring.
Knut Joner sebagai Gunnar Sønsteby.
Mats Eldøen sebagai Edvard Tallaksen (as Mads Eldøen).
Sutradara:
Joachim Rønning dan Espen Sandberg pernah menyutradarai Bandidas (2006) yang dibintangi Salma Hayek dan Penelope Cruz kali ini berusaha mengetengahkan film sejarah Norwegia pada jaman penjajahan Jerman.
Komentar:
Salah satu dari sedikit film perang yang menarik untuk disimak. Biasanya film sejenis seringkali dirusak oleh fokus yang terlalu banyak pada adegan aksi ataupun dramatisasi karakter yang terlalu berlebihan, tetapi Max Manus mampu menyeimbangkan kedua sisi tersebut dengan sangat baik. Bercerita tentang kejadian sesungguhnya pada tahun 1940-1945 di Norwegia, film ini berhasil memberikan gambaran nyata yang sangat realistis. Adegan sabotase kapal pada malam hari juga memancing ketegangan dengan baik. Semua cast nya bermain gemilang terutama Aksel yang sukses membangun simpati dan memancing emosi para penontonnya. Salah satu film bagus yang berasal dari negara yang tidak dikenal sebagai pembuat film, teks Inggris sangat membantu anda memahami jalan cerita secara keseluruhan. Jika tidak, tentunya akan sangat asing di telinga. Tontonlah di Blitz Megaplex jika punya uang lebih, walaupun banyak dipangkas dari versi aslinya yang berdurasi 2 jam!
Durasi:
90 menit
Europe Box Office:
$1,800,000 in Dec 2008 (opening week in Norway).
Overall:
7.5 out of 10
Penilaian:
Art can't be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Selasa, 22 September 2009
GET MARRIED 2 : Kehamilan Dan Harmonisme Yang Ditunggu-tunggu
Cerita:
Empat tahun sudah, pesta pernikahan 4 hari 4 malam Mae dan Rendy berlalu. Kehidupan rumah tangga mereka terusik saat Mae tak kunjung hamil dikarenakan Rendy yang terlalu sibuk dengan bisnisnya. Sedangkan 3 sahabat Mae yaitu Eman, Beni dan Guntoro sudah memiliki anak dari istrinya masing-masing. Kepusingan Mae bertambah karena ayah dan ibunya mengultimatum agar ia segera hamil atau terpaksa diceraikan dengan Rendy! Berbagai cara sudah Rendy dan Mae coba tetapi belum berhasil sehingga terpaksa pisah untuk sementara waktu. Rendy yang berusaha keras mempertahankan usahanya sekaligus pernikahannya pun memutar otak agar bisa mencari jalan terbaik. Akankah semua kembali normal seperti kebahagiaan awal?
Gambar:
Adegan-adegan komikal dengan konsep komedi jaman dahulu masih setia dipertunjukkan disini. Setting kampung yang dominan di film pertama kini ditambah dengan suasana perkantoran Rendy yang modern.
Act:
Dengan kondisi perut hamil 4 bulan, Nirina Zubir tetap melanjutkan peran Maemunah yang tomboy dan blak-blakan. Sangat sesuai dengan pengembangan karakterisasinya disini.
Menggantikan Richard Kevin sebagai Rendy, Nino Fernandez awalnya sempat terlihat canggung tetapi semakin membaik mulai pertengahan sebagai seorang eksekutif muda yang dituntut menjaga keutuhan keluarganya juga.
Trio Ringgo Agus Rahman, Desta Club 80's dan Aming masih setia dengan peran tiga sahabat Mae sejak kecil yang kocak dan setia kawan.
Ira Wibowo, Jaja Mihardja, Meriam Bellina tetap mengisi karakter orangtua Mae dan Rendy dengan sifatnya masing-masing.
Sutradara:
Meski mengaku benci dengan film sekuel, Hanung Bramantyo akhirnya tetap percaya diri menangani langsung Get Married 2 ini dalam waktu 4 bulan. Alasan utamanya adalah skenario yang dianggapnya memuaskan hasil kolaborasi dengan penulis cerita Cassandra Massardi ini.
Komentar:
Dari segi kreatifitas, Get Married 2 rasanya masih bisa diandalkan untuk meneruskan sukses Get Married yang menjadi film lokal terlaris di tahun 2007. Tapi apakah semudah itu melanjutkan film yang sudah memiliki nama besar? Meski ditangani oleh tim yang sebagian besar sama termasuk sutradara bertangan dingin, hasil akhir Get Married 2 tidaklah sama. Kekurangan utama terletak dari segi sinematografi yang miskin sehingga dari awal sampai akhir, film seperti terseret-seret mengikuti alurnya. Penggunaan narasi yang terlampau sering tidak membantu samasekali. Beruntung kekompakan pemainnya dan pengembangan karakternya cukup terjaga. Plot cerita masih ok lah, terasa wajar dan masuk akal. Soundtrack juga lumayan membantu meski tidak menggigit seperti dulu. Kehebohan yang ditampilkan juga terasa dibuat-buat, berbeda dengan prekuelnya. Secara keseluruhan agak membosankan walaupun masih bisa menghibur seantero keluarga.
Durasi:
95 menit
Overall:
7.5 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Empat tahun sudah, pesta pernikahan 4 hari 4 malam Mae dan Rendy berlalu. Kehidupan rumah tangga mereka terusik saat Mae tak kunjung hamil dikarenakan Rendy yang terlalu sibuk dengan bisnisnya. Sedangkan 3 sahabat Mae yaitu Eman, Beni dan Guntoro sudah memiliki anak dari istrinya masing-masing. Kepusingan Mae bertambah karena ayah dan ibunya mengultimatum agar ia segera hamil atau terpaksa diceraikan dengan Rendy! Berbagai cara sudah Rendy dan Mae coba tetapi belum berhasil sehingga terpaksa pisah untuk sementara waktu. Rendy yang berusaha keras mempertahankan usahanya sekaligus pernikahannya pun memutar otak agar bisa mencari jalan terbaik. Akankah semua kembali normal seperti kebahagiaan awal?
Gambar:
Adegan-adegan komikal dengan konsep komedi jaman dahulu masih setia dipertunjukkan disini. Setting kampung yang dominan di film pertama kini ditambah dengan suasana perkantoran Rendy yang modern.
Act:
Dengan kondisi perut hamil 4 bulan, Nirina Zubir tetap melanjutkan peran Maemunah yang tomboy dan blak-blakan. Sangat sesuai dengan pengembangan karakterisasinya disini.
Menggantikan Richard Kevin sebagai Rendy, Nino Fernandez awalnya sempat terlihat canggung tetapi semakin membaik mulai pertengahan sebagai seorang eksekutif muda yang dituntut menjaga keutuhan keluarganya juga.
Trio Ringgo Agus Rahman, Desta Club 80's dan Aming masih setia dengan peran tiga sahabat Mae sejak kecil yang kocak dan setia kawan.
Ira Wibowo, Jaja Mihardja, Meriam Bellina tetap mengisi karakter orangtua Mae dan Rendy dengan sifatnya masing-masing.
Sutradara:
Meski mengaku benci dengan film sekuel, Hanung Bramantyo akhirnya tetap percaya diri menangani langsung Get Married 2 ini dalam waktu 4 bulan. Alasan utamanya adalah skenario yang dianggapnya memuaskan hasil kolaborasi dengan penulis cerita Cassandra Massardi ini.
Komentar:
Dari segi kreatifitas, Get Married 2 rasanya masih bisa diandalkan untuk meneruskan sukses Get Married yang menjadi film lokal terlaris di tahun 2007. Tapi apakah semudah itu melanjutkan film yang sudah memiliki nama besar? Meski ditangani oleh tim yang sebagian besar sama termasuk sutradara bertangan dingin, hasil akhir Get Married 2 tidaklah sama. Kekurangan utama terletak dari segi sinematografi yang miskin sehingga dari awal sampai akhir, film seperti terseret-seret mengikuti alurnya. Penggunaan narasi yang terlampau sering tidak membantu samasekali. Beruntung kekompakan pemainnya dan pengembangan karakternya cukup terjaga. Plot cerita masih ok lah, terasa wajar dan masuk akal. Soundtrack juga lumayan membantu meski tidak menggigit seperti dulu. Kehebohan yang ditampilkan juga terasa dibuat-buat, berbeda dengan prekuelnya. Secara keseluruhan agak membosankan walaupun masih bisa menghibur seantero keluarga.
Durasi:
95 menit
Overall:
7.5 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Senin, 21 September 2009
PHOBIA 2 : Lima Kisah Horor Thailand Penuh Warna
Tagline:
Addicted to fear..
First - NOVICE by Paween Purijitpanya (30')
Pencuri sekaligus pelempar batu bersepeda motor, Pey dikirim oleh ibunya untuk mengikuti ritual sekelompok bhikku di hutan terpencil sambil menggunduli kepalanya dan mengucapkan ikrar. Tetapi semua itu terusik karena rasa lapar di tengah malam, Pey nekad melakukan sesuatu yang terlarang dan mungkin menyebabkan hantu kelaparan tidak senang.
Second - WARD by Visute Poolvoralaks (15')
Seorang pengendara motor mengalami kecelakaan sehingga kedua kakinya harus dirawat total di rumah sakit. Ditempatkan bersama orangtua koma yang hanya bergantung pada respiratory nya, hal-hal ganjil mulai terjadi di malam hari yang sulit dijelaskan bahkan oleh dokter dan suster rumah sakit tersebut.
Third - BACKPACKERS by Songyos Sugmakanan (20')
Sepasang pelancong Jepang menghentikan kontainer yang melintas di jalan sepi yang dikendarai oleh supir sangar dan pemuda misterius. Beberapa waktu kemudian, rahasia terungkap saat kontainer tersebut berisi puluhan mayat tak bergeming yang menyimpan rahasia di dalam tubuh mereka masing-masing dan bisa jadi mengubah mereka menjadi sesuatu hal yang mengerikan.
Fourth - SALVAGE by Parkpoom Wongpoom (25')
Penjual mobil, Nuch berusaha meyakinkan sepasang calon pembeli bahwa semua mobil bekas di bengkel tersebut berkualitas tinggi saat seorang wanita marah kepadanya dan mengatakan bahwa mobil yang dibelinya bekas kecelakaan. Saat menjelang tutup, Nuch sendirian dan menyadari putra semata wayangnya, Toey menghilang di antara puluhan mobil bekas tersebut. Apa yang sesungguhnya ia hadapi?
Fifth - IN THE END by Banjong Pisanthanakun (30')
Di tengah syuting sekuel Alone yang dibintangi Marsha, sekelompok kru film menemukan fakta bahwa sesungguhnya pemeran hantu, Kate sudah meninggal karena sakit setelah dibawa ke rumah sakit di tengah syuting sesi terakhir. Lalu siapa yang berdiri di hadapan mereka saat itu? Benarkah twist cerita dalam ending fiilm horor itu sangat penting artinya?
Act:
Jirayu La-ongmanee sebagai Pey.
Dan Worrawech sebagai remaja lumpuh di kamar rumah sakit.
Charlie Trairat sebagai penumpang kontainer misterius.
Nicole Theriault sebagai Nuch.
Marsha Wattanapanich.
Wiwat Kongrasri, Pongsatorn Jongwilas, Nattapong Chartpong dan Kantapat Permpoonpatcharasuk sebagai empat sekawan kru film.
Semua aktor-aktris tampil memuaskan dalam Phobia 2 ini sesuai peranannya masing-masing.
Sutradara:
Acungan jempol kembali patut diberikan pada kelima sutradara pencipta pakem baru genre horor di Thailand sana. Kreatifitas dan kemampuan mereka turut andil mensukseskan 4BIA tahun lalu dan setahun berlalu muncullah sekuelnya ini.
Komentar:
Menyaksikan Phobia 2 untuk kedua kalinya membuat saya semakin jatuh cinta dan memahaminya sama halnya dengan prekuelnya 4BIA (bahkan 3x) walaupun tidak memiliki keterkaitan apapun. Mau tidak mau kita membandingkan kedua film tersebut? Jika yang pertama ada 4, kini yang kedua memiliki 5 cerita. Harus diakui yang pertama memang lebih menyeramkan sekaligus menggetarkan tetapi yang kedua ini penuh warna dan unggul dalam dramatisasi cerita. Cerita #1 adalah orisinil karena bercerita tentang karma dan tradisi. Cerita #2 bisa ditebak tapi tetap menyeramkan. Cerita #3 boleh sedikit dilupakan dikarenakan kemiripannya dengan 28 Days Later tetapi twist elemennya masih cukup menarik. Cerita #4 terasa realistis dan juga dramatis. Cerita #5 penuh tawa dan kejutan yang teramat kreatif. Jika anda tanya kepada saya urutan favoritnya. Jawaban saya adalah 1,5,4,2,3 dilihat dari semua segi. Namun semakin sedikit anda mengetahui film ini, akan semakin enjoy anda saat menontonnya! Two thumbs up for Thai horror, #1 Asian country to do so nowadays!
Durasi:
120 menit
Overall:
8 out of 10
Penilaian:
Art of work can't be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10
Addicted to fear..
First - NOVICE by Paween Purijitpanya (30')
Pencuri sekaligus pelempar batu bersepeda motor, Pey dikirim oleh ibunya untuk mengikuti ritual sekelompok bhikku di hutan terpencil sambil menggunduli kepalanya dan mengucapkan ikrar. Tetapi semua itu terusik karena rasa lapar di tengah malam, Pey nekad melakukan sesuatu yang terlarang dan mungkin menyebabkan hantu kelaparan tidak senang.
Second - WARD by Visute Poolvoralaks (15')
Seorang pengendara motor mengalami kecelakaan sehingga kedua kakinya harus dirawat total di rumah sakit. Ditempatkan bersama orangtua koma yang hanya bergantung pada respiratory nya, hal-hal ganjil mulai terjadi di malam hari yang sulit dijelaskan bahkan oleh dokter dan suster rumah sakit tersebut.
Third - BACKPACKERS by Songyos Sugmakanan (20')
Sepasang pelancong Jepang menghentikan kontainer yang melintas di jalan sepi yang dikendarai oleh supir sangar dan pemuda misterius. Beberapa waktu kemudian, rahasia terungkap saat kontainer tersebut berisi puluhan mayat tak bergeming yang menyimpan rahasia di dalam tubuh mereka masing-masing dan bisa jadi mengubah mereka menjadi sesuatu hal yang mengerikan.
Fourth - SALVAGE by Parkpoom Wongpoom (25')
Penjual mobil, Nuch berusaha meyakinkan sepasang calon pembeli bahwa semua mobil bekas di bengkel tersebut berkualitas tinggi saat seorang wanita marah kepadanya dan mengatakan bahwa mobil yang dibelinya bekas kecelakaan. Saat menjelang tutup, Nuch sendirian dan menyadari putra semata wayangnya, Toey menghilang di antara puluhan mobil bekas tersebut. Apa yang sesungguhnya ia hadapi?
Fifth - IN THE END by Banjong Pisanthanakun (30')
Di tengah syuting sekuel Alone yang dibintangi Marsha, sekelompok kru film menemukan fakta bahwa sesungguhnya pemeran hantu, Kate sudah meninggal karena sakit setelah dibawa ke rumah sakit di tengah syuting sesi terakhir. Lalu siapa yang berdiri di hadapan mereka saat itu? Benarkah twist cerita dalam ending fiilm horor itu sangat penting artinya?
Act:
Jirayu La-ongmanee sebagai Pey.
Dan Worrawech sebagai remaja lumpuh di kamar rumah sakit.
Charlie Trairat sebagai penumpang kontainer misterius.
Nicole Theriault sebagai Nuch.
Marsha Wattanapanich.
Wiwat Kongrasri, Pongsatorn Jongwilas, Nattapong Chartpong dan Kantapat Permpoonpatcharasuk sebagai empat sekawan kru film.
Semua aktor-aktris tampil memuaskan dalam Phobia 2 ini sesuai peranannya masing-masing.
Sutradara:
Acungan jempol kembali patut diberikan pada kelima sutradara pencipta pakem baru genre horor di Thailand sana. Kreatifitas dan kemampuan mereka turut andil mensukseskan 4BIA tahun lalu dan setahun berlalu muncullah sekuelnya ini.
Komentar:
Menyaksikan Phobia 2 untuk kedua kalinya membuat saya semakin jatuh cinta dan memahaminya sama halnya dengan prekuelnya 4BIA (bahkan 3x) walaupun tidak memiliki keterkaitan apapun. Mau tidak mau kita membandingkan kedua film tersebut? Jika yang pertama ada 4, kini yang kedua memiliki 5 cerita. Harus diakui yang pertama memang lebih menyeramkan sekaligus menggetarkan tetapi yang kedua ini penuh warna dan unggul dalam dramatisasi cerita. Cerita #1 adalah orisinil karena bercerita tentang karma dan tradisi. Cerita #2 bisa ditebak tapi tetap menyeramkan. Cerita #3 boleh sedikit dilupakan dikarenakan kemiripannya dengan 28 Days Later tetapi twist elemennya masih cukup menarik. Cerita #4 terasa realistis dan juga dramatis. Cerita #5 penuh tawa dan kejutan yang teramat kreatif. Jika anda tanya kepada saya urutan favoritnya. Jawaban saya adalah 1,5,4,2,3 dilihat dari semua segi. Namun semakin sedikit anda mengetahui film ini, akan semakin enjoy anda saat menontonnya! Two thumbs up for Thai horror, #1 Asian country to do so nowadays!
Durasi:
120 menit
Overall:
8 out of 10
Penilaian:
Art of work can't be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10
Minggu, 20 September 2009
MERAIH MIMPI : Usaha Mempertahankan Desa Warisan Bersama
Cerita:
Kakak beradik Dana dan Rai berusaha mempertahankan desa tempat keluarganya tinggal yang ingin dihancurkan untuk dibangun kembali menjadi perhotelan dan kasino oleh tuan tanah, Pairot. Perjuangan Dana tidaklah mudah karena ia juga harus memenangkan kompetisi beasiswa untuk sekolahnya demi memerangi ketidak adilan di daerah yang masih menganut sistem patriarkis tersebut termasuk keinginan ayahnya yang menjodohkannya dengan Ben. Akankah usahanya berhasil dan desa bisa dipertahankan pada akhirnya?
Gambar:
Dengan konsep animasi 3D hasil karya Infinite Frameworks yang asli organisasi Indonesia, Meraih Mimpi menyajikan gambar-gambar cerah nan dinamis untuk mendukung penokohan secara global.
Voice:
Proses dubbing yang kurang lebih berlangsung selama 2 bulan melibatkan dua bintang cilik, Gita Gutawa sebagai Dana dan Patton sebagai Rai.
Surya Saputra menyuarakan tokoh antagonis Pairot.
Turut didukung pula oleh Shanty, Ria Irawan, Jajang C Noer, Tike Priatnakusumah, Nina Tamam, Uli Herdinansyah dan Indra Bekti.
Sutradara:
Dengan supervisi Nia Dinata selaku penulis cerita, Phil Mohamad Mitchell maju dengan percaya diri menggarap animasi musikal pertama di Indonesia ini.
Komentar:
Dengan bujet 50 miliar dan waktu pengerjaan selama 2,5 tahun menandakan Meraih Mimpi dibuat dengan serius apalagi ide tersebut merupakan terobosan baru di dunia perfilman Indonesia. Memang tidak fair rasanya jika kita membandingkan dengan animasi luar negeri yang bujetnya bisa 10x lipat dengan teknologi yang lebih canggih termasuk sinkronisasi gerak bibir dengan ucapan karakternya. Hal tersebut menjadi kelemahan utama Meraih Mimpi selain kualitas animasi yang walaupun bisa dikatakan halus tetapi kurang eye-catching! Sayangnya lagi, plot cerita dikatakan merupakan hasil konseptual dari beberapa film luar negeri yang berusaha dinasionalisasikan. Apakah ini menandakan tim kreatif tidak pede mengusung tema sendiri? Meraih Mimpi masih banyak kurang disana-sini, renggangnya alur cerita bisa jadi membosankan bagi penonton apalagi beberapa sub plot yang sebetulnya tidak perlu atau dipaksakan masuk pada porsinya. Alunan nyanyian syahdu Gita juga tidak banyak membantu konsep film secara keseluruhan. Hm, sebagai perintis rasanya bisa sedikit termaafkan dan semoga bisa menjadi bahan pembelajaran yang baik jika terdapat rencana serupa di masa mendatang.
Durasi:
80 menit
Overall:
6.5 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Kakak beradik Dana dan Rai berusaha mempertahankan desa tempat keluarganya tinggal yang ingin dihancurkan untuk dibangun kembali menjadi perhotelan dan kasino oleh tuan tanah, Pairot. Perjuangan Dana tidaklah mudah karena ia juga harus memenangkan kompetisi beasiswa untuk sekolahnya demi memerangi ketidak adilan di daerah yang masih menganut sistem patriarkis tersebut termasuk keinginan ayahnya yang menjodohkannya dengan Ben. Akankah usahanya berhasil dan desa bisa dipertahankan pada akhirnya?
Gambar:
Dengan konsep animasi 3D hasil karya Infinite Frameworks yang asli organisasi Indonesia, Meraih Mimpi menyajikan gambar-gambar cerah nan dinamis untuk mendukung penokohan secara global.
Voice:
Proses dubbing yang kurang lebih berlangsung selama 2 bulan melibatkan dua bintang cilik, Gita Gutawa sebagai Dana dan Patton sebagai Rai.
Surya Saputra menyuarakan tokoh antagonis Pairot.
Turut didukung pula oleh Shanty, Ria Irawan, Jajang C Noer, Tike Priatnakusumah, Nina Tamam, Uli Herdinansyah dan Indra Bekti.
Sutradara:
Dengan supervisi Nia Dinata selaku penulis cerita, Phil Mohamad Mitchell maju dengan percaya diri menggarap animasi musikal pertama di Indonesia ini.
Komentar:
Dengan bujet 50 miliar dan waktu pengerjaan selama 2,5 tahun menandakan Meraih Mimpi dibuat dengan serius apalagi ide tersebut merupakan terobosan baru di dunia perfilman Indonesia. Memang tidak fair rasanya jika kita membandingkan dengan animasi luar negeri yang bujetnya bisa 10x lipat dengan teknologi yang lebih canggih termasuk sinkronisasi gerak bibir dengan ucapan karakternya. Hal tersebut menjadi kelemahan utama Meraih Mimpi selain kualitas animasi yang walaupun bisa dikatakan halus tetapi kurang eye-catching! Sayangnya lagi, plot cerita dikatakan merupakan hasil konseptual dari beberapa film luar negeri yang berusaha dinasionalisasikan. Apakah ini menandakan tim kreatif tidak pede mengusung tema sendiri? Meraih Mimpi masih banyak kurang disana-sini, renggangnya alur cerita bisa jadi membosankan bagi penonton apalagi beberapa sub plot yang sebetulnya tidak perlu atau dipaksakan masuk pada porsinya. Alunan nyanyian syahdu Gita juga tidak banyak membantu konsep film secara keseluruhan. Hm, sebagai perintis rasanya bisa sedikit termaafkan dan semoga bisa menjadi bahan pembelajaran yang baik jika terdapat rencana serupa di masa mendatang.
Durasi:
80 menit
Overall:
6.5 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Sabtu, 19 September 2009
G-FORCE : Geng Marmut Terlatih Menggagalkan Misi Milyuner Jahat
Tagline:
The world needs bigger heroes
Cerita:
Mengisahkan satu tim agen rahasia marmut terlatih masing-masing Darwin, Blaster, Juarez dan tikus tanah Speckles serta lalat Mooch yang dikepalai oleh ilmuwan Ben dan asistennya Marcie dalam misinya mencuri rahasia milyuner Leonard Saber yang akan meluncurkan teknologi mematikan ke seluruh dunia dalam waktu dekat ini. Sayangnya hal tersebut tidak berlangsung mudah karena Darwin, Blaster dan Juarez sempat terdampar di toko binatang peliharaan dimana mereka baru menyadari siapa sesungguhnya diri mereka dan tujuan hidupnya.
Gambar:
Animasi G-Force tergolong detail dan penuh adegan close up apalagi yang memperlihatkan persenjataan lengkap yang dibawa ketiga karakter utama tersebut. Tentunya menjadi semakin menarik karena dilengkapi dengan teknologi 3D!
Voice:
Sam Rockwell sebagai Darwin
Penélope Cruz sebagai Juarez
Tracy Morgan sebagai Blaster
Nicolas Cage sebagai Speckles
Jon Favreau sebagai Hurley
Steve Buscemi sebagai Bucky
Act:
Bill Nighy sebagai Leonard Saber
Will Arnett sebagai Kip Killian
Zach Galifianakis sebagai Ben
Kelli Garner sebagai Marcie
Sutradara:
Film keduanya setelah Asteroid Adventure (1994), Hoyt Yeatman lebih banyak terlibat dalam bidang spesial/visual efek termasuk saat memenangkan Piala Oscar untuk kategori Best Effect dalam The Abyss (1989).
Soundtrack:
"Go G Force" by Ali Dee
"Boom Boom Pow" & "I Gotta Feeling" by Black Eyed Peas
"Just Dance" by Lady GaGa featuring Colby O'Donis
"Jump" by Flo Rida featuring Nelly Furtado
Komentar:
Bisa dikatakan gambaran yang sangat akurat mengenai marmut-marmut yang berperan sebagai agen rahasia meskipun hal ini tergolong belum pernah diangkat dalam animasi layar lebar. Belum lagi gadget dan teknologi canggih yang melengkapi persenjataan mereka masing-masing ditambah dengan keterampilan olah tubuh yang sangat cekatan dipercaya mampu memukau penonton. Tetapi semua itu belum cukup mampu menandingi animasi Disney-Pixar belakangan ini. Namun jika tidak dibandingkan G-Force tergolong menarik apalagi disuarakan dengan pas disertai dengan tempelan humor yang menyegarkan di suasana yang tidak semestinya. Sang sutradara melakukan usaha terbaiknya tetapi nilai minus yang paling mencolok adalah skrip yang terlalu polos dan kurang meyakinkan terutama pada bagian akhir yang sangat terasa dipaksakan. Saran saya, nikmatilah G-Force sebagai hiburan ringan belaka yang cocok ditonton oleh seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak anda.
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$116,715,916 till mid Sep 2009
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
The world needs bigger heroes
Cerita:
Mengisahkan satu tim agen rahasia marmut terlatih masing-masing Darwin, Blaster, Juarez dan tikus tanah Speckles serta lalat Mooch yang dikepalai oleh ilmuwan Ben dan asistennya Marcie dalam misinya mencuri rahasia milyuner Leonard Saber yang akan meluncurkan teknologi mematikan ke seluruh dunia dalam waktu dekat ini. Sayangnya hal tersebut tidak berlangsung mudah karena Darwin, Blaster dan Juarez sempat terdampar di toko binatang peliharaan dimana mereka baru menyadari siapa sesungguhnya diri mereka dan tujuan hidupnya.
Gambar:
Animasi G-Force tergolong detail dan penuh adegan close up apalagi yang memperlihatkan persenjataan lengkap yang dibawa ketiga karakter utama tersebut. Tentunya menjadi semakin menarik karena dilengkapi dengan teknologi 3D!
Voice:
Sam Rockwell sebagai Darwin
Penélope Cruz sebagai Juarez
Tracy Morgan sebagai Blaster
Nicolas Cage sebagai Speckles
Jon Favreau sebagai Hurley
Steve Buscemi sebagai Bucky
Act:
Bill Nighy sebagai Leonard Saber
Will Arnett sebagai Kip Killian
Zach Galifianakis sebagai Ben
Kelli Garner sebagai Marcie
Sutradara:
Film keduanya setelah Asteroid Adventure (1994), Hoyt Yeatman lebih banyak terlibat dalam bidang spesial/visual efek termasuk saat memenangkan Piala Oscar untuk kategori Best Effect dalam The Abyss (1989).
Soundtrack:
"Go G Force" by Ali Dee
"Boom Boom Pow" & "I Gotta Feeling" by Black Eyed Peas
"Just Dance" by Lady GaGa featuring Colby O'Donis
"Jump" by Flo Rida featuring Nelly Furtado
Komentar:
Bisa dikatakan gambaran yang sangat akurat mengenai marmut-marmut yang berperan sebagai agen rahasia meskipun hal ini tergolong belum pernah diangkat dalam animasi layar lebar. Belum lagi gadget dan teknologi canggih yang melengkapi persenjataan mereka masing-masing ditambah dengan keterampilan olah tubuh yang sangat cekatan dipercaya mampu memukau penonton. Tetapi semua itu belum cukup mampu menandingi animasi Disney-Pixar belakangan ini. Namun jika tidak dibandingkan G-Force tergolong menarik apalagi disuarakan dengan pas disertai dengan tempelan humor yang menyegarkan di suasana yang tidak semestinya. Sang sutradara melakukan usaha terbaiknya tetapi nilai minus yang paling mencolok adalah skrip yang terlalu polos dan kurang meyakinkan terutama pada bagian akhir yang sangat terasa dipaksakan. Saran saya, nikmatilah G-Force sebagai hiburan ringan belaka yang cocok ditonton oleh seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak anda.
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$116,715,916 till mid Sep 2009
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 18 September 2009
PREMAN IN LOVE : Berebut Cinta Kembang Desa
Cerita:
Preman desa Demolong di kaki gunung Sumbing, Sahroni hidup dari mencopet dan menjual obat-obatan. Meski demikian orang-orang desa tetap menyukainya. Kedatangan Rini sebagai staf pengajar di sekolah yang juga putri Pak Lurah menyita perhatian Sahroni. Keduanya menjadi dekat dan menyimpan ketertarikan satu sama lain. Sayangnya Pak Lurah berhutang budi pada Raden Mas Pono yang juga menyukai Rini. Raden Mas Pono pun meminta bantuan Heri, dukun sakti dari Dieng untuk memenangkan hati Rini. Bagaimana cinta segitiga tersebut diselesaikan pada akhirnya?
Gambar:
Bersetting di Wonosobo sebagai panggung kaki gunung Sumbing, suasana desa terasa natural di setiap sudutnya.
Act:
Masih sesuai stereotype nya seperti yang sudah-sudah, Tora Sudiro sebagai Sahroni, preman kampung yang sesungguhnya lugu dan baik hati.
Vincent Rompies kembali beradu akting dengan Tora setelah dua film sebelumnya kali ini memerankan Raden Mas Pono, aristokrat desa yang konyol dan ambisius sekaligus licik.
Pendatang baru, Fanny Fabriana sebagai Rini, kembang desa yang dipaksa mengikuti kemauan ayahnya Pak Lurah yang dimainkan oleh Marwoto.
Sutradara:
Film ketiga di tahun 2009 bagi Rako Prijanto dengan bintang-bintang yang sama setelah Benci Disko dan Krazy Crazy Krezy yang semuanya bergenre sama yaitu komedi. Rupanya Rako telah menemukan zona nyamannya di kategori ini.
Komentar:
Mau tidak mau kita harus membandingkan film ini dengan dua film yang baru saja saya sebutkan di atas. Jika tolok ukur tersebut digunakan, bolehlah Preman In Love berbangga karena jauh lebih unggul dari keduanya. Plot cerita yang lebih sederhana membumi ditambah gaya komedi yang lebih cerdas merupakan dua nilai plusnya selain tentunya penyelesaian cerita yang masuk akal, yang sayangnya tidak dimiliki Disko dan KCK. Beberapa adegan pengocok tawa yang terkesan "jorok" berlebihan rasanya bisa sedikit dimaafkan, juga penggunaan idiom-idiom baru yang mengundang tawa. Duet Tora dan Vincent memang menjadi nyawa cerita. Namun disini Vincent lebih diuntungkan dengan kostum dan penampilan rapinya yang bergaya bangsawan luar lengkap dengan sikap konyolnya. Kehadiran Fanny juga menambah semarak karena cukup memikat dalam debutnya ini. Secara keseluruhan memang cukup menghibur walau belum bisa dibilang bagus.
Durasi:
85 menit
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Preman desa Demolong di kaki gunung Sumbing, Sahroni hidup dari mencopet dan menjual obat-obatan. Meski demikian orang-orang desa tetap menyukainya. Kedatangan Rini sebagai staf pengajar di sekolah yang juga putri Pak Lurah menyita perhatian Sahroni. Keduanya menjadi dekat dan menyimpan ketertarikan satu sama lain. Sayangnya Pak Lurah berhutang budi pada Raden Mas Pono yang juga menyukai Rini. Raden Mas Pono pun meminta bantuan Heri, dukun sakti dari Dieng untuk memenangkan hati Rini. Bagaimana cinta segitiga tersebut diselesaikan pada akhirnya?
Gambar:
Bersetting di Wonosobo sebagai panggung kaki gunung Sumbing, suasana desa terasa natural di setiap sudutnya.
Act:
Masih sesuai stereotype nya seperti yang sudah-sudah, Tora Sudiro sebagai Sahroni, preman kampung yang sesungguhnya lugu dan baik hati.
Vincent Rompies kembali beradu akting dengan Tora setelah dua film sebelumnya kali ini memerankan Raden Mas Pono, aristokrat desa yang konyol dan ambisius sekaligus licik.
Pendatang baru, Fanny Fabriana sebagai Rini, kembang desa yang dipaksa mengikuti kemauan ayahnya Pak Lurah yang dimainkan oleh Marwoto.
Sutradara:
Film ketiga di tahun 2009 bagi Rako Prijanto dengan bintang-bintang yang sama setelah Benci Disko dan Krazy Crazy Krezy yang semuanya bergenre sama yaitu komedi. Rupanya Rako telah menemukan zona nyamannya di kategori ini.
Komentar:
Mau tidak mau kita harus membandingkan film ini dengan dua film yang baru saja saya sebutkan di atas. Jika tolok ukur tersebut digunakan, bolehlah Preman In Love berbangga karena jauh lebih unggul dari keduanya. Plot cerita yang lebih sederhana membumi ditambah gaya komedi yang lebih cerdas merupakan dua nilai plusnya selain tentunya penyelesaian cerita yang masuk akal, yang sayangnya tidak dimiliki Disko dan KCK. Beberapa adegan pengocok tawa yang terkesan "jorok" berlebihan rasanya bisa sedikit dimaafkan, juga penggunaan idiom-idiom baru yang mengundang tawa. Duet Tora dan Vincent memang menjadi nyawa cerita. Namun disini Vincent lebih diuntungkan dengan kostum dan penampilan rapinya yang bergaya bangsawan luar lengkap dengan sikap konyolnya. Kehadiran Fanny juga menambah semarak karena cukup memikat dalam debutnya ini. Secara keseluruhan memang cukup menghibur walau belum bisa dibilang bagus.
Durasi:
85 menit
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Kamis, 17 September 2009
GENG PENGEMBARAAN BERMULA : Petualangan Seru Memburu Hantu Durian
Storyline:
Kampung Durian Runtuh dalam waktu singkat geger karena kasus hilangnya durian yang disinyalir mengarah pada "Hantu Durian" yang misterius. Kebetulan Badrol, cucu Tok Dalang, bersama kawannya Lim datang ke lokasi untuk berlibur. Dalam perjalanan mereka bertemu Rajoo si penggembala Sapy dan juga Upin & Ipin untuk memandu jalan. Keempatnya bersama dengan Ros, kembang desa yang juga kakak bocah kembar tersebut berusaha menyelidiki fenomena aneh itu hingga berpapasan dengan Oopet, makhluk kecil berbulu merah putih dari dunia lain. Berhasilkah tujuan mereka menangkap sang “Hantu Durian’ itu?
Nice-to-know:
Merupakan film animasi 3D CGI pertama yang diproduksi di Malaysia yang dirilis pada 12 Februari 2009 disana.
Voice:
Amir Izwan Abdul Rahim sebagai Badrol
Kee Yong Pin sebagai Lim
Kannan a/l Rajan sebagai Rajoo
Balqis Fadhullah Lee sebagai Ros
Nur Fathiah Diaz sebagai Upin dan Ipin
Director:
Mohd Nizam Abd Razak.
Comment:
Film yang sempat memenangkan gelar Anugerah Pilihan Penonton dalam Festival Film Anak-Anak Internasional 2009 yang diselenggarakan di Indonesia ini pernah diputar di jaringan bioskop Blitzmegaplex. Saya memang sempat tertarik untuk menyaksikannya pada waktu itu walau akhirnya harus menunda sekitar 2 tahun kemudian untuk menontonnya di DVD. Better late than never, right?
Dengan anggaran 4 juta Ringgit terbukti mampu menghasilkan animasi CGI yang detail dan easy in the eye. Jangan bandingkan dengan produksi Hollywood karena untuk ukuran first timer, Malaysia patut diacungi jempol dengan terobosannya. Skrip yang ditulis oleh Muhammad Anas b Abdul Aziz ini tergolong mudah diikuti oleh penonton dari berbagai kalangan usia walaupun jalan ceritanya tidak semudah itu ditebak.
Berbagai karakter yang tampil disini memiliki ciri khas masing-masing. Jika anda mengira Upin & Ipin akan mendapat porsi yang dominan nyatanya tidak. Justru Rajoo, Badrol dan Lim yang paling mencuri perhatian di samping si makhluk dunia lain bernama Oopet. Petualangan mereka menelusuri gua-gua hingga melawan monster misterius sekilas mengingatkan kita pada Petualangan Doraemon yang mempunyai warna serupa.
Hasil akhir 6,5 juta Ringgit yang diperoleh di Malaysia saja jelas berbicara banyak akan kualitasnya, jauh di atas film-film animasi lokal yang masih bisa dihitung dengan jari tangan. Geng Pengembaraan Bermula memang menyenangkan sebagai sebuah tontonan ringan pengisi waktu. Tak lupa nilai-nilai persahabatan dan keteguhan hati untuk memperjuangkan sesuatu yang benar tersampaikan jelas kepada penonton. Believeable adventure with laughable humors. What more can you expect from an animation movie?
Durasi:
90 menit
Malaysia Box Office:
6,5 juta Ringgit sampai April 2009
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Kampung Durian Runtuh dalam waktu singkat geger karena kasus hilangnya durian yang disinyalir mengarah pada "Hantu Durian" yang misterius. Kebetulan Badrol, cucu Tok Dalang, bersama kawannya Lim datang ke lokasi untuk berlibur. Dalam perjalanan mereka bertemu Rajoo si penggembala Sapy dan juga Upin & Ipin untuk memandu jalan. Keempatnya bersama dengan Ros, kembang desa yang juga kakak bocah kembar tersebut berusaha menyelidiki fenomena aneh itu hingga berpapasan dengan Oopet, makhluk kecil berbulu merah putih dari dunia lain. Berhasilkah tujuan mereka menangkap sang “Hantu Durian’ itu?
Nice-to-know:
Merupakan film animasi 3D CGI pertama yang diproduksi di Malaysia yang dirilis pada 12 Februari 2009 disana.
Voice:
Amir Izwan Abdul Rahim sebagai Badrol
Kee Yong Pin sebagai Lim
Kannan a/l Rajan sebagai Rajoo
Balqis Fadhullah Lee sebagai Ros
Nur Fathiah Diaz sebagai Upin dan Ipin
Director:
Mohd Nizam Abd Razak.
Comment:
Film yang sempat memenangkan gelar Anugerah Pilihan Penonton dalam Festival Film Anak-Anak Internasional 2009 yang diselenggarakan di Indonesia ini pernah diputar di jaringan bioskop Blitzmegaplex. Saya memang sempat tertarik untuk menyaksikannya pada waktu itu walau akhirnya harus menunda sekitar 2 tahun kemudian untuk menontonnya di DVD. Better late than never, right?
Dengan anggaran 4 juta Ringgit terbukti mampu menghasilkan animasi CGI yang detail dan easy in the eye. Jangan bandingkan dengan produksi Hollywood karena untuk ukuran first timer, Malaysia patut diacungi jempol dengan terobosannya. Skrip yang ditulis oleh Muhammad Anas b Abdul Aziz ini tergolong mudah diikuti oleh penonton dari berbagai kalangan usia walaupun jalan ceritanya tidak semudah itu ditebak.
Berbagai karakter yang tampil disini memiliki ciri khas masing-masing. Jika anda mengira Upin & Ipin akan mendapat porsi yang dominan nyatanya tidak. Justru Rajoo, Badrol dan Lim yang paling mencuri perhatian di samping si makhluk dunia lain bernama Oopet. Petualangan mereka menelusuri gua-gua hingga melawan monster misterius sekilas mengingatkan kita pada Petualangan Doraemon yang mempunyai warna serupa.
Hasil akhir 6,5 juta Ringgit yang diperoleh di Malaysia saja jelas berbicara banyak akan kualitasnya, jauh di atas film-film animasi lokal yang masih bisa dihitung dengan jari tangan. Geng Pengembaraan Bermula memang menyenangkan sebagai sebuah tontonan ringan pengisi waktu. Tak lupa nilai-nilai persahabatan dan keteguhan hati untuk memperjuangkan sesuatu yang benar tersampaikan jelas kepada penonton. Believeable adventure with laughable humors. What more can you expect from an animation movie?
Durasi:
90 menit
Malaysia Box Office:
6,5 juta Ringgit sampai April 2009
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Rabu, 16 September 2009
OVERHEARD : Penyusupan Membongkar Intrik Perdagangan Saham
Storyline:
Sebagai bursa saham besar di dunia, Hongkong tidak hanya menarik dana investasi saja tetapi banyak orang yang ingin memanipulasi pasar. Sebuah tim sergap dari Biro Intelijen dikirim untuk menyusup dipimpin oleh Johnny Leung yang beranggotakan veteran polisi Gene Yeung dan polisi muda Max Lam. Mereka menyusup ke dalam Feng Hua International untuk memasang alat penyadap dan mengawasi arus telepon perusahaan tersebut. Saat mendengar rencana manajemen meningkatkan harga saham, Gene dan Max yang sangat membutuhkan uang meminta Johnny menahan informasi dari supervisornya. Akankah tindakan tersebut ada konsekuensinya?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Bona Entertainment dan Sil-Metropole Organisation.
Cast:
Lau Ching Wan sebagai Johnny Leung
Louis Koo sebagai Gene
Daniel Wu sebagai Max
Zhang Jingchu sebagai Mandy
Michael Wong sebagai Will Ma
Director:
Kerjasama ketiga bagi Alan Mak dan Felix Chong dalam menyutradarai setelah Ching yi ngor sum gi (2005) dan Lady Cop & Papa Crook (2008).
Comment:
Plot ceritanya dapat dikatakan merupakan angin segar bagi drama kejahatan Hongkong yang semakin monoton dari hari ke hari apalagi dengan aktor aktris yang tidak jauh berbeda dari satu film ke film lainnya. Kepolisian yang berusaha menyelidiki intrik-intrik “kotor” yang biasa terjadi di bursa saham. Terdengar baru?
Apapun yang berusaha disajikan duet sutradara Alan dan Felix disini seharusnya bisa lebih menarik lagi. Sayangnya terlalu banyak subplot di dalamnya yang sebetulnya tidak terlalu penting selain bertujuan melebarkan durasi tetapi mengaburkan fokus utamanya. Bagaimana kehidupan masing-masing dari karakter Johnny, Gene dan Max turut dibahas juga. Belum lagi latar belakang para “pelaku” disini. Bagus dari segi pengembangan karakterisasi walaupun cenderung membosankan.
Satu lagi yang cukup mengganggu adalah setengah durasi film yang lagi-lagi jatuh ke dalam tipikal film sejenis yang biasanya memuat pembunuhan, penculikan hingga balas dendam. Bahkan sekaliber Lau, Koo, Wu tidak mampu mengangkat tokoh yang mereka perankan masing-masing untuk keluar dari stereotype. Pengecualian mungkin bagi Michael Wong yang tetap kharismatik dengan aroma antagonis dan tangan dinginnya.
Pada akhirnya Overheard hanya menjanjikan di awal tetapi menjadi klise menjelang akhirnya. Seharusnya akan lebih baik jika ide tetap berada dalam jalurnya yakni pembahasan dunia perdagangan saham dan segala permasalahannya. Mungkin dikhawatirkan penonton Asia masih terlalu takut untuk menyaksikan film yang terlalu kompleks ala Wall Street?
Durasi:
100 menit
Asian Box Office:
HKD 15,345,043 di Hong Kong sampai akhir September 2009.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Sebagai bursa saham besar di dunia, Hongkong tidak hanya menarik dana investasi saja tetapi banyak orang yang ingin memanipulasi pasar. Sebuah tim sergap dari Biro Intelijen dikirim untuk menyusup dipimpin oleh Johnny Leung yang beranggotakan veteran polisi Gene Yeung dan polisi muda Max Lam. Mereka menyusup ke dalam Feng Hua International untuk memasang alat penyadap dan mengawasi arus telepon perusahaan tersebut. Saat mendengar rencana manajemen meningkatkan harga saham, Gene dan Max yang sangat membutuhkan uang meminta Johnny menahan informasi dari supervisornya. Akankah tindakan tersebut ada konsekuensinya?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Bona Entertainment dan Sil-Metropole Organisation.
Cast:
Lau Ching Wan sebagai Johnny Leung
Louis Koo sebagai Gene
Daniel Wu sebagai Max
Zhang Jingchu sebagai Mandy
Michael Wong sebagai Will Ma
Director:
Kerjasama ketiga bagi Alan Mak dan Felix Chong dalam menyutradarai setelah Ching yi ngor sum gi (2005) dan Lady Cop & Papa Crook (2008).
Comment:
Plot ceritanya dapat dikatakan merupakan angin segar bagi drama kejahatan Hongkong yang semakin monoton dari hari ke hari apalagi dengan aktor aktris yang tidak jauh berbeda dari satu film ke film lainnya. Kepolisian yang berusaha menyelidiki intrik-intrik “kotor” yang biasa terjadi di bursa saham. Terdengar baru?
Apapun yang berusaha disajikan duet sutradara Alan dan Felix disini seharusnya bisa lebih menarik lagi. Sayangnya terlalu banyak subplot di dalamnya yang sebetulnya tidak terlalu penting selain bertujuan melebarkan durasi tetapi mengaburkan fokus utamanya. Bagaimana kehidupan masing-masing dari karakter Johnny, Gene dan Max turut dibahas juga. Belum lagi latar belakang para “pelaku” disini. Bagus dari segi pengembangan karakterisasi walaupun cenderung membosankan.
Satu lagi yang cukup mengganggu adalah setengah durasi film yang lagi-lagi jatuh ke dalam tipikal film sejenis yang biasanya memuat pembunuhan, penculikan hingga balas dendam. Bahkan sekaliber Lau, Koo, Wu tidak mampu mengangkat tokoh yang mereka perankan masing-masing untuk keluar dari stereotype. Pengecualian mungkin bagi Michael Wong yang tetap kharismatik dengan aroma antagonis dan tangan dinginnya.
Pada akhirnya Overheard hanya menjanjikan di awal tetapi menjadi klise menjelang akhirnya. Seharusnya akan lebih baik jika ide tetap berada dalam jalurnya yakni pembahasan dunia perdagangan saham dan segala permasalahannya. Mungkin dikhawatirkan penonton Asia masih terlalu takut untuk menyaksikan film yang terlalu kompleks ala Wall Street?
Durasi:
100 menit
Asian Box Office:
HKD 15,345,043 di Hong Kong sampai akhir September 2009.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Selasa, 15 September 2009
BEYOND A REASONABLE DOUBT : Ambisi Pribadi Jurnalis dan Masa Lalu Terselubung
Tagline:
Why would a man frame himself... for murder?
Storyline:
Pengacara kawakan Martin Hunter memiliki catatan menakjubkan dalam memenjarakan banyak pelaku kejahatan dan mencalonkan dirinya sebagai Gubernur. CJ Nichols, jurnalis ambisius menyelidiki kemungkinan Hunter memberikan bukti palsu untuk memperkuat dakwaannya, sang jaksa mulai kelabakan. Untuk menjebak Hunter, CJ sengaja menjadikan dirinya sebagai tersangka pembunuhan. CJ juga terlibat asmara dengan asisten jaksa, Ella hingga Ella terperangkap di antara ambisi politik atasannya dan penyelidikan CJ yang membahayakan.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Foresight Unlimited, RKO Pictures, Signature Pictures dan didistribusikan oleh After Dark Films.
Cast:
Mulai naik pamor lewat film layar lebar pertamanya yaitu John Tucker Must Die (2006), Jesse Metcalfe kali ini berperan sebagai jurnalis ambisius yang bertekad menggulingkan seorang pengacara ternama.
Amber Tamblyn terakhir membintangi The Sisterhood of the Traveling Pants 2 (2008) yang diangkat dari novel, disini ia bermain sebagai asisten jaksa yang harus memilih berdiri di antara kekasih dan atasannya sendiri.
Michael Douglas sebagai Martin Hunter.
Director:
Peter Hyams pernah beberapa kali mengarahkan Van Damme termasuk dalam Timecop (1994).
Comment:
Merupakan remake film berjudul serupa di tahun 1956 yang bisa dikatakan telah menjadi cult saat ini, entah bagaimana caranya mereka membuat film ini pada jamannya. Kini 53 tahun setelahnya diproduksi ulang dengan jajaran cast yang menarik. Kita punya Michael Douglas yang justru lebih terlihat sebagai aktor pendukung terlepas dari superioritas karakter yang diperankannya. Lalu ada dua nama yang lebih muda dan saling berpasangan yaitu Jesse Metcalfe dan Amber Tamblyn. Keduanya berbagi chemistry dengan cukup baik tetapi sayangnya tidak cukup kuat untuk memimpin. Entah Metcalfe yang lebih banyak terlibat dalam serial televisi mau membawa karir aktornya kemana. Peran CJ sepertinya terlalu berat baginya meski ia sudah berusaha maksimal. Tamblyn juga terasa kurang konsisten, terkadang bagus terkadang buruk di berbagai scene. Hal ini menjadikan Douglas sebagai satu-satunya yang outstanding apalagi untuk peran sosok yang berpengalaman dan kharismatik tersebut.
Sutradara Hyams bukan lagi jaminan film aksi laris seperti yang pernah disandangnya di tahun 1990an. Belakangan ia lebih banyak membuat film kelas B sehingga berdampak juga pada kualitas film ini mulai dari sinematografi, eksekusi skrip dsb. Dialah orang nomor satu yang mungkin patut dipersalahkan atas kegagalan film ini.
Namun jika mencap Beyond A Reasonable Doubt sebagai film yang buruk, nanti dulu. Drama thriller ini memang agak membosankan di awal tetapi cukup piawai meningkatkan tensi melewati pertengahan durasi hingga memuncak di akhir. Elemen suspensi juga cukup terasa menjelang akhir bahwa siapa sesungguhnya karakter abu-abu tersebut. Sebuah twist yang disiapkan mendekati credit title bisa jadi membuat anda terkesiap. Setelah itu? Lupakan saja film ini karena tidak memorable samasekali.
Durasi:
105 menit
U.S. Box Office:
$32,409 till 27 September 2009.
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Why would a man frame himself... for murder?
Storyline:
Pengacara kawakan Martin Hunter memiliki catatan menakjubkan dalam memenjarakan banyak pelaku kejahatan dan mencalonkan dirinya sebagai Gubernur. CJ Nichols, jurnalis ambisius menyelidiki kemungkinan Hunter memberikan bukti palsu untuk memperkuat dakwaannya, sang jaksa mulai kelabakan. Untuk menjebak Hunter, CJ sengaja menjadikan dirinya sebagai tersangka pembunuhan. CJ juga terlibat asmara dengan asisten jaksa, Ella hingga Ella terperangkap di antara ambisi politik atasannya dan penyelidikan CJ yang membahayakan.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Foresight Unlimited, RKO Pictures, Signature Pictures dan didistribusikan oleh After Dark Films.
Cast:
Mulai naik pamor lewat film layar lebar pertamanya yaitu John Tucker Must Die (2006), Jesse Metcalfe kali ini berperan sebagai jurnalis ambisius yang bertekad menggulingkan seorang pengacara ternama.
Amber Tamblyn terakhir membintangi The Sisterhood of the Traveling Pants 2 (2008) yang diangkat dari novel, disini ia bermain sebagai asisten jaksa yang harus memilih berdiri di antara kekasih dan atasannya sendiri.
Michael Douglas sebagai Martin Hunter.
Director:
Peter Hyams pernah beberapa kali mengarahkan Van Damme termasuk dalam Timecop (1994).
Comment:
Merupakan remake film berjudul serupa di tahun 1956 yang bisa dikatakan telah menjadi cult saat ini, entah bagaimana caranya mereka membuat film ini pada jamannya. Kini 53 tahun setelahnya diproduksi ulang dengan jajaran cast yang menarik. Kita punya Michael Douglas yang justru lebih terlihat sebagai aktor pendukung terlepas dari superioritas karakter yang diperankannya. Lalu ada dua nama yang lebih muda dan saling berpasangan yaitu Jesse Metcalfe dan Amber Tamblyn. Keduanya berbagi chemistry dengan cukup baik tetapi sayangnya tidak cukup kuat untuk memimpin. Entah Metcalfe yang lebih banyak terlibat dalam serial televisi mau membawa karir aktornya kemana. Peran CJ sepertinya terlalu berat baginya meski ia sudah berusaha maksimal. Tamblyn juga terasa kurang konsisten, terkadang bagus terkadang buruk di berbagai scene. Hal ini menjadikan Douglas sebagai satu-satunya yang outstanding apalagi untuk peran sosok yang berpengalaman dan kharismatik tersebut.
Sutradara Hyams bukan lagi jaminan film aksi laris seperti yang pernah disandangnya di tahun 1990an. Belakangan ia lebih banyak membuat film kelas B sehingga berdampak juga pada kualitas film ini mulai dari sinematografi, eksekusi skrip dsb. Dialah orang nomor satu yang mungkin patut dipersalahkan atas kegagalan film ini.
Namun jika mencap Beyond A Reasonable Doubt sebagai film yang buruk, nanti dulu. Drama thriller ini memang agak membosankan di awal tetapi cukup piawai meningkatkan tensi melewati pertengahan durasi hingga memuncak di akhir. Elemen suspensi juga cukup terasa menjelang akhir bahwa siapa sesungguhnya karakter abu-abu tersebut. Sebuah twist yang disiapkan mendekati credit title bisa jadi membuat anda terkesiap. Setelah itu? Lupakan saja film ini karena tidak memorable samasekali.
Durasi:
105 menit
U.S. Box Office:
$32,409 till 27 September 2009.
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Senin, 14 September 2009
TRAILER PARK OF TERROR : Sekelompok Muda-Mudi Terjebak Teror Setan
Tagline:
Fear Has A New Home!
Storyline:
Enam siswa-siswi SMU bermasalah bersama dengan Pastor muda, Lewis baru saja kembali dari aktifitas pembangunan karakter di sebuah pegunungan. Saat badai, bus yang mereka tumpangi mengalami tabrakan dan terdampar di tengah Trucker's Triangle. Mereka kemudian mencari perlindungan di sebuah rumah tua yang dihuni oleh Norma, wanita seksi yang menyimpan dendam bersama kawanannya yang haus darah. Akankah semuanya terbantai atau harus ada yang hidup untuk bercerita mengenai itu semua?
Nice-to-know:
Didasarkan pada serial Komik Imperium berjudul sama, Trailer Park of Terror.
Cast:
Nichole Hiltz sebagai Norma
Priscilla Barnes sebagai Jean
Stefanie Black sebagai Tiffany
Jeanette Brox sebagai Bridget
Ryan Carnes sebagai Alex
Ed Corbin sebagai Sgt. Stank
Brock Cuchna sebagai Aaron
Matthew Del Negro sebagai Pastor Lewis
Director:
Steven Goldmann biasa menangani video klip musik country seperti Faith Hill dalam This Kiss dan terutama musik rock nya Metallica.
Comment:
Dikategorikan sebagai horor komedi, saya tidak pernah melihat atau mendengar komik yang menjadi alasan pembuatan film ini. Sutradara Goldmann yang sudah sangat piawai di bidang musik rasanya terlalu "inovatif" dalam mengarahkan genre seperti ini. Memang beberapa lagu rock termasuk Come To Me, Satan sangat mendominasi adegan teror yang ada dan bisa dibilang cukup tepat membangun atmosfernya. Namun jika segmentasi remaja yang dituju, Goldmann bisa dibilang gagal membangun tawa ataupun rasa ngeri. Yang ada hanyalah gambar-gambar menjijikkan yang dikombinasi dengan kegilaan perilaku zombie-zombie tersebut bisa jadi hanya bisa dinikmati mereka yang menyenangi atmosfir kesadisan bersinema. Tidak halnya dengan saya yang lebih menyukai horor/thriller yang wajar dalam segala aspek. Ohya, beberapa adegan seks ataupun yang menjurus aksi porno juga terpapar dengan gamblang tanpa malu-malu. Aktor-aktrisnya juga nyaris tidak memiliki peluang membangun karakter karena keterbatasan skrip. Pembukaan dan penutupan film juga nyaris tanpa penjelasan yang logis. Akhir kata, Trailer Park Of Terror akan menyiksa dengan kebosanan dan menyuguhkan kebodohan semata bagi audiens umum.
Durasi:
90 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Fear Has A New Home!
Storyline:
Enam siswa-siswi SMU bermasalah bersama dengan Pastor muda, Lewis baru saja kembali dari aktifitas pembangunan karakter di sebuah pegunungan. Saat badai, bus yang mereka tumpangi mengalami tabrakan dan terdampar di tengah Trucker's Triangle. Mereka kemudian mencari perlindungan di sebuah rumah tua yang dihuni oleh Norma, wanita seksi yang menyimpan dendam bersama kawanannya yang haus darah. Akankah semuanya terbantai atau harus ada yang hidup untuk bercerita mengenai itu semua?
Nice-to-know:
Didasarkan pada serial Komik Imperium berjudul sama, Trailer Park of Terror.
Cast:
Nichole Hiltz sebagai Norma
Priscilla Barnes sebagai Jean
Stefanie Black sebagai Tiffany
Jeanette Brox sebagai Bridget
Ryan Carnes sebagai Alex
Ed Corbin sebagai Sgt. Stank
Brock Cuchna sebagai Aaron
Matthew Del Negro sebagai Pastor Lewis
Director:
Steven Goldmann biasa menangani video klip musik country seperti Faith Hill dalam This Kiss dan terutama musik rock nya Metallica.
Comment:
Dikategorikan sebagai horor komedi, saya tidak pernah melihat atau mendengar komik yang menjadi alasan pembuatan film ini. Sutradara Goldmann yang sudah sangat piawai di bidang musik rasanya terlalu "inovatif" dalam mengarahkan genre seperti ini. Memang beberapa lagu rock termasuk Come To Me, Satan sangat mendominasi adegan teror yang ada dan bisa dibilang cukup tepat membangun atmosfernya. Namun jika segmentasi remaja yang dituju, Goldmann bisa dibilang gagal membangun tawa ataupun rasa ngeri. Yang ada hanyalah gambar-gambar menjijikkan yang dikombinasi dengan kegilaan perilaku zombie-zombie tersebut bisa jadi hanya bisa dinikmati mereka yang menyenangi atmosfir kesadisan bersinema. Tidak halnya dengan saya yang lebih menyukai horor/thriller yang wajar dalam segala aspek. Ohya, beberapa adegan seks ataupun yang menjurus aksi porno juga terpapar dengan gamblang tanpa malu-malu. Aktor-aktrisnya juga nyaris tidak memiliki peluang membangun karakter karena keterbatasan skrip. Pembukaan dan penutupan film juga nyaris tanpa penjelasan yang logis. Akhir kata, Trailer Park Of Terror akan menyiksa dengan kebosanan dan menyuguhkan kebodohan semata bagi audiens umum.
Durasi:
90 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Minggu, 13 September 2009
EVENING : Nostalgia Masa Muda Di Usia Senja
Quotes:
Ray-Mistakes are beautiful, baby. Mistakes are part of the fun.
Cerita:
Menjelang ajalnya, Ann Lord kerapkali menyebutkan nama Harris sambil mengingat masa 50 tahun lalu saat ia masih menjadi penyanyi paruh waktu. Ia melakukan perjalanan dari New York demi menghadiri pernikahan sahabatnya Lila Wittenborn di Newport sekaligus menjadi pengiringnya. Ann Grant disambut oleh saudara Lila, Buddy yang menaruh hati padanya. Buddy bercerita bahwa sesungguhnya Lila jatuh hati pada Harris Arden yang memiliki daya tarik tinggi. Alih-alih menghindari, Ann malah terlibat affair singkat dengan Harris. Pada akhirnya semua hanyalah kenangan belaka dan kedua putri Ann, Nina dan Constance memiliki perbedaan mendasar satu sama lain yang disebabkan masa lalu ibunya.
Gambar:
Keindahan New York dan Rhode Island di masa 1950an tergambar dengan jelas, pemandangan senja dan malam hari mendominasi scene.
Act:
Claire Danes memulai aktingnya dalam Dreams of Love (1990) dan kali ini kebagian peran Ann Grant dimana ia dituntut untuk bernyanyi dan berekspresi sebagai gadis oportunis yang berkepribadian hangat.
Aktor berusia 36 tahun ini pertama muncul dalam My Sister's Wedding (2001). Disini Patrick Wilson bermain sebagai Harris Arden, bekas pekerja militer yang juga seorang dokter lapangan.
Didukung oleh belasan nama ternama seperti Meryl Streep, Glenn Close, Eileen Atkins, Vanessa Redgrave, Hugh Dancy, Mamie Gummer dll.
Sutradara:
Pria kelahiran Hungaria 63 tahun yang lalu bernama Lajos Koltai ini lebih sering bertindak sebagai sinematografer untuk film-film Jerman ataupun Perancis semasa karirnya.
Komentar:
Film adaptasi yang cukup pintar dari sebuah novel yang bagus. Alur maju mundur yang digunakan tetap mampu mengeksplorasi beberapa karakter utama secara konsisten. Dari segi cast tidak perlu diragukan lagi, nama-nama kondang yang sudah jaminan mutu turut mendukungnya. Acungan jempol patut dilayangkan pada Claire Danes yang memperlihatkan kemampuan bernyanyinya, juga Patrick Wilson yang menunjukkan kharismanya dengan gemilang. Permasalahan keluarga yang diangkat terasa nyata karena siapapun mungkin menyesali kehidupannya terutama jika dipandang dari usia lanjut. Yang sedikit dipertanyakan adalah solusi yang bisa jadi kelewat rapi dibandingkan kehidupan sesungguhnya. Tetapi lihatlah Evening dari sudut pandang personal, kita akan menemui banyak nilai kehidupan yang patut direnungkan. Sayangnya alur lambat yang digunakan rasanya cukup menyiksa penonton untuk tetap duduk manis.
Durasi:
115 menit
U.S. Box Office:
$12,406,646 till July 2007
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Ray-Mistakes are beautiful, baby. Mistakes are part of the fun.
Cerita:
Menjelang ajalnya, Ann Lord kerapkali menyebutkan nama Harris sambil mengingat masa 50 tahun lalu saat ia masih menjadi penyanyi paruh waktu. Ia melakukan perjalanan dari New York demi menghadiri pernikahan sahabatnya Lila Wittenborn di Newport sekaligus menjadi pengiringnya. Ann Grant disambut oleh saudara Lila, Buddy yang menaruh hati padanya. Buddy bercerita bahwa sesungguhnya Lila jatuh hati pada Harris Arden yang memiliki daya tarik tinggi. Alih-alih menghindari, Ann malah terlibat affair singkat dengan Harris. Pada akhirnya semua hanyalah kenangan belaka dan kedua putri Ann, Nina dan Constance memiliki perbedaan mendasar satu sama lain yang disebabkan masa lalu ibunya.
Gambar:
Keindahan New York dan Rhode Island di masa 1950an tergambar dengan jelas, pemandangan senja dan malam hari mendominasi scene.
Act:
Claire Danes memulai aktingnya dalam Dreams of Love (1990) dan kali ini kebagian peran Ann Grant dimana ia dituntut untuk bernyanyi dan berekspresi sebagai gadis oportunis yang berkepribadian hangat.
Aktor berusia 36 tahun ini pertama muncul dalam My Sister's Wedding (2001). Disini Patrick Wilson bermain sebagai Harris Arden, bekas pekerja militer yang juga seorang dokter lapangan.
Didukung oleh belasan nama ternama seperti Meryl Streep, Glenn Close, Eileen Atkins, Vanessa Redgrave, Hugh Dancy, Mamie Gummer dll.
Sutradara:
Pria kelahiran Hungaria 63 tahun yang lalu bernama Lajos Koltai ini lebih sering bertindak sebagai sinematografer untuk film-film Jerman ataupun Perancis semasa karirnya.
Komentar:
Film adaptasi yang cukup pintar dari sebuah novel yang bagus. Alur maju mundur yang digunakan tetap mampu mengeksplorasi beberapa karakter utama secara konsisten. Dari segi cast tidak perlu diragukan lagi, nama-nama kondang yang sudah jaminan mutu turut mendukungnya. Acungan jempol patut dilayangkan pada Claire Danes yang memperlihatkan kemampuan bernyanyinya, juga Patrick Wilson yang menunjukkan kharismanya dengan gemilang. Permasalahan keluarga yang diangkat terasa nyata karena siapapun mungkin menyesali kehidupannya terutama jika dipandang dari usia lanjut. Yang sedikit dipertanyakan adalah solusi yang bisa jadi kelewat rapi dibandingkan kehidupan sesungguhnya. Tetapi lihatlah Evening dari sudut pandang personal, kita akan menemui banyak nilai kehidupan yang patut direnungkan. Sayangnya alur lambat yang digunakan rasanya cukup menyiksa penonton untuk tetap duduk manis.
Durasi:
115 menit
U.S. Box Office:
$12,406,646 till July 2007
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Sabtu, 12 September 2009
LAST CHANCE HARVEY : Pertemuan Usia Senja Membawa Dinamika Baru
Quotes:
Kate Walker-I'm not gonna do it, because it'll hurt! Sometime or other there'll be, you know "It's not working." or "I need my space." or whatever it is and it will end and it will hurt, and I won't do it.
Cerita:
Pekerja iklan komersial, Harvey Shine mengambil cuti dari kesibukannya untuk menghadiri pernikahan putrinya, Susan di London sekaligus bertemu mantan istrinya, Jean yang sudah menikah kembali dengan Brian. Berat hati Harvey harus mengakui bahwa kehadirannya tidak terlalu diharapkan. Nasibnya tidak bertambah baik saat bosnya di New York tiba-tiba memecatnya karena tertinggal pesawat. Dalam kegalauannya, Harvey bertemu wanita menarik yang bekerja di maskapai penerbangan, Kate Walker. Pertemuan singkat itu terus berlanjut dan menghadapkan Harvey pada kesempatan langka dalam seumur hidupnya.
Gambar:
Hampir semua berlokasi di London termasuk Belsize Park dan Green Park tempat pertemuan Harvey dan Kate serta London Heathrow Airport tempat Kate bekerja membawa nuansa alami yang menggambarkan suasana hati mereka dalam kesehariannya.
Act:
Aktor kelahiran tahun 1937, Dustin Hoffman mengawali karirnya di dunia televisi yang membawanya pada film layar lebar pertamanya, The Tiger Makes Out (1967). Selang waktu 40 tahun kemudian, ia menjadi aktor senior Hollywood yang diakui kharismanya termasuk berperan sebagai Harvey Shine, pekerja iklan komersial yang harus menghadapi dilema saat berangkat ke Inggris Raya.
Aktris kelahiran 1959, Emma Thompson selayaknya Dustin memulai akting dalam beberapa serial televisi hingga debut pertamanya dalam The Tall Guy (1989). Salah satu aktris senior Inggris yang sukses di Hollywood ini bermain sebagai Kate Walker, wanita matang yang masih harus mengurus ibu kandungnya walaupun kehidupan pribadinya sendiri sangat kompleks.
Sutradara:
Pria kelahiran Inggris bernama Joel Hopkins ini baru menyutradarai dua film termasuk debutnya dalam Jorge (1998) dan kali ini berkesempatan mengarahkan dua aktor-aktris kaliber Oscar dimana ia juga bertindak sebagai penulis cerita. Well done!
Komentar:
Plot cerita yang sederhana yaitu pertemuan pria paruh baya Amerika dan wanita mandiri Inggris dalam situasi yang tidak terbayangkan sebelumnya menjadi menarik tatkala pemerannya adalah Dustin Hoffman dan Emma Thompson yang masing-masing sudah mengantongi dua Piala Oscar sepanjang karirnya. Keduanya menampilkan chemistry yang kuat dan mampu membuat penonton berempati sehingga tak heran jika mereka dinominasikan kembali dalam Aktor-Aktris Terbaik kategori Drama Golden Globe tahun ini walau tidak menang. Untungnya lagi penulis cerita sekaligus sutradara film ini cukup pintar mensiasati mood film dan beberapa elemen penting sehingga Last Chance Harvey tidak jatuh ke dalam klisenya tema yang sudah diangkat ratusan ribu kali ini termasuk endingnya yang tidak dipaksakan. Pada akhirnya, drama romantis ini terasa sangat realistis dan mungkin saja terjadi pada kita semua. Meskipun segmennya pada penonton dewasa sampai paruh baya, tidak ada salahnya menyaksikan dua pemain senior dalam film menyentuh menghibur yang bebas dari adegan seks atau kekerasan dengan jualan pemandangan kota London yang indah itu.
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$14,879,423 till April 2009
Overall:
8 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Kate Walker-I'm not gonna do it, because it'll hurt! Sometime or other there'll be, you know "It's not working." or "I need my space." or whatever it is and it will end and it will hurt, and I won't do it.
Cerita:
Pekerja iklan komersial, Harvey Shine mengambil cuti dari kesibukannya untuk menghadiri pernikahan putrinya, Susan di London sekaligus bertemu mantan istrinya, Jean yang sudah menikah kembali dengan Brian. Berat hati Harvey harus mengakui bahwa kehadirannya tidak terlalu diharapkan. Nasibnya tidak bertambah baik saat bosnya di New York tiba-tiba memecatnya karena tertinggal pesawat. Dalam kegalauannya, Harvey bertemu wanita menarik yang bekerja di maskapai penerbangan, Kate Walker. Pertemuan singkat itu terus berlanjut dan menghadapkan Harvey pada kesempatan langka dalam seumur hidupnya.
Gambar:
Hampir semua berlokasi di London termasuk Belsize Park dan Green Park tempat pertemuan Harvey dan Kate serta London Heathrow Airport tempat Kate bekerja membawa nuansa alami yang menggambarkan suasana hati mereka dalam kesehariannya.
Act:
Aktor kelahiran tahun 1937, Dustin Hoffman mengawali karirnya di dunia televisi yang membawanya pada film layar lebar pertamanya, The Tiger Makes Out (1967). Selang waktu 40 tahun kemudian, ia menjadi aktor senior Hollywood yang diakui kharismanya termasuk berperan sebagai Harvey Shine, pekerja iklan komersial yang harus menghadapi dilema saat berangkat ke Inggris Raya.
Aktris kelahiran 1959, Emma Thompson selayaknya Dustin memulai akting dalam beberapa serial televisi hingga debut pertamanya dalam The Tall Guy (1989). Salah satu aktris senior Inggris yang sukses di Hollywood ini bermain sebagai Kate Walker, wanita matang yang masih harus mengurus ibu kandungnya walaupun kehidupan pribadinya sendiri sangat kompleks.
Sutradara:
Pria kelahiran Inggris bernama Joel Hopkins ini baru menyutradarai dua film termasuk debutnya dalam Jorge (1998) dan kali ini berkesempatan mengarahkan dua aktor-aktris kaliber Oscar dimana ia juga bertindak sebagai penulis cerita. Well done!
Komentar:
Plot cerita yang sederhana yaitu pertemuan pria paruh baya Amerika dan wanita mandiri Inggris dalam situasi yang tidak terbayangkan sebelumnya menjadi menarik tatkala pemerannya adalah Dustin Hoffman dan Emma Thompson yang masing-masing sudah mengantongi dua Piala Oscar sepanjang karirnya. Keduanya menampilkan chemistry yang kuat dan mampu membuat penonton berempati sehingga tak heran jika mereka dinominasikan kembali dalam Aktor-Aktris Terbaik kategori Drama Golden Globe tahun ini walau tidak menang. Untungnya lagi penulis cerita sekaligus sutradara film ini cukup pintar mensiasati mood film dan beberapa elemen penting sehingga Last Chance Harvey tidak jatuh ke dalam klisenya tema yang sudah diangkat ratusan ribu kali ini termasuk endingnya yang tidak dipaksakan. Pada akhirnya, drama romantis ini terasa sangat realistis dan mungkin saja terjadi pada kita semua. Meskipun segmennya pada penonton dewasa sampai paruh baya, tidak ada salahnya menyaksikan dua pemain senior dalam film menyentuh menghibur yang bebas dari adegan seks atau kekerasan dengan jualan pemandangan kota London yang indah itu.
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$14,879,423 till April 2009
Overall:
8 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 11 September 2009
THE GRUDGE 3 : Mencoba Menghentikan Kutukan Kayako
Tagline:
You can't escape the curse
Quotes:
Sullivan-Are there any other boys living in this building?
Lisa-No, Jake was it... Why?
Cerita:
Setelah Jake, bocah laki-laki terakhir yang selamat dari kutukan apartemen di Chicago akhirnya meninggal, teror hantu Kayako dan putranya Toshio kembali lagi. Kali ini menghampiri beberapa penghuni yang masih tertinggal termasuk tiga bersaudara pengurus apartemen, Max, Lisa dan si kecil Rose. Seorang wanita Jepang misterius bernama Naoko datang kesana dan bertekad mengakhiri kutukan tersebut dengan bantuan Lisa dan Rose. Tapi apakah semuanya bisa terselesaikan sebelum terlambat?
Gambar:
Visualisasi hantu terasa terlalu pucat sehingga kurang natural. Namun masih cukup setia dengan pakem elemen horor yang ditampilkan prekuelnya.
Act:
Penampilan aktor-aktris utama film ini tidak terlalu spesial tapi tidak bisa dikategorikan buruk juga, dimaklumi karena semuanya bisa dibilang pendatang baru.
Johanna Braddy sebagai Lisa.
Gil McKinney sebagai Max.
Beau Mirchoff sebagai Andy.
Jadie Hobson sebagai Rose.
Shawnee Smith sebagai Dr. Sullivan.
Emi Ikehata sebagai Naoko.
Sutradara:
Pria Inggris bernama Toby Wilkins ini lebih banyak berkiprah dalam bidang visual efek. Namun karya penyutradaraan terakhirnya, Splinter (2008) cukup memuaskan sehingga dipercaya menangani versi ketiga Ju-On Hollywood.
Komentar:
Ketiga dan langsung rilis dalam format video di Amerika sana. Setidaknya fakta tersebut menjadikan anda tidak perlu berekspektasi tinggi terhadap film ini. Perkiraan saya tidak jauh meleset, Grudge 3 hanyalah pengulangan dari apa yang sudah disajikan sebelumnya yaitu plot yang kurang lebih sama, setting yang tidak jauh berbeda, hantu yang sama, kejutan yang hampir mirip tetapi kesamaan yang paling mengganggu adalah ketidakpercayaan tokoh utama terhadap hal-hal supernatural, sungguh bodoh dan sangat tidak penting! Perbedaannya adalah episode 3 ini sedikit lebih gory walau tidak terlalu diekspos. Beberapa adegan masih cukup mengejutkan, terima kasih pada ilustrasi musik yang konsisten. Secara keseluruhan, kualitasnya sedikit lebih baik dari film-film format video tetapi memang franchise The Grudge sudah melelahkan jadi segmennya hanya untuk penonton setia. Open ending yang sudah bisa diduga seperti biasa tetapi mohon jangan dibayangkan kemungkinan episode 4 nya. Cukup!
Durasi:
90 menit
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
You can't escape the curse
Quotes:
Sullivan-Are there any other boys living in this building?
Lisa-No, Jake was it... Why?
Cerita:
Setelah Jake, bocah laki-laki terakhir yang selamat dari kutukan apartemen di Chicago akhirnya meninggal, teror hantu Kayako dan putranya Toshio kembali lagi. Kali ini menghampiri beberapa penghuni yang masih tertinggal termasuk tiga bersaudara pengurus apartemen, Max, Lisa dan si kecil Rose. Seorang wanita Jepang misterius bernama Naoko datang kesana dan bertekad mengakhiri kutukan tersebut dengan bantuan Lisa dan Rose. Tapi apakah semuanya bisa terselesaikan sebelum terlambat?
Gambar:
Visualisasi hantu terasa terlalu pucat sehingga kurang natural. Namun masih cukup setia dengan pakem elemen horor yang ditampilkan prekuelnya.
Act:
Penampilan aktor-aktris utama film ini tidak terlalu spesial tapi tidak bisa dikategorikan buruk juga, dimaklumi karena semuanya bisa dibilang pendatang baru.
Johanna Braddy sebagai Lisa.
Gil McKinney sebagai Max.
Beau Mirchoff sebagai Andy.
Jadie Hobson sebagai Rose.
Shawnee Smith sebagai Dr. Sullivan.
Emi Ikehata sebagai Naoko.
Sutradara:
Pria Inggris bernama Toby Wilkins ini lebih banyak berkiprah dalam bidang visual efek. Namun karya penyutradaraan terakhirnya, Splinter (2008) cukup memuaskan sehingga dipercaya menangani versi ketiga Ju-On Hollywood.
Komentar:
Ketiga dan langsung rilis dalam format video di Amerika sana. Setidaknya fakta tersebut menjadikan anda tidak perlu berekspektasi tinggi terhadap film ini. Perkiraan saya tidak jauh meleset, Grudge 3 hanyalah pengulangan dari apa yang sudah disajikan sebelumnya yaitu plot yang kurang lebih sama, setting yang tidak jauh berbeda, hantu yang sama, kejutan yang hampir mirip tetapi kesamaan yang paling mengganggu adalah ketidakpercayaan tokoh utama terhadap hal-hal supernatural, sungguh bodoh dan sangat tidak penting! Perbedaannya adalah episode 3 ini sedikit lebih gory walau tidak terlalu diekspos. Beberapa adegan masih cukup mengejutkan, terima kasih pada ilustrasi musik yang konsisten. Secara keseluruhan, kualitasnya sedikit lebih baik dari film-film format video tetapi memang franchise The Grudge sudah melelahkan jadi segmennya hanya untuk penonton setia. Open ending yang sudah bisa diduga seperti biasa tetapi mohon jangan dibayangkan kemungkinan episode 4 nya. Cukup!
Durasi:
90 menit
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Kamis, 10 September 2009
CROSSING OVER : Menyeberangi Status Kewarganegaraan AS
Quotes:
Special Agent Ludwig-Miss Shepard we'd like you to tell us about your relationship with center adjudications officer Cole Frankel?
Cerita:
Bertutur tentang beberapa karakter multiras yang berlatar belakang sama yaitu imigran yang berjuang mendapatkan status hukum yang sama di Los Angeles yaitu sebagai warga negara Amerika Serikat. Adalah Max Brogan, inspektur senior yang seringkali melakukan penggerebekan pabrik yang mempekerjakan imigran gelap. Adalah sekeluarga Korea Selatan yang tengah gembira menantikan pengesahan warga negara. Adalah remaja perempuan Timur Tengah yang bersimpati dengan ajaran Islam. Adalah aktris Australia yang nekad melakukan apa saja untuk mendapatkan greencard. Semuanya bertujuan sama dengan polemik masing-masing..
Gambar:
Kantor imigran, pabrik gelap, apartemen sederhana, perbatasan menjadi warna tersendiri dalam memberikan gambaran keseharian para imigran gelap di Los Angeles.
Act:
Film multikarakter biasanya menuntut aktor-aktrisnya tampil mengesankan dengan scene yang tidak terlalu banyak. Terbukti disini semua bermain sesuai standar masing-masing.
Harrison Ford sebagai Max Brogan
Ray Liotta sebagai Cole Frankel
Ashley Judd sebagai Denise Frankel
Jim Sturgess sebagai Gavin Kossef
Cliff Curtis sebagai Hamid Baraheri
Alice Braga sebagai Mireya Sanchez
Alice Eve sebagai Claire Shepard
Summer Bishil sebagai Taslima Jahangir
Justin Chon sebagai Yong Kim
Sutradara:
Pria kelahiran Afrika Selatan bernama Wayne Kramer ini meremake film pendek 35 menit berjudul sama yang pernah dibesutnya di tahun 1996 dengan bertaburan bintang-bintang ternama Hollywood.
Komentar:
Harus diakui ini merupakan salah satu film yang paling kuat dan mengusik sanubari yang pernah membahas kehidupan para imigran di AS. Pemasalahan yang diangkat berikut dinamikanya terasa sangat realitis dan masuk akal. Castnya baik utama maupun pendukung juga tampil brilian sesuai porsinya masing-masing. Sang sutradara yang belum terlalu dikenal mampu menerjemahkan plot cerita dengan seksama. Sebagian besar membandingkannya dengan Crash yang secara fenomenal menyabet Film Terbaik Oscar 2006. Secara konsep memang sama dimana keduanya dieksekusi dengan cerdas. Perbedaannya mungkin sisi dramatisasi Crash yang lebih unggul dibanding Crossing Over yang cenderung datar. Tetapi itulah kelebihannya karena problematika manusia sebagai manusia dan arti kemerdekaan di AS menjadi sesuatu yang harus dipertanyakan. Yang pasti Crossing Over harus dirasakan, bukan untuk dipikirkan. Pada akhirnya film ini sedikit underrated dikarenakan rilis terbatas dan cenderung direct to dvd tanpa banyak notifikasi. Sayang sekali!
Durasi:
105 menit
U.S. Box Office:
$454,149 till April 2009 (rilis terbatas)
Overall:
7.5 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Special Agent Ludwig-Miss Shepard we'd like you to tell us about your relationship with center adjudications officer Cole Frankel?
Cerita:
Bertutur tentang beberapa karakter multiras yang berlatar belakang sama yaitu imigran yang berjuang mendapatkan status hukum yang sama di Los Angeles yaitu sebagai warga negara Amerika Serikat. Adalah Max Brogan, inspektur senior yang seringkali melakukan penggerebekan pabrik yang mempekerjakan imigran gelap. Adalah sekeluarga Korea Selatan yang tengah gembira menantikan pengesahan warga negara. Adalah remaja perempuan Timur Tengah yang bersimpati dengan ajaran Islam. Adalah aktris Australia yang nekad melakukan apa saja untuk mendapatkan greencard. Semuanya bertujuan sama dengan polemik masing-masing..
Gambar:
Kantor imigran, pabrik gelap, apartemen sederhana, perbatasan menjadi warna tersendiri dalam memberikan gambaran keseharian para imigran gelap di Los Angeles.
Act:
Film multikarakter biasanya menuntut aktor-aktrisnya tampil mengesankan dengan scene yang tidak terlalu banyak. Terbukti disini semua bermain sesuai standar masing-masing.
Harrison Ford sebagai Max Brogan
Ray Liotta sebagai Cole Frankel
Ashley Judd sebagai Denise Frankel
Jim Sturgess sebagai Gavin Kossef
Cliff Curtis sebagai Hamid Baraheri
Alice Braga sebagai Mireya Sanchez
Alice Eve sebagai Claire Shepard
Summer Bishil sebagai Taslima Jahangir
Justin Chon sebagai Yong Kim
Sutradara:
Pria kelahiran Afrika Selatan bernama Wayne Kramer ini meremake film pendek 35 menit berjudul sama yang pernah dibesutnya di tahun 1996 dengan bertaburan bintang-bintang ternama Hollywood.
Komentar:
Harus diakui ini merupakan salah satu film yang paling kuat dan mengusik sanubari yang pernah membahas kehidupan para imigran di AS. Pemasalahan yang diangkat berikut dinamikanya terasa sangat realitis dan masuk akal. Castnya baik utama maupun pendukung juga tampil brilian sesuai porsinya masing-masing. Sang sutradara yang belum terlalu dikenal mampu menerjemahkan plot cerita dengan seksama. Sebagian besar membandingkannya dengan Crash yang secara fenomenal menyabet Film Terbaik Oscar 2006. Secara konsep memang sama dimana keduanya dieksekusi dengan cerdas. Perbedaannya mungkin sisi dramatisasi Crash yang lebih unggul dibanding Crossing Over yang cenderung datar. Tetapi itulah kelebihannya karena problematika manusia sebagai manusia dan arti kemerdekaan di AS menjadi sesuatu yang harus dipertanyakan. Yang pasti Crossing Over harus dirasakan, bukan untuk dipikirkan. Pada akhirnya film ini sedikit underrated dikarenakan rilis terbatas dan cenderung direct to dvd tanpa banyak notifikasi. Sayang sekali!
Durasi:
105 menit
U.S. Box Office:
$454,149 till April 2009 (rilis terbatas)
Overall:
7.5 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Rabu, 09 September 2009
THE SHORTCUT : Jalan Pintas Berujung Maut
Tagline:
Some urban legend is real.
Storyline:
Sebuah jalan pintas melalui hutan kayu dapat mempersingkat waktu untuk tiba di sekolah, tetapi tidak ada seorangpun yang berani melakukannya. Sebuah legenda menceritakan bahwa di dalam hutan tersebut tinggal seorang bapak tua yang telah banyak melenyapkan anak remaja yang melewati hutan tersebut. Setelah hilangnya beberapa remaja kembali terjadi, sekelompok muda-mudi bertekad membuktikan kebenaran legenda tersebut.
Nice-to-know:
Keseluruhan lokasi syuting dilakukan di Saskatchewan, Kanada.
Cast:
Jajaran pendukung film ini belum banyak dikenal publik.
Andrew Seeley sebagai Derek (as Drew Seeley)
Shannon Woodward sebagai Lisa
Dave Franco sebagai Mark
Katrina Bowden sebagai Christy
Raymond J. Barry sebagai Old Man / Ivor (as Raymond Barry)
Josh Emerson sebagai Taylor
Director:
Sebelum ini Nicholaus Goossen menggarap Grandma's Boy (2006).
Comment:
The Shortcut dapat dikategorikan sebagai slasher movie kelas B. Bujet rendah dengan sutradara dan cast yang tidak terkenal samasekali. Meski demikian castnya bermain lumayan dalam arti kata memenuhi standar. Namun teramat sayang karena plotnya sangat lemah sehingga rasanya keseluruhan cerita mungkin dapat disimpulkan hanya dalam beberapa kalimat saja. Prolog dibuka dengan tidak meyakinkan, sangat norak dan unsur kejutannya konyol. Beruntung setelah bergulir, mood film berubah. Pengembangan karakter meskipun belum maksimal menunjukkan peningkatan yang signifikan. Elemen ketegangan mulai dibangun di pertengahan terutama saat muda-mudi tersebut "membongkar" rumah pria tua tersebut. Lagi-lagi dirusak dengan logika cerita yang kurang masuk akal, mengapa mereka penasaran dan sebegitu pedulinya? Pembantaian hanya dilakukan dengan suara dan imajinasi, bukan visualisasi sehingga tidak ada adegan sadis yang muncul disini. Endingnya sangat mudah ditebak dan menyisakan twist yang cukup menarik meskipun akan membuat penonton mengerutkan kening. Watch it in DVD if you curious!
Durasi:
80 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Some urban legend is real.
Storyline:
Sebuah jalan pintas melalui hutan kayu dapat mempersingkat waktu untuk tiba di sekolah, tetapi tidak ada seorangpun yang berani melakukannya. Sebuah legenda menceritakan bahwa di dalam hutan tersebut tinggal seorang bapak tua yang telah banyak melenyapkan anak remaja yang melewati hutan tersebut. Setelah hilangnya beberapa remaja kembali terjadi, sekelompok muda-mudi bertekad membuktikan kebenaran legenda tersebut.
Nice-to-know:
Keseluruhan lokasi syuting dilakukan di Saskatchewan, Kanada.
Cast:
Jajaran pendukung film ini belum banyak dikenal publik.
Andrew Seeley sebagai Derek (as Drew Seeley)
Shannon Woodward sebagai Lisa
Dave Franco sebagai Mark
Katrina Bowden sebagai Christy
Raymond J. Barry sebagai Old Man / Ivor (as Raymond Barry)
Josh Emerson sebagai Taylor
Director:
Sebelum ini Nicholaus Goossen menggarap Grandma's Boy (2006).
Comment:
The Shortcut dapat dikategorikan sebagai slasher movie kelas B. Bujet rendah dengan sutradara dan cast yang tidak terkenal samasekali. Meski demikian castnya bermain lumayan dalam arti kata memenuhi standar. Namun teramat sayang karena plotnya sangat lemah sehingga rasanya keseluruhan cerita mungkin dapat disimpulkan hanya dalam beberapa kalimat saja. Prolog dibuka dengan tidak meyakinkan, sangat norak dan unsur kejutannya konyol. Beruntung setelah bergulir, mood film berubah. Pengembangan karakter meskipun belum maksimal menunjukkan peningkatan yang signifikan. Elemen ketegangan mulai dibangun di pertengahan terutama saat muda-mudi tersebut "membongkar" rumah pria tua tersebut. Lagi-lagi dirusak dengan logika cerita yang kurang masuk akal, mengapa mereka penasaran dan sebegitu pedulinya? Pembantaian hanya dilakukan dengan suara dan imajinasi, bukan visualisasi sehingga tidak ada adegan sadis yang muncul disini. Endingnya sangat mudah ditebak dan menyisakan twist yang cukup menarik meskipun akan membuat penonton mengerutkan kening. Watch it in DVD if you curious!
Durasi:
80 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Minggu, 06 September 2009
NOMAD : Epik Sejarah Dari Asia Tengah
Cerita:
Pada abad 18 di Kazakhstan, Mansur sejak awal dididik untuk menjadi seorang pemimpin masa depan yang mampu mempersatukan berbagai suku yang selama ini berperang. Bersama Erali, sahabat yang dianggapnya adik kandung sendiri, mereka tumbuh menjadi pejuang gagah berani yang jatuh cinta pada gadis yang sama, Gaukhar. Kedamaian tidak berlangsung lama saat Gaukhar diculik dan berniat diperistri oleh Sharish. Akankah pada akhirnya Mansur berhasil menyelamatkan pujaan hatinya tersebut sekaligus memenuhi cita-cita ayahnya?
Gambar:
Berlokasi syuting di Kazakhstan, kehidupan masa silam terasa meyakinkan dengan kostum dan settingnya. Sayangnya hal tersebut tidak diimbangi dengan beberapa adegan perang yang tidak konsisten.
Act:
Angkat nama lewat trilogi Goal!, Kuno Becker yang asli Mexico ini bermain sebagai Mansur, pemersatu suku-suku Kazakhstan di masa silam yang tangguh sekaligus berjiwa besar.
Memulai akting lewat peran kecil dalam Living The Life (2000), Jay Hernandez yang kelahiran California ini berperan sebagai Erali, pejuang pemberani yang harus terlibat cinta segitiga dengan Mansur yang sudah dianggap kakaknya sendiri.
Turut didukung juga oleh Ayanat Ksenbai sebagai si cantik love interestnya Mansur dan Erali, Gaukhar serta dua nama lama Mark Dacascos sebagai Sharish dan Jason Scott Lee sebagai Oraz.
Sutradara:
Kolaborasi pria Ceko, Ivan Passer dan pria Rusia, Sergei Bodrov menghasilkan epik Asia yang justru diperankan bintang Amerika. Kabarnya film ini akan dirilis dalam dua versi, Asia dan Amerikanya. Kita tunggu versi Amerikanya di masa mendatang.
Komentar:
Salah satu kelemahan mencolok film ini adalah suara karakter-karakter utamanya yang seakan dubbing hanya karena mereka bukan asli Kazakhstan, entah beberapa bagian saja atau sepenuhnya! Satu lagi yang lebih mengganggu adalah ketidakakuratan gambaran kaum nomad Kazak yang harus berjuang selama 300 tahun melawan kaum penjajah Jongar. Bagi non Kazak, hal itu rasanya termaafkan karena jarang sekali suguhan epik sejarah Asia Tengah di kancah perfilman internasional. Bujet 40 juta dollar terlihat bisa dimaksimalkan untuk adegan pertarungan memikat, terlepas dari kemiripan gaya dengan film-film sejenis seperti Musa, Gladiator, Troy dsb. Secara keseluruhan dari kacamata saya, hasil akhir Nomad hanya sampai taraf lumayan walau seharusnya bisa lebih baik lagi.
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$73,369 till May 2007 (selected theatres)
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Pada abad 18 di Kazakhstan, Mansur sejak awal dididik untuk menjadi seorang pemimpin masa depan yang mampu mempersatukan berbagai suku yang selama ini berperang. Bersama Erali, sahabat yang dianggapnya adik kandung sendiri, mereka tumbuh menjadi pejuang gagah berani yang jatuh cinta pada gadis yang sama, Gaukhar. Kedamaian tidak berlangsung lama saat Gaukhar diculik dan berniat diperistri oleh Sharish. Akankah pada akhirnya Mansur berhasil menyelamatkan pujaan hatinya tersebut sekaligus memenuhi cita-cita ayahnya?
Gambar:
Berlokasi syuting di Kazakhstan, kehidupan masa silam terasa meyakinkan dengan kostum dan settingnya. Sayangnya hal tersebut tidak diimbangi dengan beberapa adegan perang yang tidak konsisten.
Act:
Angkat nama lewat trilogi Goal!, Kuno Becker yang asli Mexico ini bermain sebagai Mansur, pemersatu suku-suku Kazakhstan di masa silam yang tangguh sekaligus berjiwa besar.
Memulai akting lewat peran kecil dalam Living The Life (2000), Jay Hernandez yang kelahiran California ini berperan sebagai Erali, pejuang pemberani yang harus terlibat cinta segitiga dengan Mansur yang sudah dianggap kakaknya sendiri.
Turut didukung juga oleh Ayanat Ksenbai sebagai si cantik love interestnya Mansur dan Erali, Gaukhar serta dua nama lama Mark Dacascos sebagai Sharish dan Jason Scott Lee sebagai Oraz.
Sutradara:
Kolaborasi pria Ceko, Ivan Passer dan pria Rusia, Sergei Bodrov menghasilkan epik Asia yang justru diperankan bintang Amerika. Kabarnya film ini akan dirilis dalam dua versi, Asia dan Amerikanya. Kita tunggu versi Amerikanya di masa mendatang.
Komentar:
Salah satu kelemahan mencolok film ini adalah suara karakter-karakter utamanya yang seakan dubbing hanya karena mereka bukan asli Kazakhstan, entah beberapa bagian saja atau sepenuhnya! Satu lagi yang lebih mengganggu adalah ketidakakuratan gambaran kaum nomad Kazak yang harus berjuang selama 300 tahun melawan kaum penjajah Jongar. Bagi non Kazak, hal itu rasanya termaafkan karena jarang sekali suguhan epik sejarah Asia Tengah di kancah perfilman internasional. Bujet 40 juta dollar terlihat bisa dimaksimalkan untuk adegan pertarungan memikat, terlepas dari kemiripan gaya dengan film-film sejenis seperti Musa, Gladiator, Troy dsb. Secara keseluruhan dari kacamata saya, hasil akhir Nomad hanya sampai taraf lumayan walau seharusnya bisa lebih baik lagi.
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$73,369 till May 2007 (selected theatres)
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Sabtu, 05 September 2009
HANGOVER : Short Term Memory Lost Tiga Serangkai Menjelang Pernikahan
Quotes:
Phil Wenneck-Tracy, it's Phil.
Tracy Garner-Phil, where the hell are you guys?
Phil Wenneck-Listen, we fucked up. We lost Doug.
Tracy Garner-What? We're getting married in *five hours*.
Phil Wenneck-Yeah... that's not gonna happen.
Cerita:
Sebelum pernikahannya dengan Tracy, Doug diwajibkan menghadiri pesta bujangan bersama kedua temannya, Phil dan Stu serta adik Tracy, Alan di Las Vegas. Berempat mereka berjudi dan menikmati penthouse mewah secara gila-gilaan hingga mabuk.. Terbangun di pagi hari, betapa kagetnya Alan menemukan harimau di kamar mandi, Stu kehilangan gigi serinya dan Phil yang baru saja keluar dari rumah sakit. Kepanikan melanda saat Doug menghilang! Segala petunjuk kecil harus dikumpulkan tiga serangkai itu dalam waktu kurang dari 48 jam atau pernikahan Doug-Tracy terancam batal.
Gambar:
Gemerlap meja judi dan hotel berbintang Las Vegas ditampilkan sekilas. Sisanya penelusuran semua sudut California yang penuh dengan adegan pengundang tawa.
Act:
Berangkat dari beberapa serial teve termasuk Alias yang melejitkan namanya, Bradley Cooper sebagai Phil Wenneck, guru SMU yang flamboyan dan memiliki istri cantik.
Ed Helms sebagai Stu Price, dokter gigi culun yang berhubungan dengan wanita dominan, Melissa.
Dari serial teve Tru Calling, Zach Galifianakis sebagai adik Tracy, Alan yang pengangguran dan serabutan.
Justin Bartha dan Sasha Barrese sebagai calon pengantin, Doug Billings dan Tracy Garner yang hanya muncul pada awal dan akhir film.
Turut didukung Heather Graham yang tampil cameo sebagai sang pelacur, Jade serta Mike Tyson sebagai dirinya sendiri.
Sutradara:
Todd Phillips adalah sutradara muda spesialis komedi termasuk Road Trip (2000) yang melejitkan namanya. Beberapa inovasi yang dilakukannya dalam film-filmnya tergolong berhasil karena terbukti karya-karyanya cukup dikenal baik oleh publik Amerika khususnya anak muda.
Komentar:
Tanpa ekspektasi apapun sebelum menyaksikan Hangover selain ingin tertawa sejenak memanfaatkan waktu luang. Namun dari awal sampai akhir film, saya merasa disuguhkan plot cerita yang orisinil dengan tempelan humor dimana-mana. Cooper, Helms dan terutama Galifianakis saling berbagi peran untuk memancing tawa. Mike Tyson dan Ken Jeong pun turut memunculkan twist jenaka. Endingnya pun cukup manis untuk sebuah komedi pria dewasa. Meskipun demikian saya ingatkan untuk anda di luar penonton Amerika, rasanya tidak akan terlalu menyukai gaya becanda film ini. Kelebihan lain adalah arah cerita tidak terduga dan hebatnya penonton seakan digiring untuk ikut mencari petunjuk, apa yang sebenarnya terjadi pada saat mereka mabuk semalaman itu? Semua itu terjawab pada strip film kamera sesaat setelah credit title bergulir, oleh karena itu jangan buru-buru meninggalkan bioskop.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$270,237,753 till end of August 2009 $43,000,000
Overall:
7.5 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Phil Wenneck-Tracy, it's Phil.
Tracy Garner-Phil, where the hell are you guys?
Phil Wenneck-Listen, we fucked up. We lost Doug.
Tracy Garner-What? We're getting married in *five hours*.
Phil Wenneck-Yeah... that's not gonna happen.
Cerita:
Sebelum pernikahannya dengan Tracy, Doug diwajibkan menghadiri pesta bujangan bersama kedua temannya, Phil dan Stu serta adik Tracy, Alan di Las Vegas. Berempat mereka berjudi dan menikmati penthouse mewah secara gila-gilaan hingga mabuk.. Terbangun di pagi hari, betapa kagetnya Alan menemukan harimau di kamar mandi, Stu kehilangan gigi serinya dan Phil yang baru saja keluar dari rumah sakit. Kepanikan melanda saat Doug menghilang! Segala petunjuk kecil harus dikumpulkan tiga serangkai itu dalam waktu kurang dari 48 jam atau pernikahan Doug-Tracy terancam batal.
Gambar:
Gemerlap meja judi dan hotel berbintang Las Vegas ditampilkan sekilas. Sisanya penelusuran semua sudut California yang penuh dengan adegan pengundang tawa.
Act:
Berangkat dari beberapa serial teve termasuk Alias yang melejitkan namanya, Bradley Cooper sebagai Phil Wenneck, guru SMU yang flamboyan dan memiliki istri cantik.
Ed Helms sebagai Stu Price, dokter gigi culun yang berhubungan dengan wanita dominan, Melissa.
Dari serial teve Tru Calling, Zach Galifianakis sebagai adik Tracy, Alan yang pengangguran dan serabutan.
Justin Bartha dan Sasha Barrese sebagai calon pengantin, Doug Billings dan Tracy Garner yang hanya muncul pada awal dan akhir film.
Turut didukung Heather Graham yang tampil cameo sebagai sang pelacur, Jade serta Mike Tyson sebagai dirinya sendiri.
Sutradara:
Todd Phillips adalah sutradara muda spesialis komedi termasuk Road Trip (2000) yang melejitkan namanya. Beberapa inovasi yang dilakukannya dalam film-filmnya tergolong berhasil karena terbukti karya-karyanya cukup dikenal baik oleh publik Amerika khususnya anak muda.
Komentar:
Tanpa ekspektasi apapun sebelum menyaksikan Hangover selain ingin tertawa sejenak memanfaatkan waktu luang. Namun dari awal sampai akhir film, saya merasa disuguhkan plot cerita yang orisinil dengan tempelan humor dimana-mana. Cooper, Helms dan terutama Galifianakis saling berbagi peran untuk memancing tawa. Mike Tyson dan Ken Jeong pun turut memunculkan twist jenaka. Endingnya pun cukup manis untuk sebuah komedi pria dewasa. Meskipun demikian saya ingatkan untuk anda di luar penonton Amerika, rasanya tidak akan terlalu menyukai gaya becanda film ini. Kelebihan lain adalah arah cerita tidak terduga dan hebatnya penonton seakan digiring untuk ikut mencari petunjuk, apa yang sebenarnya terjadi pada saat mereka mabuk semalaman itu? Semua itu terjawab pada strip film kamera sesaat setelah credit title bergulir, oleh karena itu jangan buru-buru meninggalkan bioskop.
Durasi:
100 menit
U.S. Box Office:
$270,237,753 till end of August 2009 $43,000,000
Overall:
7.5 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 04 September 2009
FINAL DESTINATION 4 : Tragedi Arena Balap Berbuntut Maut
Quotes:
Nick-We're all gonna' die, there's gonna' be huge crash!
Mechanic's Girlfriend-What? Have you lost your mind?
Cerita:
Nick O'Bannon dan kekasihnya, Lori Milligan bergabung dengan teman-teman mereka, Hunt Wynorski dan Janet Cunningham untuk menonton balapan McKinley di sebuah stadion. Sebelum balap dimulai, Nick mendapat pertanda bahwa akan terjadi kecelakaan yang menewaskan puluhan orang di sirkuit tersebut. Panik berusaha memberitahu orang-orang, Nick kemudian diusir ke luar karena membuat kericuhan. Keempatnya bersama beberapa orang lain itu kemudian lolos dari maut. Tapi ternyata nasib mereka tidak berhenti sampai di situ, karena kematian terus mengintai mereka dengan cara-cara yang sulit diduga. Akankah pada akhirnya Nick dkk selamat dari kejaran maut?
Gambar:
Beberapa adegan sadis membuat film ini sulit mendapatkan rating PG-13 termasuk kecelakaan pembuka di sirkuit yang bersetting di Alabama.
Act:
Terakhir bermain dalam sekuel Legally Blondes (2009) yang langsung edar dalam format video, Bobby Campo sebagai Nick O'Bannon, remaja yang memiliki pertanda untuk melihat masa depan yang akan menimpa dirinya dan teman-temannya.
Beberapa bintang muda yang belum banyak dikenal turut meramaikan seperti Shantel VanSanten sebagai Lori Milligan, Nick Zano sebagai Hunt Wynorski dan Haley Webb sebagai Janet Cunningham.
Sutradara:
Pernah menyutradarai sekuel pertamanya tahun 2003, kini David R. Ellis kembali dengan sekuel ketiganya yang diberi subjudul Death Trip dan mengadopsi teknologi baru cineplex yaitu 3D menyusul thriller remake remaja sebelumnya, My Bloody Valentine.
Komentar:
Seri ganjil yang dipegang James Wong rasanya lebih baik dari segi genap yang diambil David R. Ellis untuk beberapa alasan yaitu tensi film yang lebih baik, adegan kematian yang lebih realistis dan plot yang lebih smart. Dari situ kita bisa menarik kesimpulan bahwa Death Trip tidak lebih dari sekedar pengulangan formula terdahulu, itupun dengan durasi yang teramat singkat sehingga kelemahan akting dan unsur rasionalitas yang mendasari menjadi taruhannya. Beberapa adegan memang terlihat sadis terutama di awal film, tapi sayang visualisasinya tidak cukup nyata, terlebih dengan penggunaan spesial efek (CGI) yang membuatnya terkesan palsu. Instalasi 3D ke dalam film ini hanyalah sebuah inovasi tapi tidak cukup bermanfaat karena banyak aspek tiga dimensi yang harusnya ditonjolkan malah tidak tersentuh. Secara keseluruhan, fans franchise Final Destination mungkin saja masih bisa dipuaskan dengan seri keempat ini. Namun jika ada seri kelima, saya harap ada elemen-elemen yang lebih berbobot daripada sekedar pertunjukan kematian belaka.
Durasi:
75 menit
U.S. Box Office:
Not known - estimated budget $43,000,000
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Nick-We're all gonna' die, there's gonna' be huge crash!
Mechanic's Girlfriend-What? Have you lost your mind?
Cerita:
Nick O'Bannon dan kekasihnya, Lori Milligan bergabung dengan teman-teman mereka, Hunt Wynorski dan Janet Cunningham untuk menonton balapan McKinley di sebuah stadion. Sebelum balap dimulai, Nick mendapat pertanda bahwa akan terjadi kecelakaan yang menewaskan puluhan orang di sirkuit tersebut. Panik berusaha memberitahu orang-orang, Nick kemudian diusir ke luar karena membuat kericuhan. Keempatnya bersama beberapa orang lain itu kemudian lolos dari maut. Tapi ternyata nasib mereka tidak berhenti sampai di situ, karena kematian terus mengintai mereka dengan cara-cara yang sulit diduga. Akankah pada akhirnya Nick dkk selamat dari kejaran maut?
Gambar:
Beberapa adegan sadis membuat film ini sulit mendapatkan rating PG-13 termasuk kecelakaan pembuka di sirkuit yang bersetting di Alabama.
Act:
Terakhir bermain dalam sekuel Legally Blondes (2009) yang langsung edar dalam format video, Bobby Campo sebagai Nick O'Bannon, remaja yang memiliki pertanda untuk melihat masa depan yang akan menimpa dirinya dan teman-temannya.
Beberapa bintang muda yang belum banyak dikenal turut meramaikan seperti Shantel VanSanten sebagai Lori Milligan, Nick Zano sebagai Hunt Wynorski dan Haley Webb sebagai Janet Cunningham.
Sutradara:
Pernah menyutradarai sekuel pertamanya tahun 2003, kini David R. Ellis kembali dengan sekuel ketiganya yang diberi subjudul Death Trip dan mengadopsi teknologi baru cineplex yaitu 3D menyusul thriller remake remaja sebelumnya, My Bloody Valentine.
Komentar:
Seri ganjil yang dipegang James Wong rasanya lebih baik dari segi genap yang diambil David R. Ellis untuk beberapa alasan yaitu tensi film yang lebih baik, adegan kematian yang lebih realistis dan plot yang lebih smart. Dari situ kita bisa menarik kesimpulan bahwa Death Trip tidak lebih dari sekedar pengulangan formula terdahulu, itupun dengan durasi yang teramat singkat sehingga kelemahan akting dan unsur rasionalitas yang mendasari menjadi taruhannya. Beberapa adegan memang terlihat sadis terutama di awal film, tapi sayang visualisasinya tidak cukup nyata, terlebih dengan penggunaan spesial efek (CGI) yang membuatnya terkesan palsu. Instalasi 3D ke dalam film ini hanyalah sebuah inovasi tapi tidak cukup bermanfaat karena banyak aspek tiga dimensi yang harusnya ditonjolkan malah tidak tersentuh. Secara keseluruhan, fans franchise Final Destination mungkin saja masih bisa dipuaskan dengan seri keempat ini. Namun jika ada seri kelima, saya harap ada elemen-elemen yang lebih berbobot daripada sekedar pertunjukan kematian belaka.
Durasi:
75 menit
U.S. Box Office:
Not known - estimated budget $43,000,000
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Langganan:
Postingan (Atom)