Cerita:
Suatu malam, departemen kepolisian menerima telepon yang menyatakan suara teriakan di sebuah rumah yang baru saja ditempati perempuan berusia 30an Ingorn dan anaknya, Pear. Gadis kecil tersebut terlihat shock dengan beberapa memar di tubuhnya. Sesuai peraturan orangtua-anak, Pear diijinkan bertemu psikiater Krid untuk memeriksanya. Krid yang juga berangkat dari trauma masa lalu melihat ketakutan pada sorot mata Pear yang menurut Ingorn disebabkan penampakan arwah penasaran. Apa yang sesungguhnya terjadi pada Pear? Dapatkah Krid menjawabnya?
Gambar:
Beberapa adegan lambat dengan suasana minimalis di sebuah rumah bercahayakan temaram konon akan membuat anda bergidik. Sinematografinya bisa dibilang cukup konsisten.
Act:
Bersamaan dengan perannya dalam The Coffin, Ananda Everingham disini bermain sebagai Krid, psikiater muda yang berpisah dengan istrinya setelah kecelakaan mobil yang menewaskan putri semata wayang mereka.
Mai Charoenpura sebagai Ingorn, wanita misterius yang sangat protektif terhadap putrinya.
Parujee Khemsawad sebagai Pear, gadis kecil yang mengalami delusi paranoid tanpa sebab yang jelas.
Sutradara:
Torpong Tunkamhang
Komentar:
Dengan mood lambat, film ini bergulir hampir tanpa riak jika tidak diselingi dengan subplot cerita yang berpindah-pindah antara Krid dan Ingorn terutama di awal cerita. Tapi hal tersebut tidak menjadikan Memory menjemukan karena diterjemahkan dengan menarik dan mampu menjaga rasa penasaran penonton untuk terus mengikuti. Perlahan-lahan anda akan dibimbing pada suatu konklusi di akhir yang sulit diduga dengan petunjuk yang sedikit. Saya lebih suka menyebut film ini sebagai drama psikologis dengan sentuhan horor/thriller secara bersamaan selayaknya khas film Thailand pada umumnya. Bagaimana menurut anda?
Durasi:
90 menit
Overall:
7 out of 10
Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar