XL #PerempuanHebat for Kartini Day
THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day
Senin, 29 Maret 2010
MEAT GRINDER : Psikopat Pembunuh Pemilik Restoran Bakmi Spesial
Buss berhubungan gelap dengan Prathan yang sudah menikah. Tapi saat mengetahui Buss gagal hamil, Prathan mencampakkannya. Buss yang terluka tidak tinggal diam dan membunuh Prathan karena sakit hatinya. Buss yang pada dasarnya mengalami siksaan sejak kecil menjadi seorang psikopat pembunuh yang luar biasa sadis dengan membunuh orang-orang yang dianggap mengganggunya dan menjadikannya daging baso restoran bakminya yang terkenal enak itu!
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Phra Nakorn Film Co. Ltd.
Cast:
Mai Charoenpura
Anuway Niwartwong
Wiradit Srimalai
Director:
Tiwa Moeithaisong sebelumnya pernah menangani Bangkok Love Story (2007).
Comment:
Dari segi cast cukup mendukung terutama Mai Charoenpura yang bermain meyakinkan dengan ekspresi dan bahasa tubuh seorang psikopat pembunuh. Ceritanya sendiri simpel bergulir dengan lancar plus beberapa sengatan kilas balik, garis besarnya akan mengingatkan anda pada The Untold Story buatan Hongkong lebih dari satu dekade yang lalu yang menggemparkan itu. Skrip disusun dengan baik. Visualisasi "indah" pembantaian yang sadis memang mengerikan apalagi didukung dengan musik latar Bergman. Tone warna merah dan biru sangat dominan disini. Beberapa unsur penyiksaan dan pornografi disajikan dengan gamblang, walau tidak seeksploitatif dengan apa yang disuguhkan Hostel dan film-film sejenisnya. Meat Grinder akan menjadi mimpi buruk anda yang terbentuk dari jiwa seorang wanita yang tersiksa secara fisik dan psikis sejak kecil oleh keluarganya sendiri. Dan kali ini diangkat dari sudut pandang Thailand!
Durasi:
90 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Minggu, 28 Maret 2010
IT'S COMPLICATED : Dilema Mantan Pasutri Bersatu Kembali
Jake-I'm sorry.
Jane-How far back does that 'sorry' go?
Jake-How far back do you need it to go?
Jane-Wa-ay back.
Storyline:
Saat putra bungsunya diwisuda, Jane kembali bertemu dengan mantan suaminya, Jake yang telah menikah lagi dengan Agness yang jauh lebih muda dengan seorang anak yang masih bocah, Pablo. Tak dinyana, keduanya malah asyik bercengkrama ketika mabuk hingga terjadi perselingkuhan! Jane yang menyadari ini sebuah kesalahan segera berbenah diri terlebih setelah ia sukses membangun hidupnya sendiri sekaligus membesarkan ketiga anaknya selama 5 tahun terakhir. Perkenalan dengan arsitek kalem yang juga seorang duda bernama Adam membuat Jane semakin dipusingkan dengan siapa yang harus ia pilih pada akhirnya.
Nice-to-know:
Meski belum pernah bekerjasama sebelumnya dalam sebuah film, Steve Martin dan Alec Baldwin seimbang dalam menjadi pembawa acara Saturday Night Live sebanyak 14 kali. Keduanya juga menjadi asisten pemandu acara Academy Awards 2010.
Cast:
Meraih Oscar Aktris Terbaik keduanya lewat Sophie's Choice (1982), Meryl Streep merupakan jaminan kualitas akting emas dalam sebuah film. Kali ini ia berperan sebagai Jane, pengusaha cafe dan toko roti sukses yang dilema memilih mantan suaminya atau pria yang baru dikenalnya.
Sudah melakoni posisi sutradara, produser, penulis hingga aktor membuat Steve Martin semakin matang. Disini ia bermain sebagai Adam, arsitek duda yang masih trauma dengan perceraian terdahulunya.
Sekali dinominasikan Oscar kategori Aktor Pendukung Terbaik lewat The Cooler (2003), Alec Baldwin kebagian karakter Jake, pria setengah baya yang kepincut kembali dengan mantan istrinya setelah menjalani pernikahan kedua yang tidak terlalu membahagiakan.
Director:
Wanita kelahiran Pennsylvania 61 tahun yang lalu bernama Nancy Myers ini pernah dinominasikan Academy Awards 1981 kategori Best Writing Screenplay Charles Shyer dan Harvey Miller lewat film Private Benjamin (1980).
Comment:
Senang rasanya masih ada kesempatan bagi aktor-aktris berumur untuk menjadi sorotan utama dalam sebuah film unggulan. Dan Streep, Baldwin, Martin mampu menjawab tantangan itu dengan baik, ketiga karakter utama yang mereka mainkan berwatak unik sekaligus matang. Streep tampil seksi dan segar di usia 60, Baldwin nakal dan kesepian sedangkan Martin terlihat intelek dan kalem, berbeda dengan apa yang biasa ia tampilkan. Ceritanya sendiri simple mengenai kesempatan rujuk bagi pasutri berumur yang sudah beberapa tahun bercerai setelah memiliki anak-anak yang beranjak dewasa. Tema yang sebetulnya bisa dalam dan serius tetapi disajikan Myers dengan tempo cepat dan fun. Seperti biasanya, karya-karya Myers kental dengan sentuhan feminis dari sudut pandang karakter wanita. Dan Streep menjawab proyeksi Myers dengan meyakinkan. Chemistry nya dengan Baldwin ataupun Martin saat berbagi layar terasa natural. Pemahamannya dalam menyikapi konflik kehidupan sehari-hari juga menarik, yang mungkin bisa jadi inspirasi bagi yang mengalaminya secara pribadi. It’s Complicated adalah drama komedi romantis yang ringan dan mudah diikuti terlepas dari ending yang bisa jadi mudah ditebak arahnya. Namun saya ingatkan lagi bahwa jualan utama disini bukanlah di screenplay tetapi jajaran castnya. Tidak percaya?
Durasi:
115 menit
U.S. Box Office:
$112,583,115 till March 2010
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Sabtu, 27 Maret 2010
HOW TO TRAIN YOUR DRAGON 3D : Pilihlah "Naga" Anda Sendiri
Hiccup-Thank you for nothing, you useless reptile
Storyline:
Berusaha meneruskan legitimasi ayahnya Stoick yang seorang pemimpin Viking sejati dan jagoan pembunuh naga, Hiccup malah berbanding terbalik. Ia tidak punya keberanian sehingga apa yang dibantunya hanyalah menggosok perisai dan menempa besi untuk pedang bertarung. Tibalah saat latihan menaklukkan naga bersama kawan-kawan sebayanya termasuk Astrid, gadis yang disukainya. Hiccup berusaha sekeras mungkin untuk tidak mundur. Pada suatu malam tanpa sepengetahuan siapapun, ia berhasil membidik seekor naga langka di malam hari. Berusaha membuktikan ucapannya, Hiccup pun menyusuri bukit pegunungan dan menemukan Night Fury terluka yang kesulitan terbang tersebut yang akhirnya diberi nama Toothless. Lambat laun tumbuh persahabatan erat diantara keduanya. Sementara itu ayahnya memimpin armada Viking untuk mencari sarang naga tanpa mengetahui keberadaan suatu spesies naga maut yang bersembunyi di baliknya.
Nice-to-know:
Karakter Toothless sang naga digambarkan mirip karakter Stitch, hasil karya Chris Sanders sebelumnya yakni Lilo & Stitch (2002).
Voice:
Selain Gerard Butler yang mengisi suara Stoick rasanya pemeran lain belum banyak dikenal namanya
Jay Baruchel sebagai Hiccup
Craig Ferguson sebagai Gobber
America Ferrera sebagai Astrid
Jonah Hill sebagai Snotlout
Director:
Kolaborasi Dean DeBlois asal Kanada dan Chris Sanders asal Amerika sebelumnya sukses dengan Lilo & Stitch yang menghasilkan $145,794,338 di Amerika saja!
Comment:
15 menit pertama film ini terasa "ngebut" sehingga membuat penonton sedikit pusing karena masih berusaha menyesuaikan dengan penangkapan imej 3D oleh indera penglihatan yang dibantu kacamata khusus. Penyajian komunitas Viking secara garis besar dibuat dengan sangat cepat termasuk tradisi perburuan naga oleh Stoick dkk yang dibuat tidak lazim dan belum pernah diceritakan film manapun. Karakter Hiccup memang mudah membuat penonton bersimpati kepadanya karena seperti orang kebanyakan yang merasa tidak memiliki keistimewaan apapun. Film ini mulai menarik sampai pada titik dimana Hiccup berusaha menemukan jati diri nya dengan mempelajari gerak-gerik naga yang dilumpuhkannya itu. Interaksi keduanya terasa hidup dan natural, salah satu poin nilai utama animasi ini. Hingga lewat pertengahan mendekati akhir, cerita mulai klise dan ending bisa diperkirakan mayoritas penonton. Beruntung gambar-gambarnya masih tersaji dengan unik sehingga kita tetap antusias mengikutinya. How To Train Your Dragon adalah animasi 3D pertama Dreamworks yang tokoh utamanya bukan hewan dan rasanya dapat mencetak kesuksesan secara komersial dimanapun ditayangkan.
Durasi:
95 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 26 Maret 2010
THE GOD BABE : Saat Arsitek Lugu Kencani Putri Mafia Betawi
Di sebuah bar, Ola yang mabuk berkenalan dengan Riyo. Betapa terkejutnya pada waktu bangun pagi, Ola mendapati dirinya seranjang dengan Riyo! Keduanya berasumsi bahwa telah terjadi sesuatu semalam. Ola mengadu pada ketiga abangnya masing-masing, Ojan, Oding dan Oji perihal masalah itu yang segera menyambangi Riyo untuk diminta pertanggungjawabannya. Tanpa Riyo tahu, keempat orang asing yang baru dikenalnya itu adalah anak dari Mat Jago, mafia Betawi yang disegani siapapun juga. Mat Jago yang memang ingin memiliki anak menantu yang cerdas segera meminta Riyo menikahi Ola. Namun keduanya tidak ingin buru-buru dan berusaha mengenal satu sama lain dengan jalur yang seharusnya. Apalagi Riyo telah berpacaran dengan Mercy, designer muda ambisius. Siapa yang akhirnya dipilih Riyo?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Kanta Film dan diproduseri oleh Budi Mulyono.
Cast:
Kali ini berusaha menampilkan imej pria kutu buku cerdas, Tora Sudiro sebagai Riyo, arsitek muda yang tidak berpengalaman dengan wanita.
Revalina S. Temat melakoni Flora, putri kesayangan babenya yang mafia Betawi.
Ketiga abang Flora yaitu Fauzan, Robin, Fauzi masing-masing diperankan oleh Dwi Sasono, Vincent Rompies dan Zaky Zimah.
Didukung pula oleh Jaja Miharja sebagai Mat Jago, Tyas Mirasih sebagai Mercy dan Bari Bintang sebagai Dasa.
Director:
Sutradara wanita paling produktif di tanah air, Arie Azis kali ini berduet dengan penulis skenario, Lingga Mana.
Comment:
Komikalisme film ini sedikit mengingatkan saya pada film-film sejenis buatan negeri ginseng. Tema ceritanya sederhana dan mudah sekali dicerna. Keluarga mafia Betawi berpengaruh versus keluarga modern Jenderal. Meskipun konflik yang berbenturan hanyalah antar anak-anaknya saja, dalam hal ini diwakili Tora versus Reva beserta ketiga abangnya. Beruntung disini Tora tidak overexplosif dalam melucu. Reva seperti biasa tampil manis memikat. Trio Dwi, Vincent, Zacky yang kocak dan kompak memberikan warna sendiri. Lihat bagaimana mereka berkomunikasi satu sama lain dan mendorong adik mereka untuk berpacaran dengan lelaki impian ayahnya. Yang sedikit mengganggu menurut saya, perseteruan dengan geng Dasa sangatlah tidak perlu dan scenenya boleh saja dihilangkan. Tetapi hal tersebut tentunya akan mempengaruhi durasi dan ending film yang juga sedikit berlebihan. Kapasitas Arie dalam menyuguhkan tontonan menghibur tidak usah ditanyakan lagi. The God Babe, terlepas dari kedangkalan eksekusinya masih merupakan komedi yang segar dan mampu menghibur sesuai misinya, hanya saja jangan terlalu banyak berpikir dalam menontonnya.
Durasi:
85 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Kamis, 25 Maret 2010
THE SEXY CITY : Cinta, Persahabatan & Keperawanan Di Kota Besar
Demi mengejar cita-citanya, Poppy nekad ke Jakarta meski orangtuanya melarang. Kerasnya kehidupan kota besar membuat ia menerima pekerjaan sebagai penari bar milik Om Reno dan menemani tamu-tamu hidung belang. Pertemuannya dengan teman sekolahnya, Bono dan tunangannya, Satrio sedikit menggoyahkan niat Poppy. Untuk berteduh, Poppy menumpang di kost Stella yang juga kabur dari ibunya yang penjudi kelas kakap dan memilih hidup mandiri walau harus menjual tubuhnya. Belum lagi sahabat lama Poppy, Nanda yang terjebak putaw karena pacarnya yang seorang pengedar, Vino. Ketiganya seringkali terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan sehingga pada akhirnya harga diri, persahabatan dan cinta menjadi taruhannya.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Virgo Putra Film dan gala premierenya dilakukan di Planet Hollywood.
Cast:
Ardina Rasty sebagai Poppy
Michella Adlen Ladouceur sebagai Stella
Jamsa Prajasasmita sebagai Nanda
Fauzi Baadilla sebagai Vino
Tio Pakusadewo sebagai Om Reno
Baim sebagai Satrio
Director:
Terakhir beberapa minggu lalu menggarap Suster Keramas yang cukup menghebohkan itu, Helfi Kardit kali ini berusaha menjawab tantangan sang produser, Ferry Anggriawan untuk menangani film ini.
Comment:
Film yang awalnya berjudul Jakarta Sexy ini tidak menyuguhkan sesuatu yang baru. Plot ceritanya sudah berulang kali dikembangkan termasuk Virgin yang sukses itu dan memiliki kemiripan tema dengan yang satu ini. Semua konflk yang dikembangkan sepanjang barisan bangunan cerita tidak terlalu konsisten dan pada akhirnya terkesan bercerai berai di ending yang dibiarkan setengah mengambang dan dipaksa diselesaikan. Problema-problema diantara tokoh-tokoh utamanya yang diciptakan juga tidak memiliki penjelasan lebih lanjut atas konsekuensi dari tindakan-tindakan mereka yang dapat diterima akal sehat. Dari jajaran cast, sayangnya nama besar Tio tidak terlalu dimaksimalkan karena hanya kebagian beberapa scene. Sebaliknya Rasty bermain cukup berani disini dengan pakaian minim atau syut-syut tertentu yang menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya walau penjiwaannya tidak jauh berbeda dengan Virgin yang melejitkan namanya itu. Helfi sang sutradara masih terjebak dalam karya-karya "tak bernas" yang cenderung dianggap enteng. The Sexy City bukanlah film yang buruk tetapi kemuraman yang ditampilkan tanpa motif berarti memang cukup menyiksa.
Durasi:
85 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Rabu, 24 Maret 2010
TRUE LEGEND : Legenda Kehidupan Dewa Pengemis Mabuk
Pada jaman dinasti Qing, Su Qi-Er merupakan pria kaya dengan kedudukan terhormat. Namun sebuah konspirasi yang diprakarsai Yuan Lie menjatuhkannya hingga nyaris mati. Beruntung istrinya, Ying tetap mendampingi walau harus kehilangan anak mereka yang dibawa oleh Yuan. Lewat berbagai pengobatan, Su berhasil sembuh dan mulai mempelajari ilmu beladiri dari Dewa Mabok dan Pertapa Tua secara misterius. Ying yang takut Su menjadi tidak waras pergi mencari Yuan untuk mendapatkan anak mereka kembali. Akankah Su mampu menantang Yuan yang menguasai cakar 5 racun?
Nice-to-know:
Kembalinya Yuen Woo Ping di kursi sutradara setelah 14 tahun absen.
Cast:
Vincent Zhao sebagai Su Qi-Er
Zhou Xun sebagai Yuan Ying
Michelle Yeoh sebagai Sister Yu
Andy On sebagai Yuan Lie
Jay Chou sebagai Dewa Wushu / Dewa Mabuk
Guo Xiaodong sebagai Ma Qingfeng
David Carradine sebagai Anton
Director:
Merupakan salah satu pesohor perfilman Hongkong, Yuen Woo Ping melakukan debut penyutradaraannya lewat Se ying diu sau (1978).
Comment:
Tampaknya cukup sulit menghasilkan film kungfu Mandarin yang berkualitas dari berbagai aspek belakangan ini. Mungkin yang paling masuk akal adalah mengangkat biografi tokoh legenda jaman dahulu seperti yang sudah dilakukan Donnie Yen dalam IP Man. Kali ini Yuen Woo Ping melakukannya dalam film yang membahas Su Qi-Er ini. Apakah hasil akhirnya sama? Rasanya tidak mungkin karena lain koki maka lain pula masakannya apalagi menggunakan bumbu yang juga berbeda.
Kelemahan film ini adalah jalan ceritanya yang sangat tipikal yaitu anggota keluarga yang terbunuh, balas dendam yang gagal, mengasingkan diri untuk berguru, berlatih bertahun-tahun hingga akhirnya sukses melakukan pembalasan. Belum lagi penggunaan spesial efek yang cukup kentara disana-sini terutama dalam fighting scenenya ditambah proses editing yang masih lemah.
Dari jajaran cast, Vincent Zhao merupakan salah satu idola saya di awal kemunculannya. Meski belakangan namanya tenggelam, kali ini merupakan kesempatan emas baginya. Saya anggap teknik beladirinya memang pantas sebagai Su tapi dari sisi penjiwaan masih belum terlalu maksimal. Andy On lewat karakter antagonis Yuan Lie mengerikan dari segi fisik dan rasanya akan cukup memorable di mata para penonton film kungfu beberapa tahun terakhir. Belum lagi kemunculan Jay Chou sebagai Dewa dari segala dewa kungfu! Yang juga menarik adalah dukungan nama-nama senior macam Gordon Liu, Michelle Yeoh ataupun David Carradine dengan peran yang sebetulnya tidak terlalu penting.
True Legend memang seperti mengisahkan beberapa chapter yang terkesan terpotong-potong sebagai sebuah film utuh. Namun aksi nonstop sepanjang nyaris dua jam rasanya akan cukup menyenangkan bagi anda apalagi disuguhi bermacam-macam lanskap buatan yang lumayan kreatif seperti tepi jurang, dermaga, kuil, padang rumput hingga arena gladiator sebagai pamungkasnya dipadukan dengan koreografi beladiri yang mumpuni.
Durasi:
115 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Selasa, 23 Maret 2010
THE COLLECTOR : Terkurung Jebakan Maut Seantero Rumah
He always takes one
Storyline:
Ketika keluarga Chase pindah ke rumah terpencil di tengah-tengah Detroit, Arkin disewa untuk memperbaiki jendela dan pintu seisi rumah. Belakangan Arkin yang juga seorang mantan napi harus menghadapi hutang-hutang yang ditanggung istrinya terhadap rentenir berbahaya. Hilang akal sehat, Arkin berencana menyandera kepala keluarga Chase, Michael untuk mendapatkan sejumlah uang yang sangat diperlukannya. Arkin tidak mengetahui malam itu ia keduluan sesosok asing bertopeng yang sudah mempersiapkan jebakan maut di seantero rumah. Berhasilkah Arkin bertahan hidup dan menyelamatkan yang tersisa?
Nice-to-know:
Disebut-sebut merupakan versi prekuel tidak resmi dari SAW.
Cast:
Sebelum ini sempat mendapat peran kecil dalam The Curious Case of Benjamin Button (2008), Josh Stewart bermain sebagai Arkin, mantan napi yang menghadapi kesulitan finansial hingga harus berhadapan dengan psikopat saat merencanakan pencurian.
Michael Reilly Burke sebagai Michael Chase
Andrea Roth sebagai Victoria Chase
Juan Fernández sebagai The Collector
Karley Scott Collins sebagai Hannah Chase
Director:
Marcus Dunstan memulai debutnya dalam film ini setelah sempat mengerjakan skrip Saw IV sampai VI yang terbaru dalam format 3D.
Comment:
Mendengar film ini sempat digadang-gadang sebagai salah satu episode tak resmi dari film legendaris SAW, saya sangat tertarik. Rasa penasaran saya terjawab sudah dan seperti yang sudah diduga, film ini menampilkan kesadisan yang tidak jauh berbeda, hanya saja terasa lebih natural tanpa efek CGI yang berlebihan. Sutradara Dunstan yang tidak berpengalaman rupanya mengerti betul jalan pikiran terdalam seorang psikopat dan ia menyajikan semua elemen gory dengan cukup gamblang. Sepintas seperti gaya 80-90an yang sederhana dan sedikit gelap.
Tiga karakter yang mewakili film ini adalah anggota rumah dan dua penyusup yang masing-masing bertujuan lain, satu untuk mencuri sedangkan satu lagi untuk memasang jebakan maut di seantero sudut rumah. Jika anda pikir, anggota rumah yang menjadi sentral utama cerita, salah besar! Tokoh protagonisnya justru si pencuri, Arkin yang harus berhadapan dengan si pemasang jebakan, The Collector.
Karakter Arkin sendiri tidak sepenuhnya hitam karena ia melakukannya dengan alasan tersendiri dan kepribadiannya jauh lebih mulia dari perbuatannya. Acungan jempol bagi Stewart yang relatif belum dikenal tetapi bermain lumayan cemerlang disini, tak heran jika penonton akan bersimpati padanya. Sedangkan karakter The Collector tidak dijelaskan motif dan identitasnya sama sekali. Sedemikian misteriuskah? Mudah-mudahan terjawab di sekuelnya kelak.
Keterbatasan informasi mengenai The Collector sedikit mengganggu kualitas film secara keseluruhan seperti menikmati masakan yang enak tanpa kita tahu bahan-bahannya samasekali. Itulah yang menjadikan The Collector cukup menyenangkan untuk ditonton terutama bagi pecinta film genre ini karena jebakan-jebakan itu sendiri merupakan jualan utamanya. Namun dari segi pengembangan cerita dan penokohan masih terasa kosong melompong. Bersiaplah untuk merasa ngilu dan nyeri saat menonton film ini dan berani bertaruh, endingnya pasti sudah bisa anda tebak!
Durasi:
90 menit
U.S. Box Office:
$7,706,394 till end of Sep 2009
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Senin, 22 Maret 2010
CAPE NO 7 : Pergulatan Membentuk Band dan Menemukan Jati Diri
Vokalis band, Aga kembali ke Hengchun dengan rasa frustrasi. Model Jepang, Tomoko ditugaskan untuk mengatur aksi panggung band lokal sebagai pemanasan konser pantai superstar Jepang, Atari Kousuke. Bersama lima orang biasa asli Hengchun, Aga harus membuktikan kemampuan mereka dengan modal yang minimal yang dipunyai sekalipun.
Nice-to-know:
Mewakili Taiwan untuk bersaing di Film Berbahasa Asing Terbaik Academy Awards 2009 tetapi sayangnya tidak masuk daftar nominasi.
Cast:
Biduan Taiwan ternama, Van Fan memulai debut layar lebarnya sebagai Aga.
Chie Tanaka sebagai TomokoMin-Hsiung sebagai Rauma
Wei-min Ying sebagai Frog (as Wei-Min Ying)
Nien-Hsien Ma sebagai Malasun
Johnny Chung-Jen Lin sebagai Old Mao (as Johnny C.J. Lin)
Joanne sebagai Dada
Shino Lin sebagai Mingchu
Director:
Film kedua bagi Wei Te-Sheng setelah debutnya About July (1999).
Comment:
Saya dapat mengerti mengapa film ini dapat memecahkan rekor box-office di Taiwan sampai 100x lipat biaya produksinya! Sebab film ini dibuat oleh orang Taiwan untuk penduduk Taiwan. Tipe kehidupan rakyat Taiwan bagian Selatan digambarkan dengan detail, dimana kaum tua tidak pernah meninggalkan tempat kelahirannya dan juga sulit beradaptasi dengan perkembangan jaman. Beberapa dialek Taiwan juga akan sulit dimengerti dikarenakan pengertiannya yang berbeda dengan apa yang ditangkap telinga. Beberapa kelakuan/sifat karakter utama yang ditampilkan disini rasanya juga tidak terlalu positif tapi nampaknya hal tersebut diterima sebagai bagian dari kebiasaan mereka. Plot ceritanya simpel dan diceritakan dengan datar. Background Jepang sedikit disisipkan disini walau tidak banyak berpengaruh kecuali untaian kalimat-kalimat indah dari surat-surat jaman dahulu yang tidak terposkan. Ditambah dengan ilustrasi musik yang cukup menyenangkan dan penampilan pamungkas yang menari tentunya. Cape No 7 yang dikatakan komedi romantis rasanya hanyalah komedi biasa yang akan sulit dinikmati penonton non-Taiwan apalagi durasinya yang lebih dari dua jam, membuat kita seakan ingin mengambil remote control.
Durasi:
125 menit
Asian Box Office:
TWD 500,000,000 till Oct 2008
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Minggu, 21 Maret 2010
THE HAUNTING IN CONNECTICUT : Rumah Berhantu Rasuki Pemuda Sekarat
Matt Campbell: Mom, if I die...
Sara Campbell: No! You won't. [she turns and hurries out of the room]
Matt Campbell: [under his breath] ... it's not your fault.
Storyline:
Menderita kanker sekaligus Alzheimer, Matt Campbell harus dirawat dengan percobaan di RS St. Michael di Connecticut. Menurut Dr. Brooks, perawatan harus dihentikan jika Matt mulai melihat hal-hal aneh. Orangtua Matt berusaha mencari jalan terbaik dengan menyewa sebuah rumah megah di Connecticut untuk menghemat biaya dan waktu berkendara. Sayangnya keputusan itu bukanlah yang terbaik karena rumah tersebut berhantu dan diketahui merupakan rumah penyimpanan mayat di masa silam! Pada saat perawatan, Matt bertemu dengan Pendeta Popescu yang juga menderita kanker. Perlahan-lahan, semua penghuni rumah mulai diganggu. Ibu Matt, Sara yang religius berusaha mencari jawaban yang masuk akal atas semua yang terjadi disana. Akankah semua teka-teki akan terjawab?
Nice-to-know:
Didasarkan pada kisah nyata yang ditayangkan dokumenter Discovery Channel berjudul "A Haunting in Connecticut" yang mengambil kejadian tahun 1986-1988.
Cast:
Aktris kawakan, Virginia Madsen pernah dinominasikan Oscar Aktris Pendukung Terbaik lewat Sideways (2004). Kali ini berperan sebagai Sara Campbell yang protektif terhadap putranya yang sakit keras.
Penderita kanker dan Alzheimer di usia remaja, Matt Campbell dimainkan oleh Kyle Gallner yang sudah banyak terlibat di serial televisi.
Dua aktor senior, Martin Donovan dan Elias Koteas memegang peranan Peter Campbell dan Pendeta Popescu.
Director:
Peter Cornwell pertama kali menggarap Ward 13 (2003) dengan berbagai jabatan mulai dari sutradara, produser, penulis cerita sekaligus departemen animasi!
Comment:
Melihat premis dan trailernya, saya sudah berharap banyak dengan film ini. Sebab jaman sekarang sulit menemukan horor klasik yang mampu bercerita dengan baik. Dugaan saya tidaklah salah. Setting tahun 1980an berhasil dibangun dengan baik oleh sang sutradara yang boleh dibilang masih miskin pengalaman di kancah layar lebar. Setiap sudut rumah mayat tersebut dibangun dengan detail dan disyut dengan maksimal apalagi ditambah pencahayaan temaram di suasana malam hari. Penampakan dan kejutan yang disuguhkan bekerja dengan baik membuat bulu kuduk penonton merinding. Tone cerita yang gelap dengan nuansa warna coklat juga dipertahankan sampai akhir dengan selipan klimaks disana-sini. Mungkin sedikit mengingatkan anda pada The Exorcist, The Omen ataupun Poltergeist yang legendaris itu. Semua elemen tersebut akan sia-sia jika tidak didukung akting yang baik. Gallner berakting dengan sangat baik sebagai remaja pesakitan yang disinyalir kesulitan membedakan halusinasi dengan dunia nyata. Madsen, Koteas dan semua pendukung film ini juga terampil menempati posisi masing-masing. Sebagai film fiksi, mungkin film ini akan saya beri ponten 7.5 tetapi sebagai film yang diangkat dari kisah nyata rasanya ponten 8 cukup pantas diberikan. Segala pertanyaan yang hadir sejak film dibuka pun dijawab tuntas di endingnya. Kisah horor The Haunting In Connecticut sangat mendekati kenyataan sehari-hari sehingga setelah menontonnya mungkin membuat anda bertanya-tanya akan sejarah tempat tinggal anda sendiri!
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$55,325,526 till May 2009
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Sabtu, 20 Maret 2010
HACHIKO : Kisah Nyata Anjing Setia Majikannya
A true story of faith, devotion and undying love.
Storyline:
Suatu saat dalam perjalanan pulang dari stasiun kereta, Profesor seni Parker Wilson menemukan seekor anak anjing Akita yang dibawanya ke rumah. Putrinya, Andy menyukainya tetapi tidak istrinya, Cate. Setelah memasang iklan dimana-mana perihal kehilangan anjing, Profesor malah semakin jatuh hati dengan anak anjing yang akhirnya dinamakan Hachiko itu berdasarkan tulisan Jepang di kalungnya. Lambat laun Hachiko tumbuh besar dan selalu setia menemani Profesor berjalan ke stasiun kereta di pagi hari. Hingga pada satu waktu, Profesor terkena serangan jantung tiba-tiba dan meninggal dunia. Namun Hachiko tidak henti-hentinya menyusuri jalan yang pernah dilaluinya bersama majikannya setiap hari.
Nice-to-know:
Remake dari film Jepang, Hachikô monogatari (1987).
Cast:
Di usia 61 tahun, Richard Gere masih tetap aktif berkarya termasuk merangkap menjadi produser di film ini. Peran Profesor Parker Wilson dimainkannya dengan kharismatik.
Istri dan putri Profesor Wilson dihidupkan oleh aktris senior, Joan Allen dan bintang muda, Sarah Roemer.
Director:
Pria kelahiran Swedia bernama Lasse Hallstrom ini terakhir juga mengarahkan Gere dalam The Hoax (2006).
Comment:
Didasarkan pada kisah nyata di Jepang sana dimana terdapat patung perunggu seekor anjing di taman depan stasiun Shibuya, Tokyo untuk memperingati Hachi yang meninggal di usia sekitar 12 tahun. Remake ini bisa dikatakan sesuai dengan versi aslinya tanpa berusaha digubah dalam gaya Hollywood, sesuatu yang biasa dilakukan. Pada intinya film ini bercerita tentang cinta dan kesetiaan antara seorang manusia dan seekor anjing. Gaya berceritanya seperti film dokumenter tetapi tidak sampai dominan menggurui. Sudut pandang Hachi juga turut dihadirkan dalam warna kelabu dengan angle kamera yang juga terkesan nyata. Semua aktor dan aktris dalam film ini tampil baik dan wajar sehingga penonton seakan dibawa ke dalam komunitas pengagum semangat Hachi yang asli. Sosok anjing yang bermain disini juga menggemaskan dari kecil hingga besar sehingga karakternya mudah disukai. Hallstrom sang sutradara juga terampil memainkan musik latar dan dramatisasinya. Sebelum menonton Hachi, tidak ada salahnya menyiapkan saputangan atau tisu terlebih dahulu terutama bagi anda pecinta anjing karena banyak sekali momen menyentuh yang dapat membuat anda tersentuh. Tidak usah malu!
Durasi:
90 menit
Europe Box Office:
£442,753 opening week in UK till Mar 2010
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 19 Maret 2010
DI BAWAH LANGIT : Masyarakat Pesisir Pantai dan Segala Polemiknya
Kyai Akhmad memiliki seorang putri bernama Maysaroh yang sedianya akan dijodohkan oleh salah satu dari dua santrinya yaitu Zaelani dan Gelung yang bertolak belakang kepribadiannya. Selain itu Kyai Akhmad juga mengasuh 7 anak yatim diantaranya Sukma, Fajar, Keling dll. Pada akhirnya di penghujung umurnya, Kyai Akhmad memilih Zaenal untuk mendampingi Maysaroh. Pernikahan pun segera dilangsungkan. Diam-diam Gelung yang patah hati pun meninggalkan rumah dan memilih tinggal di gubuk sederhana di pesisir pantai. Semenjak kematian Kyai Akhmad, keadaan tidak bertambah baik. Zaenal dan Maysaroh kesulitan mempertahankan rumah tangganya apalagi harus mengasuh 7 anak yang beranjak remaja tersebut. Sedangkan Gelung mulai tenggelam dalam dunianya sendiri.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Opick Tombo Ati Film.
Cast:
Debut pertama akting bagi biduan religius bernama Opick Tombo Ati ini sebagai Gelung yang energik, intuitif, imajinatif dan kontemplatif.
Kembalinya mantan aktris hot tahun 1990an, Inneke Koesherawati sebagai Maysaroh.
Terakhir muncul dalam Kun Fayakuun, Agus Kuncoro sebagai Zaelani, santri yang berpandangan lurus, teguh dan tenang.
Director:
Film kedua bagi Gunung Nusa Pelita dan kali ini ia berkolaborasi dengan Opick yang juga merangkap sebagai aktor dan produsernya.
Comment:
Konon dengan bujet seadanya, Opick berani maju dengan film ini dan memegang beberapa "jabatan" sekaligus termasuk lagu-lagunya yang muncul juga di beberapa sekuens. Skenarionya sendiri ditulis keroyokan oleh Gutheng, Suroto, Yeri, Relita Hermanto. Plot ceritanya sebetulnya simpel tetapi tidak terlalu orisinil. Latar belakang pesisir pantai dimana komunitasnya didominasi nelayan dengan segala dinamika kehidupannya memang cukup menawan. Beratnya kehidupan 7 anak yatim yang kehilangan induk juga ditampilkan cukup lugas. Akhlak dan pengetahuan agama mungkin saja penting dalam pendidikan dasar seorang anak. Amanah orangtua seringkali menjadi beban pribadi yang akhirnya mengacaukan ritme hidup jika tidak dijalankan dengan tulus. Cinta boleh saja dipendam tetapi tidak akan lekang oleh waktu dan rintangan sekalipun. Hei hei apakah saya berbicara terlalu banyak? Namun itulah kenyataannya! Opick menyampaikan terlalu banyak hal tanpa kedalaman konflik yang memadai. Alhasil Di Bawah Langit terasa tanggung di berbagai aspek. Yang patut digarisbawahi, Opick setidaknya "berusaha" menyuguhkan sesuatu yang di atas rata-rata meskipun terkesan terlalu idealis dan optimis.
Durasi:
90 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Kamis, 18 Maret 2010
TEREKAM : Rekaman "Nyata" Koya Pagayo
Monique-Sini gw bawain barang-barang loe
Jupe-Ga perlu Mon. Gw tau beban hidup loe aja uda berat!
Storyline:
Terobsesi menjadi sutradara, Olga mencoba dahulu dengan proyek film horor kecil-kecilannya dengan kamera tangan. Bersama kedua sahabatnya, Monique dan Jupe, Olga mendatangi sebuah villa milik Siska di kawasan Gadok untuk menyusun skrip sekaligus syuting seadanya. Sejak awal kehadiran mereka bertiga sudah mengusik "penunggu" villa itu. Beberapa penemuan yang cukup menyeramkan belum membuat mereka ciut dan malah melanjutkan aktifitasnya. Beberapa kamera yang dipasang di sudut-sudut ruangan rupanya merekam sesosok makhluk menyeramkan. Setelah teror demi teror, ketiganya pun terbirit-birit meninggalkan tempat itu.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Batavia Pictures.
Cast:
Masing-masing tampil sebagai dirinya sendiri
Olga Lydia
Julia Perez
Monique Henry
Director:
Merupakan film kelimanya di tahun 2010, Koya Pagayo bekerjasama dengan sang produser, Lucky Hakim untuk menggarap horor dokumenter ini.
Comment:
Temanya tidak terlalu asing lagi, lagi-lagi mengenai "pembuatan film horor" di suatu tempat asing yang angker. Dari ketiganya, boleh jadi kehadiran Jupe lah yang selalu menjadi "penyegar", bukan karena keseksian tubuh atau pakaian minim yang diperlihatkannya melainkan spontanitasnya di depan kamera. Lihat saja aktingnya menari, menyanyi, berekspresi dan berguyon yang sama lugasnya. Itulah yang dibutuhkan film bergaya dokumenter ini. Sedangkan Olga dan Monique terlihat seperti membintangi film biasanya saja. Tampilan hantu mungkin cukup menyeramkan karena dibuat kabur ataupun versi night mode yang minim pencahayaan itu. Nampaknya Koya masih perlu belajar lagi untuk "mencontek" REC / Quarantine yang mencekam itu. Eksekusinya tidak terlalu buruk tapi improvisasi dan angle-angle kameranya masih kurang maksimal. Dari segi ending, akan lebih baik jika diakhiri di villa itu saja tanpa perlu diperpanjang adegan di apartemen yang sangat merusak originalitasnya. Yang lebih bodoh lagi, Terekam dibuka dan ditutup dengan wawancara ketiga pemainnya yang tentu saja merusak unsur 'kenyataannya' itu.
Durasi:
75 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Rabu, 17 Maret 2010
DEATH BELL : Teka-Teki Maut Anak Sekolahan
Sekolah pilihan Chi-Chi secara aktif menciptakan kompetisi di antara siswa-siswinya dengan cara menayangkan ranking ujian mata pelajaran di televisi-televisi yang digantung di sepanjang koridor sekolah. Tujuannya adalah memilih 20 murid terbaik untuk mewakili sekolah dalam ajang pertukaran pelajar internasional. Salah satunya adalah Ina, sahabat baiknya Myong Hyo dan calon kekasihnya Hyun yang juga seorang DJ. Namun keanehan terjadi saat satu persatu murid hilang dan ditemukan dalam jebakan yang hanya bisa dihentikan jika soal-soal berhasil dipecahkan kunci jawabannya. Dibantu dua guru So Young dan Chang Wook, mereka harus berkejaran waktu sebelum jatuh korban bertambah banyak.
Cast:
Lee Beom Su sebagai Hwang Chang-wook
Yu Shin Ae sebagai Choi So Yeong
Nam Gyu Ri sebagai Ina
Kim Beom
Mun Ban Ya
Director:
Merupakan debut penyutradaraan Yoon Hong Seung yang juga turut bermain sebagai Chang dalam film berjudul Korea, Gosa ini.
Comment:
Membaca premis film ini, ingatan kita akan melayang pada "Saw" yang legendaris itu. Bedanya ini disajikan dengan setting sekolahan dan atmosfir Korea juga. Alurnya disajikan secara lugas dan didukung oleh tempo yang cepat. Terima kasih juga pada beberapa adegan gory yang cukup membangkitkan emosi terutama saat tokoh-tokohnya berpacu dengan waktu untuk menjawab soal yang diberikan. Adrenalin anda akan naik disini walaupun saya cukup yakin anda tidak mencoba untuk turut menerka setiap kepingan teka-teki yang disajikan. Selain tentunya ending yang membuka kedok si pelaku yang rasanya tidak terlalu sulit diduga bukan? Sang sutradara harus diakui menguasai genre thriller horor cerdas yang tentunya dipelajari dari beberapa film sejenis yang sudah populer sebelumnya. Terbukti dengan jebakan yang dibuat pintar yang diakhiri dengan pembantaian keji. Semua diketengahkan dengan latar belakang yang luas dengan sedikit pembahasan karakter tokoh-tokohnya. Musik latar yang tepat dan suasana sekolah yang mencekam juga menjadi nilai plus tersendiri. Ternyata Death Bell tidak mengecewakan dan dijamin anda dapat menikmatinya sampai akhir.
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Selasa, 16 Maret 2010
CABIN FEVER 2 : SPRING FEVER
This time it's spreading.
Storyline:
Satu-satunya remaja yang selamat dari penularan virus liburan musim panas, Paul akhirnya tewas ditabrak bus sekolah Springfield. Tanpa diduga, darah Paul mengontaminasi sumber air kota yang didistribusikan perusahaan air minum ke seluruh penjuru. Sementara itu, SMU Springfield sedang menyiapkan pesta prom akbar di sekolah mereka tanpa menyadari bahaya virus mengancam mereka satu persatu, belum lagi tim evakuasi yang dikerahkan untuk melakukan pembantaian masal. Adakah yang selamat dari tempat itu hidup-hidup?
Nice-to-know:
Setelah editing dan syuting ulang, penulis/sutradara Ti West sempat meminta namanya tidak dicantumkan dalam credit title dan menggantinya dengan nama samaran populer Alan Smithee. Namun karena bukan anggota dari DGA, permintaannya ditolak produser.
Cast:
Rider Strong sebagai Paul
Noah Segan sebagai John
Alexander Isaiah Thomas sebagai Dane
Alexi Wasser sebagai Cassie
Director:
Ti West mengawali karir penyutradaraan di usia 21 tahun lewat The Wicked (2001).
Comment:
Terlepas dari beberapa nuansa yang membuat tidak nyaman saat menontonnya, saya menyukai Cabin Fever (2002). Saat melihat kemungkinan dibuat sekuelnya pada tahun 2007, rasa penasaran pun muncul. Namun karena tidak ada gaungnya, saya baru sempat menyaksikannya di dvd pada tahun 2010 ini. Nyatanya film bersubjudul Spring Fever ini teramat sangat buruk kualitasnya! Hilangkan kata Cabin karena setting berpindah ke gedung SMU, beberapa saat sebelum pesta prom dimulai. Dialognya lucu dan dangkal, bahkan jauh lebih parah dari film sejenis American Pie sekalipun. Aktingnya juga tidak istimewa dan penokohannya tidak penting. Yang juara mungkin adegan gory khas horor kelas B sepanjang film terutama muntahan darah dari semua orang ataupun anggota tubuh yang mengelupas satu persatu, itupun jika tidak membuat anda muak menyaksikannya. Adegan mengerikan sempat digantikan beberapa sekuens animasi yang rasanya tidak membantu juga. Jelas sekuel yang seharusnya tidak dibuat. Dan di Amerika sana pun tidak jadi dirilis di bioskop sampai saat ini, hanya diedarkan terbatas di ajang sekelas Screamfest.
Durasi:
85 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Senin, 15 Maret 2010
LAST HOUSE ON THE LEFT : Balas Dendam Pasutri Biasa Kawanan Pembunuh
If bad people hurt someone you love, how far would you go to hurt them back?
Storyline:
Kriminal berbahaya, Krug diselamatkan oleh adiknya, Francis dan kekasihnya, Sadie saat dipindahkan oleh dua detektif di perjalanan. Sementara itu, Mari Collingwood nekad pergi bersama sahabat lamanya, Paige ke sebuah motel sewaan pria pendiam yang baru dikenalnya, Justin dengan mengindahkan pesan orangtuanya, Dr. John dan Emma. Malang tak dapat diduga, ketiga kriminal tersebut kembali ke motel yang dijaga putranya, Justin! Kehadiran Mari dan Paige di tempat dan waktu yang salah harus dibayar mahal. Mobil kawanan kriminal tersebut meluncur ke arah danau di atas gunung tempat kediaman Collingwood yang terasing dari mana-mana. Akankah korban semakin berjatuhan pada akhirnya?
Nice-to-know:
Sang Produser Jonathan Craven pernah membintangi versi aslinya, The Last House on the Left (1972).
Cast:
Tony Goldwyn dan Monica Potter memperlihatkan emosi yang baik sebagai pasangan suami istri Collingwood yang dilema menghadapi kriminal-kriminal yang telah menganiaya putri kesayangan mereka.
Beberapa kali membintangi film remaja termasuk Sydney White (2007), Sara Paxton disini bermain sebagai Mari Collingwood yang tegar walaupun teraniaya.
Tiga kriminal sadis yaitu Krug , Sadie dan Francis diperankan dengan baik masing-masing oleh Garrett Dillahunt, Riki Lindhome dan Aaron Paul.
Director:
Merupakan film kedua bagi Dennis Iliadis setelah Hardcore (2004).
Comment:
Konon nyaris langsung dilempar di pasaran dvd, film ini akhirnya tayang juga di bioskop Amerika sana. Dan sempat saya berharap akan masuk di Indonesia juga tapi nyatanya ditunggu-tunggu setahun tidak kunjung terjadi. Akhirnya saya menontonnya di DVD dan rasa penasaran sejak lama terbayar sudah. Walaupun miskin pengalaman, penyutradaraan Iliadis patut diacungi jempol. Penggambarannya sangat baik dan semua emosi dari karakternya tertangkap kamera dengan brilian. Dillahunt sebagai antagonis "terjahat" juga sangat mengerikan. Hal tersebut diimbangi juga oleh Goldwyn dan Potter yang berusaha tegar meskipun sesungguhnya hanya orangtua biasa yang berusaha menjaga martabat keluarga. Paxton dan MacIsaac juga mahir tampil beda dari komedi remaja yang biasa kita saksikan. Plot ceritanya sesungguhnya simpel dan tertata dengan baik per sekuensnya. Namun tensi ketegangan mampu terjaga sepanjang film dengan beberapa elemen kesadisan yang cukup membuat anda menutup mata karena miris. Meski belum menonton versi originalnya, saya berani mengatakan The Last House On The Left adalah remake thriller yang baik dan mampu disesuaikan dengan kondisi masa kini di luar banyaknya kegagalan usaha serupa belakangan ini.
Durasi:
110 menit
U.S. Box Office:
$32,721,635 till May 2009
Overall:
8 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Minggu, 14 Maret 2010
GREEN ZONE : Misi Mustahil Pencarian Senjata Pemusnah Masal
Chief Warrant Officer Roy Miller is done following orders.
Storyline:
Tiga bulan setelah invasi Amerika di Irak, kepala pasukan khusus Amerika ditugaskan mencari senjata pemusnah massal, Roy Miller bersama timnya. Berbagai petunjuk berupaya ia dapatkan termasuk dari reporter wanita, Lawrie ataupun pria setempat, Freddy yang akhirnya ia jadikan penerjemah. Namun lambat laun Miller merasa ada yang tidak beres dengan badan intelejen yang disinyalir memberikan informasi palsu. Bersama dengan kepala CIA di Bagdad, Martin Brown, mereka sepakat untuk mencari fakta yang sesungguhnya di balik semua perlawanan tersebut.
Nice-to-know:
Syuting dilakukan di Morocco, Inggris dan Spanyol sekaligus.
Cast:
Ketiga kalinya bekerjasama dengan sang sutradara setelah dua sekuel terakhir Bourne yaitu Ultimatum (2007) dan Supremacy (2004), Matt Damon bermain sebagai Roy Miller, pemimpin sekelompok tentara Amerika di Perang Irak.
Beberapa peran pendukung dimainkan oleh Greg Kinnear, Brendan Gleeson, Amy Ryan dan tentunya Khalid Abdalla sebagai si penerjemah, Freddy.
Director:
Pria kelahiran Inggris bernama Paul Greengrass ini pernah dinominasikan Sutradara Terbaik Academy Award 2007 untuk film United 93 (2006).
Comment:
Penggunaan kamera tangan selayaknya dilakukan dalam serial terakhir Bourne rupanya sangat mengganggu saat dilakukan kembali disini. Konflik di tengah peperangan menjadi tidak fokus dan sulit diikuti penonton. Mungkin maksudnya agar terlihat realistis dan membawa audiens seakan berada di tengah-tengah situasi tersebut. Tema Perang Irak rasanya masih hangat belakangan ini terutama setelah kemenangan besar film Indie, The Hurt Locker di ajang Academy Awards 2010! Tetapi Green Zone bukanlah Hurt Locker yang sangat realistis dan "gila" itu. Green Zone penuh muslihat walau inti ceritanya hanyalah tentang kepercayaan dan kemunafikan pihak-pihak oposisi tertentu. Jika ditelaah secara keseluruhan, film ini bisa jadi dikategorikan "bodoh" karena temanya yang terlalu simpel dan terlalu mengada-ngada. Superioritas Hollywood dalam mengetengahkan action terlalu diumbar disini. Kharisma Damon dalam beberapa film terakhirnya termasuk sifat dinginnya sebagai Miller rasanya akan sia-sia saja karena tidak mampu menyelamatkan film. Greengrass melakukan tugasnya dengan baik lewat sinematografi tapi eksekusinya secara keseluruhan agak tidak beralasan. Endingnya pun relatif mudah ditebak tanpa ada kejutan berarti.
Durasi:
110 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Sabtu, 13 Maret 2010
THE IMAGINARIUM OF DOCTOR PARNASSUS : Absurdnya Dunia Imajiner Dokter Parnassus
Tony-Can you put a price on your dreams?
Storyline:
London masa lampau, Doctor Parnassus mendirikan "Imaginarium", sebuah dunia yang akan membawa audiens mengalami hal-hal menakjubkan yang dikontrol oleh pikirannya. Doctor Parnassus bercerita pada timnya yaitu putrinya Valentina, asistennya Anton dan si kerdil Percy bahwa ia telah berumur ribuan tahun tetapi kehilangan keabadiannya saat jatuh cinta dengan seorang manusia. Demi hal itulah, Parnassus membuat perjanjian dengan iblis, Mr. Nick untuk mengambil nyawa Valentina di usia 16 tahun. Saat usia Valentina mulai memasuki fase tersebut, Parnassus mengulang perjanjiannya dengan menjanjikan lima nyawa yang terperangkap dalam Imaginarium. Di lain kesempatan, Percy, Valentina dan Anton menyelamatkan Tony yang digantung di bawah jembatan pelabuhan. Kehadiran Tony mungkin menentukan kelangsungan Imaginarium berikutnya.
Nice-to-know:
Honor yang diperoleh Depp, Law, Farrell untuk melanjutkan peran Ledger di tengah proses produksi diberikan kepada putri Ledger, Matilda untuk masa depannya.
Cast:
Film terakhir bagi peraih Oscar Aktor Pembantu Terbaik lewat The Dark Knight (2008), Heath Ledger bermain sebagai Tony. Dimana figur imajinasinya dipegang oleh Johnny Depp, Jude Law dan Colin Farrell secara bergantian.
Sang pemimpin Doctor Parnassus dilakoni oleh aktor senior asal Kanada, Christopher Plummer.
Karakter pendukung Doctor Parnassus masing-masing Anton, Percy dan Valentina diperankan oleh Andrew Jackson, Verne Troyer dan Lily Cole.
Director:
Mengawali karir penyutradaraan lewat Storytime (1968), Terry Gilliam juga aktif sebagai aktor, penulis, produser dan di beberapa departemen lainnya.
Comment:
Masa produksinya sempat digegerkan oleh kematian aktor muda berbakat Ledger tetapi tidak menghalangi Gilliam untuk menyelesaikan film dan pada akhirnya mendedikasikannya untuk Heath. Seperti biasa Gilliam membawa semangat klasik fantastik seperti yang pernah ditunjukkannya lewat karya-karyanya di masa lalu. Ceritanya sendiri bergulir lambat dan nyaris membuat penonton sulit bertahan di kursinya masing-masing, terlebih tone depresi dan visualisasi suram yang digunakan di paruh pertama film. Pengenalan semua karakter juga terasa absurd tetapi realistis. Tetapi jajaran cast berhasil melakukannya dengan baik dan terlihat menjiwai peranan masing-masing, terima kasih pada kostum dan setting yang sangat meyakinkan. Plummer dan Waits menciptakan chemistry yang baik sebagai dua pihak yang "berseberangan". Trio Ledger, Cole dan Jackson juga membawakan kemelut cinta segitiganya dengan baik. Sayangnya, The Imaginarium Of Doctor Parnassus bukanlah film yang dapat dikonsumsi publik umum, terutama mereka yang hanya mencari hiburan tontonan. Apalagi endingnya tidak bahagia selayaknya khas Hollywood, tetapi mungkin itulah nilai plusnya karena terasa lebih manusiawi.
Durasi:
120 menit
U.S. Box Office:
$7,504,196 till early March 2010
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Jumat, 12 Maret 2010
AFFAIR : Cinta Segitiga Berbuntut Maut
Santi yang berpacaran dengan Daniel tiba-tiba bertemu sahabat lamanya Reta yg baru saja pindah kampus. Tak dinyana Reta malah jatuh cinta pada Daniel sejak pandangan pertama. Santi yang dulu pernah berhutang budi pada Reta punya ide menjodohkan Daniel dengan Reta hanya karena Reta didiagnosa kanker otak dan hidupnya kurang lebih 3 bulan. Awalnya Daniel menolak tapi akhirnya menyanggupi untuk berpura-pura pacaran. Kedekatan Daniel dengan Reta yang semakin lengket hingga setahun lamanya malah membuat Santi terbakar cemburu. Terlebih setelah Santi berulang kali membohonginya. Reta yang kalap terlibat adu fisik dengan Santi di rumahnya yang kosong pada suatu malam. Bagaimana akhir dari kemelut cinta segitiga ini?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Starvision Plus dan gala premierenya diadakan di Planet Hollywood pada tanggal 9 Maret 2010.
Cast:
Baru saja tampil dalam slasher sukses Rumah Dara, Sigi Wimala kembali bermain dengan peran Reta yang sakit-sakitan.
Garneta Haruni kebagian tokoh Santi yang berhutang budi pada Reta di masa lampau.
Dimas Aditya sebagai Daniel yang mencintai Santi tetapi terjebak pada perasaannya sendiri terhadap Reta.
Director:
Pria yang menggunakan nama Nayato Fio Nuala berupaya mengadopsi genre thriller slasher yang sedang marak belakangan ini.
Comment:
Tiga puluh menit pertama semua unsur thriller horor bercampur baur sehingga tidak heran jika kepala penonton akan pening karena dipaksa mengikutinya. Mulai dari halusinasi, flashback, penampakan, pengalaman spiritual dsb. Awal itu yang diyakini kunci cerita dan juga perasaan dejavu pada endingnya. Namun setelahnya film bergulir dengan pengenalan ketiga tokohnya lebih dekat. Konflik yang berhubungan dengan ruang dan waktu diantara mereka ternyata tidak dieksplorasi dengan baik sehingga intervalnya terasa meloncat-loncat. Sayang sekali karena jika digarap lebih serius, hal ini bisa jadi bagian yang menarik. Semua tokoh disini adalah abu-abu. Reta dan Santi sama-sama berjiwa psikopat. Beruntung Sigi dan Garneta cukup serius berlakon disini sehingga penjiwaan mereka terasa maksimal. Dimas sebagai Daniel tidak banyak terekspos. Harus diakui Nayato menyajikan sinematografi yang cukup apik disini dengan angle dan visualisasi yang terus berganti. Dikatakan slasher karena banyak adegan berdarah antar dua wanita tersebut yang bisa jadi memacu adrenalin penonton meski dirasa agak terlalu berlebihan juga. Kesimpulannya, Affair adalah pengalaman obsesi yang akhirnya mengaburkan makna cinta dan persahabatan itu sendiri dan mampu membuat pribadi seseorang berubah seratus delapan puluh derajat!
Durasi:
75 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Kamis, 11 Maret 2010
DENDAM POCONG MUPENG : Kos-kosan Terkutuk Berhantu Pocong
Sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara, Rini dan Andi secara tidak sengaja tewas karena kecelakaan di sebuah rumah megah. Keduanya menjadi hantu dan pocong di rumah tersebut. 10 tahun berlalu, rumah itu telah berpindah tangan ke saudagar Arab kaya bernama Wan Harun yang segera membangunnya menjadi kos-kosan. Tibalah empat pendatang baru masing-masing Sherly, Tommy, Mira, Rojak yang menyewa kamar-kamar di rumah tersebut. Satu persatu mulai mengalami gangguan supernatural hingga harus memanggil dukun seksi. Apakah pada akhirnya teror dapat dihentikan?
Nice-to-know:
Judul semulanya adalah Hantu Puncak Datang Bulan.
Cast:
Andi Soraya sebagai Mira
Tesa Mariska sebagai Sherly
Ferly Putra sebagai Tommy
Rizky Mocil sebagai Rojak
Director:
Lagi-lagi propaganda KK Dheeraj yang berusaha mengikuti tren yang ada yaitu komedi horor ringan.
Comment:
Banyak dipangkas karena dianggap adegan syurnya terlalu berlebihan hingga durasinya tinggal sejam lebih dikit. Lantas apa yang diharapkan? Beruntung film ini pada akhirnya masih bisa tayang setelah diperjuangkan dan mengalami kemunduran tanggal rilis dari jadwal semula 11 Februari 2010. Dari plot cerita yang dangkal rasanya tidak usah ditanya karena merupakan khas K2K Productions. Skrip seadanya, eksekusi, improvisasi, editing sekenanya dan voila, siap muncul di bioskop-bioskop ibukota tanpa peduli kualitas akhir! Mudah bukan? Castnya juga tidak berkontribusi apa-apa selain berakting selebay mungkin terutama aktris-aktrisnya yang mempertontonkan tubuhnya kemanapun. Endingnya pun teramat sangat dipaksakan dan klise film-film sejenis. Ohya, jangan kaget jika menyaksikan pocong dan hantu bisa berdialog dan saling cemburu. Yang lebih aneh lagi, pocong bisa ditimpuk sabun, botol, gayung hingga celana dalam. Nah lho!
Durasi:
65 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar lah
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Rabu, 10 Maret 2010
LOST TRIBE : Menghadapi Makhluk Humanoid Pulau Terpencil
It's our world. It's their island.
Storyline:
Saat berpesiar menggunakan kapal laut, sekelompok teman mengalami naas yang tak dapat diduga. Perahu mereka rusak diterjang karang dan mengalami kebocoran. Susah payah berenang, mereka mencapai sebuah pulau megah yang belum tersentuh. Sayangnya makhluk-makhluk humanoid penghuni pulau tersebut tidak menyukai kedatangan mereka dan mulai melakukan pembantaian satu-persatu dengan brutal.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Primal Films dan bersetting di Sydney, California hingga Costa Rika.
Cast:
Satu-satunya yang ternama disini mungkin hanya Lance Henriksen sebagai Gallo.
Emily Foxler dan Brianna Brown memerankan Anna dan Alexis.
Director:
Pria kelahiran Belanda bernama Roel Reine ini belum banyak dikenal dan kabarnya akan menyutradarai sekuel Death Race di tahun 2011.
Comment:
Sama sekali tidak ada yang spesial dari The Lost Tribe. Nyaris sejam pertama seakan benar-benar tidak tahu harus bercerita apa. Berputar-putar pada kebingungan masing-masing karakternya dalam berusaha bertahan hidup di pulau asing. Belum lagi kemunculan makhluk-makhluk aneh yang disinyalir sebagai penduduk setempat tanpa motif yang jelas membantai dan memangsa siapapun yang memasuki wilayah mereka. Semua itu ditambah oleh gaya penyutradaraan yang buruk dan eksplorasi yang sangat tidak maksimal. Casting juga tidak membantu apapun karena seolah masing-masing aktor-aktris berakting sendiri-sendiri. Yang sedikit menarik mungkin hanya menit ke-61 hingga ke-70 saat korban terakhir diburu habis-habisan dari segala penjuru sampai pada akhirnya ditutup dengan ending konyol yang tidak beralasan. Skip it even for DVDs!
Durasi:
75 menit
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!