Nice-to-know:
Diproduksi oleh Studio Sembilan.
Diproduksi oleh Studio Sembilan.
Cast:
Nikita Mirzani sebagai Rosa/Rosi
Nicky Tirta sebagai Budi
Rizky Mocil sebagai Bodo
Nikita Mirzani sebagai Rosa/Rosi
Nicky Tirta sebagai Budi
Rizky Mocil sebagai Bodo
Director:
Merupakan film keempat Nuri Dahlia di tahun 2012 setelah Mama Minta Pulsa.
Merupakan film keempat Nuri Dahlia di tahun 2012 setelah Mama Minta Pulsa.
W For Words:
Jika biasanya ada trio “pinpinbo”, maka kali ini cuma ada dua. Jika biasanya ada satu sosok hantu, maka disini menjadi dua. Pada akhirnya sama saja toh? Produser tetap membayar 4 orang dengan asumsi Nikita Mirzani mendapat bayaran dobel atas peran gandanya, lumayan buat tabungan selama doi ada di bui. Oops, no offense. Ya, penulis skrip yang sepertinya ghost writer itu kembali lagi dengan gagasan horor komedi tematik yang sudah kadaluarsa semenjak kuntilanak bisa panjat pohon. Kapan itu terjadi jangan tanyakan pada saya.
Jika biasanya ada trio “pinpinbo”, maka kali ini cuma ada dua. Jika biasanya ada satu sosok hantu, maka disini menjadi dua. Pada akhirnya sama saja toh? Produser tetap membayar 4 orang dengan asumsi Nikita Mirzani mendapat bayaran dobel atas peran gandanya, lumayan buat tabungan selama doi ada di bui. Oops, no offense. Ya, penulis skrip yang sepertinya ghost writer itu kembali lagi dengan gagasan horor komedi tematik yang sudah kadaluarsa semenjak kuntilanak bisa panjat pohon. Kapan itu terjadi jangan tanyakan pada saya.
Alkisah Budi yang ndeso berkawan dengan Bodo yang sesuai namanya. Keduanya kos dan kuliah di tempat yang sama serta melakukan aktifitas bersama-sama pula mulai dari mengumpulkan tugas ke dosen, menghindari tunggakan uang kos hingga cari pacar dengan kriteria di atas standar seharusnya. Alangkah senangnya saat pulang dari acara Kampus Nite di Seven Fly, keduanya bertemu Rosa dan Rosi yang bersedia menjadi pacar mereka tanpa syarat. Sesungguhnya kedua gadis cantik seksi itu adalah jelmaan kuntilanak kembar yang tengah menuntut balas pada Arnold dkk.
Kekuatan utama film ini jelas ada pada komedi yang tercipta lewat interaksi Budi dan Bodo dan horor yang terangkat melalui teror yang dilakukan Rosa dan Rosi. Saya harus katakan, keduanya gagal secara persentase keseluruhan. Hanya satu dua trik yang masih berhasil memancing tawa atau rasa takut. Selebihnya? Meh! Dialog garing dengan lelucon yang tidak lucu mendominasi layar, sama buruknya dengan spinning zoom penampakan rupa buruk kuntilanak berulang-ulang. Teknik terakhir ini mengingatkan saya terhadap kebodohan yang dilakukan KK Dheeraj dalam Genderuwo (2006).
Rupanya Rizky Mocil telah benar-benar melepaskan ciri khasnya selama ini yaitu rambut keriting kribo dan kacamata frame besar. Keputusan yang salah karena seiring perubahan itu, nuansa komediknya juga berkurang drastis. Yang tersisa tinggal suara sengau yang tetap berupaya keras melontarkan humor spontan non efektif. Gantinya Nicky Tirta yang kali ini dikacamatai dan diubah aksennya menjadi Jawa kental. Kelambanan dan kepolosannya sedikit lebih menyenangkan tapi tak jarang berlebihan sehingga malah terkesan kemayu. Satu catatan positif, setidaknya Rizky dan Nicky cukup berhasil membangun chemistry.
Bagaimana dengan Nikita Mirzani? Ratu sensasi ini seperti halnya dalam Nenek Gayung (2012) ikhlas menokohkan manusia dan hantu sekaligus. Busana ketat nan minim yang menonjolkan payudara dan lekuk tubuhnya memang dianggap masih menjual. Namun stereotype aktingnya masih belum berubah. Teror yang dilakukan pun sangat sederhana, menipu calon korban dengan wujud cantik, berubah menjadi kuntilanak berwajah seram sebelum mengayunkan sabetan mautnya. Fungsi tokoh lain di luar mereka berempat sebatas numpang lewat saja demi memperpanjang durasi. Tidak heran!
Pacarku Kuntilanak Kembar adalah degradasi karya seorang “Nuri Dahlia”. Contoh nyata bagaimana industri ini tampak begitu putus asa dalam menelurkan konsep horor komedi yang fresh demi menjaring penonton dengan cara yang rendah. Premis daur ulang yang hanya akan menorehkan catatan hitam dalam sejarah perfilman Indonesia ini bahkan sudah salah dari penggunaan judul, “Pacarku” sebetulnya lebih tepat diganti dengan “Pacar kita” karena mengambil sudut pandang dua orang sekaligus yaitu Budi dan Bodo. Pada akhirnya, saya pun cuma bisa berucap, “Kasihan!”
Durasi:
90 menit
90 menit
Overall:
6 out of 10
6 out of 10
1 komentar:
wiih, dgn review seburuk itu masih dapet niali 6/10,bang? serius nih?
Posting Komentar