Tagline:
In A City Of Violence, One Man Will Stand Up And Fight
Cerita:
Merantau adalah salah satu tradisi di Minangkabau yang harus dijalankan setiap pemuda yang beranjak dewasa termasuk Yuda yang harus meninggalkan ibunya Wulan dan kakaknya Yayan untuk pergi ke Jakarta. Sejak awal kedatangannya, Yuda seringkali dipaksa menggunakan jurus pencak silatnya termasuk saat menolong kakak beradik Astri dan Adit dari kerasnya kehidupan kota besar. Perkara tersebut membesar dan melibatkan dua bule Ratger dan Luc beserta konco-konconya dan seorang mucikari bernama Johnny. Berhasilkah pelarian mereka di sepanjang jalan ibukota dan juga pertempuran seorang diri Yuda melawan kawanan penjahat itu?
Gambar:
Prolog film yang bersetting langsung di Minangkabau yang tenteram dan berpindah ke semrawutnya Jakarta dari pertengahan sampai akhir cukup memperhatikan detail dengan baik sehingga setiap scene terasa bernyawa.
Act:
Pendatang baru Iko Uwais berakting natural tapi yang patut diacungi jempol adalah aksinya mempertunjukkan jurus harimau dengan sangat lugas tanpa pemeran pengganti sebagai Yuda, pemuda Minangkabau yang berusaha mengadu nasib di Jakarta.
Christine Hakim seperti biasa tampil mengagumkan walau kebagian sedikit scene sebagai Wulan, ibunda Yuda.
Terlepas dari beberapa sahutan spontanitas, Sisca Jessica cukup meyakinkan sebagai Astri, korban persekongkolan bar yang berujung pada kenistaan.
Yusuf Aulia bermain lugas sebagai Adit, adik Astri yang berprofesi sebagai pencopet cilik dan pengamen jalanan demi menabung sepeser demi sepeser uang.
Dua tokoh antagonis bule yakni aktor Denmark, Mads Koudal sebagai Ratger dan aktor Perancis, Laurent Buson sebagai Luc.
Sutradara:
Baru menghasilkan satu karya yaitu Footsteps (2006), Gareth Evans justru terkesan terampil menggarap genre yang belum pernah ada di Indonesia sebelumnya ini dengan sinematografi yang kuat dan penyutradaraan yang gemilang tanpa menjadikan film ini bercitarasa asing tapi tetap mengakar pada Indonesia.
Komentar:
Film laga nasional mungkin bisa dihitung dengan jari apalagi sampai mengangkat cabang beladiri sendiri. Merantau mematahkan semua premis tersebut dengan mengedepankan pencak silat alias silat Harimau! Tiga puluh menit pertama film meski terkesan lambat tapi bisa dimaklumi karena bercerita tentang asal usul Yuda dan budaya Minangkabau. Setelah itu, film mengalir dahsyat dengan full action pertunjukan koreografi beladiri yang sangat mencengangkan antara seorang pria melawan puluhan penjahat. Tidak hanya itu, isu human trafficking ilegal diangkat dengan pas apalagi dengan karakter antagonis yang kuat. Namun film ini bukan tanpa kekurangan seperti beberapa bagian cerita yang terkesan dipermudah, sebagian dialog yang terasa kurang pas, dan terutama ending yang dipaksakan "begitu" tidak biasa selayaknya film sejenis. Secara keseluruhan Merantau tetaplah sebuah film pemacu adrenalin yang pantas diapresiasi dan wajib ditonton tentunya. Beberapa penonton di berbagai bioskop malah bertepuk tangan setelah menyaksikannya. Suatu hal yang jarang terjadi bukan?
Durasi:
140 menit
Overall:
8 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
1 komentar:
Wah menyenangkan sekali film "Merantau" ini, karena banyak scene laganya. Kangen nonton film Saur Sepuh jadinya, hehehe. Tapi bagian drama di awal film terlewatkan nih, jadi pengen nonton lagi...
Bagaimanapun film jadi menyenangkan dan menghibur apabila nonton bareng orang yang menyenangkan juga :)
-Fiz
Posting Komentar