Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh Ganesha Perkasa Film ini gala premierenya diadakan di Epicentrum XXI pada tanggal 30 Oktober 2012.
Film yang diproduksi oleh Ganesha Perkasa Film ini gala premierenya diadakan di Epicentrum XXI pada tanggal 30 Oktober 2012.
Cast:
Dion Wiyoko sebagai Radit
Nadine Alexandra sebagai Alana
Dimas Beck sebagai Timo
Manohara Odelia sebagai Vira
Claudia Hidayat sebagai Adriana
Tracy Shuckleford sebagai Santika
Amanda Soekasah sebagai Zara Zettira
Kelly Tan sebagai Lina
Moudyzania sebagai Fifi
Ray Sahetapy sebagai Ayah Alana
Dion Wiyoko sebagai Radit
Nadine Alexandra sebagai Alana
Dimas Beck sebagai Timo
Manohara Odelia sebagai Vira
Claudia Hidayat sebagai Adriana
Tracy Shuckleford sebagai Santika
Amanda Soekasah sebagai Zara Zettira
Kelly Tan sebagai Lina
Moudyzania sebagai Fifi
Ray Sahetapy sebagai Ayah Alana
Director:
Merupakan film kesepuluh bagi Awi Suryadi setelah terakhir Simfoni Luar Biasa (2011).
Merupakan film kesepuluh bagi Awi Suryadi setelah terakhir Simfoni Luar Biasa (2011).
W For Words:
Partying in cinemas everywhere. Dari poster dan tagline tersebut sudah jelas, film ini bertemakan kehidupan malam sekelompok muda-mudi yang doyan party. Tentu anda mengira sudah bisa menduga isinya secara keseluruhan, tidak jauh-jauh dari seks, alkohol dan narkoba. Eits, nanti dulu! Adaptasi novel berjudul sama karangan Zara Zettira ZR ini setidaknya masih berupaya memberikan twist tersendiri di akhir cerita. Tidak percaya? Buktikan sendiri karya terbaru Awi Suryadi dengan sederetan aktris muka baru di samping dua aktor utama yang telah dikenal sebelumnya.
Partying in cinemas everywhere. Dari poster dan tagline tersebut sudah jelas, film ini bertemakan kehidupan malam sekelompok muda-mudi yang doyan party. Tentu anda mengira sudah bisa menduga isinya secara keseluruhan, tidak jauh-jauh dari seks, alkohol dan narkoba. Eits, nanti dulu! Adaptasi novel berjudul sama karangan Zara Zettira ZR ini setidaknya masih berupaya memberikan twist tersendiri di akhir cerita. Tidak percaya? Buktikan sendiri karya terbaru Awi Suryadi dengan sederetan aktris muka baru di samping dua aktor utama yang telah dikenal sebelumnya.
Novelis tersohor, Zara Zettira kehilangan gairah menulis sepulang dari Kanada
walau didesak asistennya, Vina. Suatu ketika, ia menerima email-email misterius
dari seseorang bernama Alana yang berkisah tentang kaum jetset Jakarta lengkap
dengan segala intrik-intriknya. Alana tidak pernah mengenal ibunya selain
ayahnya yang dokter bedah sibuk. Teman-temannya adalah pecandu anak Jaksa Agung
– Timo, desainer kesepian – Fifi, pekerja kantoran ganteng – Radit, bandar
narkoba lesbian – Lina, guru TK yang hobi fly – Yosi dan sosialita narsis –
Vira. Teror dari Santika secara tak langsung menewaskan mereka satu per satu.
Apa hubungannya dengan masa lalu Alana?
Skrip yang juga ditata oleh Archie Hekagery ini memiliki lubang besar yang menganga. Perkenalan singkat terhadap masing-masing karakternya tidak otomatis membangun karakterisasi apalagi sampai membuat penonton berpikir, si A ini gue banget, si B ini temen gue dsb. Lantas untuk apa perkenalan jika pada akhirnya satu persatu menemui "pintu keluar"nya? Penjelasan di paruh terakhir pun dilakukan oleh karakter-karakter yang awalnya tidak ada. Seakan anda tengah belajar bersama di ruang kelas lalu tiba-tiba 1-2 orang tak dikenal masuk dan menerangkan semua pelajaran yang dibutuhkan. Anda semua lantas akan berujar, “Ha?”
Beruntung materi yang miskin itu mampu ditutupi oleh sang sutradara. Suryadi Musalim alias Awi berupaya semaksimal mungkin menampilkan production value yang sangat mendukung. Niat baiknya terlihat dari storytelling yang lumayan asik dengan insert-insert dinamis yang memberi penegasan nuansa kehidupan malam itu sendiri. Lagu tema dari Koil dan Saint Loco memang cadas tapi tergolong pas dengan nyawa film ini, berbaur dengan tata musik Ricky Lionardi dan tata suara Khikmawan Santosa. Editing akhir dari Harris Reggy dipadukan dengan pemakaian spesial efek di beberapa bagian.
Karena kedangkalan karakteristik, tak banyak kapabilitas yang bisa dilihat dari aktor-aktrisnya. Mereka hanya berlalu lalang, bertingkah laku dan berdialog sesuai kebutuhan peran. Nadine lah satu-satunya yang mendapat kesempatan bereksplorasi secara luas. Tokoh Alana di tangannya memang belum cukup freak dan paranoid. Namun usahanya untuk keluar dari peran gadis baik-baik "minggu lalu" bolehlah diapresiasi. Cukup menarik menyaksikan debut dua nama yang sudah saya dengar sebelumnya yaitu Kelly dan Manohara . Semoga ada kesempatan berikut bagi keduanya.
Loe Gue End berusaha keras mengaburkan genre dengan mencampur adukkan unsur thriller, horor, drama sejak menit pertama bergulir. Hal tersebut tak ayal malah membingungkan penonton yang merasa logikanya terjebak sedari awal. Semakin sedikit yang anda tau, rasa penasaran anda akan bertambah besar. Akhir kata, film ini tak lebih dari sekadar iklan layanan masyarakat dengan durasi yang lebih panjang beserta contoh-contoh yang eksplisit. Namun perlukah generasi muda disadarkan dengan presentasi semacam ini? Pertanyaan yang akan memunculkan jawaban yang berbeda-beda jua.
Durasi:
75 menit
75 menit
Overall:
7 out of 10
7 out of 10
Movie-meter: