Storyline:
Mendapat penyiksaan psikis dan batin semasa kecilnya dari kedua orangtuanya membuat Ryo tumbuh menjadi pemuda psikopat. Perasaan cemburunya selalu memuncak saat melihat Cinta dan Bugi bermesraan. Bugi seringkali terlalu posesif dalam melindungi Cinta yang lama kelamaan merasa terganggu. Di sisi lain, semua kesulitan Cinta selalu berhasil diatasi Ryo. Adik kandung Cinta, Marsha sedikit banyak bersimpati pada Ryo yang dianggapnya pendiam dan introvert. Namun kecurigaan Marsha muncul saat melihat Ryo berkonsultasi secara rutin dengan seorang psikiater wanita. Akankah kegilaan Ryo dapat dihentikan pada akhirnya sekaligus menghindari jatuhnya korban?
Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh Putra Pictures ini diproduseri oleh Putra Permata Januari.
Cast:
Sang psikopat Ryo diperankan oleh Mike Lucock yang mendapat peran utama pertamanya disini.
Kakak beradik Cinta dan Marsha dimainkan oleh Mentari dan Sarah Shafitri.
Didukung pula oleh Aldo Bamar, Meriam Bellina, Sonny Tulung, Ira Wibowo, Donny Kesuma dan Chriss Hatta.
Director:
Merupakan debut penyutradaraan bagi Anto Tanjung yang bekerjasama dengan Beng Irawan dan Ical Hariawan untuk menyuguhkan sesuatu yang beda disini.
Comment:
Film ini awalnya akan ditayangkan akhir tahun lalu tapi entah kenapa ditunda sampai nyaris pertengahan tahun ini. Durasinya yang cukup singkat sempat membuat saya bertanya-tanya apakah ada bagian yang dipangkas? Entahlah. Yang pasti produser dan sutradara berniat mengangkat tema kekerasan dalam rumah tangga yang mungkin berdampak negatif bagi perkembangan psikis anak di masa depannya. Namun tepatkah sarana yang digunakan? Rasanya belum karena potongan-potongan masa lalu hanya ditampilkan sekilas lewat ingatan Ryo saja dan itupun belum cukup kuat untuk menjelaskan motif secara keseluruhan. Mike yang biasa jadi figuran kocak kali ini bermain serius dengan mengubah aksen dan bahasa tubuh seorang psikopat. Usahanya cukup konsisten hingga akhir walau belum bisa dikatakan cemerlang. Alur cerita berusaha dibuat melompat-lompat dengan flashback tapi tidak terlalu efektif untuk menyatukan secara utuh maksud yang ingin disampaikan. Endingnya yang sedikit dipaksakan dengan logika seadanya cukup mengganggu apalagi sampai menampilkan arwah penasaran yang sangat menggelikan dan tidak meninggalkan esensi apapun. Bunga edelweiss hanya dijadikan simbol persahabatan dan keabadian belaka. Alhasil kinerja Love and Edelweiss tidak jauh berbeda dengan FTV ataupun sinetron yang masih miskin dalam bertutur.
Durasi:
80 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar