Storyline:
Tanpa sengaja saat memasuki kampus baru di wilayah Bandung, Slamet dari Trenggalek, Gungun dari Sunda, Fuad dari Madura, Poltak dari Pematang Siantar, Benny dari Jakarta dan Ria dari Padang bertemu dan menjadi akrab satu sama lain meski memiliki karakter yang berbeda-beda karena berlainan suku. Gungun anak Sunda yang lugu dan kocak. Fuad dari Madura yang menggebu-gebu, Poltak dari Pematang Siantar yang santai, serta Ria dari Padang, si bintang kampus menjadi pujaan di antara mereka yang pintar dan cantik. Bersama mereka menjalani kehidupan perkuliahan, pertemanan, keluarga, percintaan hingga masa depan yang membentang di hadapan. 20 tahun kemudian, mereka melakukan reuni dan melakukan review kembali terhadap kisah-kisah di masa lalu yang telah membentuk pribadi masing-masing.
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Ganesha Creative Industry dengan judul lain Gading-Gading Ganesha (3G).
Cast:
Ariyo Wahab sebagai Slamet yang pintar tetapi pendiam hingga tak berani mengungkapkan cinta.
Rizky Hanggono sebagai Benny yang percaya diri dan menyukai bidang musik.
Alex Abbad sebagai Fuad yang vokal dan idealis.
Dennis Adishwara sebagai Gungun yang lugu dan kocak.
Restu Sinaga sebagai Poltak yang santai pembawaannya.
Eva Asmarani sebagai Ria yang cerdas cantik.
Didukung pula oleh beberapa bintang senior seperti Niniek L. Karim, Slamet Rahardjo, Nurul Arifin dsb.
Director:
Seniman sekaligus aktor bernama Sujiwo Tejo telah malang melintang di dunia kesenian Indonesia selama puluhan tahun dan kali ini memulai debutnya sebagai sutradara di film yang kental dengan nuansa ITB ini.
Comment:
Pembukaan film yang menggambarkan siluet wayang rupanya sudah cukup menggambarkan film seperti apa yang disuguhkan sang seniman Sujiwo Tejo yang bertindak sebagai dalangnya. Semua dikemas dengan gaya art yang tidak biasa bahkan cenderung nyeleneh apalagi ditambah sentuhan ilustrasi musik dari Viky Sianipar juga semakin memperkuat suasana. Setting kota Bandung yang asri terutama paparan Sawah Lunto boleh jadi hal yang memikat bagi indera penglihatan anda. Nuansa 1980an berusaha dibangun di setiap adegan tetapi sayangnya belum terlalu detail dan konsisten. Penampilan para aktor-aktrisnya pun hanya sekadar "melicinkan" wajah di usia muda dan ditambah janggut/kumis/cambang/uban di usia yang beranjak paruh baya dengan rentang waktu 20 tahunan! Beruntung dari segi akting, mereka semua cukup ciamik merata, tanpa ada yang terlalu lebih menonjol dari yang lainnya. Bahwa Cinta Itu Ada merupakan salah satu bentuk film dengan penggambaran kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam dan tema universal yang bisa jadi menyiratkan beberapa pesan moral. Sayangnya ending ditutup tanpa konklusi yang jelas sehingga konflik yang berusaha dibangun seakan hanya menjadi pelengkap saja tanpa perlu diselesaikan. Boleh dibilang sinema perwayangan yang unik dan bisa dijadikan alternatif di tengah keseragaman tema film lokal yang membosankan.
Durasi:
90 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar