Tagline:
There's an art to going home without going crazy.
Storyline:
Dua saudari, Jayne dan Laura yang sebenarnya harus fokus pada kehidupan pribadinya masing-masing tiba-tiba dihadapkan pada situasi tidak menyenangkan saat ayah mereka yang berusia 70 tahunan, Joe memanggil pulang. Awalnya Laura menduga Joe kesepian sedangkan Jayne menganggap ayahnya ingin ditemani berobat. Sayangnya Joe ternyata dalam kondisi bugar dan masih hobi bernyanyi sambil bermain gitar, belum lagi ditemani perawat Shelly yang urakan sebagai teman wanitanya. Satu persatu ingatan masa kecil kembali pada Laura dan Jayne akan kehidupan yang pernah mereka jalani bersama orangtuanya. Benarkah semua itu bermakna besar bagi keduanya yang juga penasaran akan kemungkinan adanya harta karun di halaman belakang rumah mereka?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Pierpoline Films yang kemudian bekerjasama dengan Lionsgate.
Cast:
Lebih banyak bermain di film indie ataupun serial televisi termasuk 7 episode "The Return of Jezebel James" sebagai Sarah Tompkins, Parker Posey bermain sebagai Jayne.
Namanya semakin meredup setelah dua filmnya di tahun 2007 masing-masing Mr. Brooks dan Flawless gagal di pasaran, Demi Moore kali ini berperan sebagai Laura.
Dua bintang kawakan, Rip Torn dan Ellen Barkin dipasangkan sebagai ayah paruh baya, Joe dan suster yang merawatnya, Shelly.
Director:
Film ketiga yang ditulis dan disutradarai oleh Mitchell Lichtenstein setelah Resurrection (2004) dan Teeth (2007).
Comment:
Tanpa banyak promosi, film ini rilis terbatas di Blitz Megaplex. Pepatah "Don't judge the book by its cover" berlaku untuk film ini. Hanya saja dalam arti sebaliknya yang biasa diterapkan. Poster yang terlihat indah dengan judul yang puitis ternyata berisi sebuah drama satir yang sukar dicerna begitu saja. Bisa juga dikatakan film yang independen karena bermain di luar jalur yang biasa disuguhkan. Plotnya mengenai keluarga berantakan dimana sang ayah yang menghabiskan hidupnya untuk hal yang sia-sia bertemu kembali dengan dua putri dewasanya yang dimana yang satu berprofesi sebagai aktivis lingkungan dengan dua orang anak sedangkan yang satu lagi terobsesi memiliki anak dari suami seniman yang gila kerja. Bukan tema yang khusus karena sudah banyak diungkapkan dalam berbagai versi, hanya saja kali ini disajikan dengan absurditas yang over-the-top mulai dari perumpamaan yang komikal, imajinasi yang liar hingga nostalgia yang semu. Semua elemen tersebut bisa jadi "penyiksaan" tersendiri bagi para penonton kebanyakan. Humor yang seharusnya menjadi penyeimbang pun terasa hambar dan sinis. Terlepas dari semua kebingungan itu, keempat aktor-aktris utamanya Moore, Posey, Torn, Barkin berakting sangat baik dengan penerjemahan karakterisasi yang kaya untuk membuat film ini bernyawa. Selebihnya Happy Tears hanya akan mendapat sangat sedikit perhatian dari segelintir audiens yang mencoba bertahan menonton sampai durasinya berakhir.
Durasi:
95 menit
U.S. Box Office:
$22,377 till March 2010 (limited screening).
Overall:
6 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar