XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label mario irwiensyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mario irwiensyah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 Januari 2013

SANG PIALANG : Drama Potensial Minus Ketajaman Konflik


Quotes:
Masalah saham itu hanya dua hal, insting atau timing. Itu aja.

Nice-to-know: 

Film yang diproduksi oleh Garuda Sinema Nusantara dan MP Entertainment ini gala premierenya diadakan di Epicentrum XXI pada tanggal 15 Desember 2012 yang lalu.

Cast: 
Abimana Aryasatya sebagai Mahesa
Christian Sugiono sebagai Kevin
Kamidia Radisti sebagai Analea
Pierre Gruno sebagai Rendra
Slamet Rahardjo sebagai Hadi
Alblen Filindo sebagai Gilang
Mario Irwinsyah sebagai Irfan


Director: 
Merupakan debut penyutradaraan Asad Amar yang sebelumnya lebih dikenal sebagai line producer.

W For Words: 
Bagaimana kehidupan para broker saham di Indonesia? Tidak banyak yang tahu jika anda tidak pernah menggeluti dunia investasi yang satu ini. Saya sendiri pernah menjalani hidup sebagai broker indeks meski hanya dalam hitungan hari saja. Well, it’s supposedly a secret, but for my loyal readers, i’ll let you know a bit. Jika Hollywood pernah menggarap Wall Street (1987) atau yang lebih baru Margin Call (2011) maka kita boleh berbangga jika pada akhirnya ada yang berinisiatif serupa. Hasil akhirnya bisa jadi tidak terlalu penting karena penilaian diserahkan pada masing-masing penonton.

Barata Sekuritas memiliki dua unit manajer handal yaitu Mahesa yang ‘lurus’ mengikuti aturan main dan Kevin yang spekulatif mendobrak pakem. Diam-diam Kevin memendam rasa iri pada Mahesa yang selalu dipuji ayahnya Rendra selaku pimpinan dan diberi perhatian istimewa Analea yang juga disukainya. Ambisi Kevin untuk memecundangi Mahesa dilakukan lewat cara-cara kotor termasuk menikung seorang bos gede bernama Gustom. Sementara itu Mahesa yang berhasil meyakinkan ayahnya Hadi untuk menanamkan sejumlah uang mulai kehilangan apa yang selama ini ia yakini.

Skrip yang ditulis oleh Titien Wattimena dan Anggoro Saronto ini tidak melulu berbicara mengenai saham. Ia hanya menjelaskan poin-poin dasar yang perlu diketahui khalayak umum. Selebihnya adalah presentasi gaya hedon ‘lima serangkai’ yang sibuk pesta pora, shopping, jajan, makan di tempat mahal dsb hingga nyaris menghabiskan satu jam durasinya. Mungkin sebagian besar penonton akan ‘iri’ pada mereka dan berharap menjadi salah satu di antaranya. Namun apakah semua itu sudah cukup untuk membangun simpati terhadap semua tokoh inti disini?

Menarik melihat Abimana dan Christian ditempatkan berseberangan walau keduanya tidak sampai menjadi protagonis dan antagonis. Setidaknya kita dibuat percaya akan karakteristik dasar dua pialang saham berbeda karakter. Mario dan Alblen tak lebih dari supporting role saja dalam susah maupun senang. Ingin sekali menyukai Kamidia yang tampil begitu cantik tapi kesan materialistisnya tak mampu disembunyikan. Slamet Rahardjo dan keluarga memang mengisyaratkan muslim sejati sekaligus memperkuat asumsi bahwa Mahesa adalah tokoh ‘putih’ di dunia yang serba abu-abu.

Upaya sutradara Asad menyajikan sebuah presentasi naratif yang cool dan stylish pantas diacungi jempol. Pilihan lokasi yang memanjakan mata dan serba wah kerap menyiratkan bahwa hidup itu teramat indah jika anda memiliki cukup uang. Editingnya cukup rapi terlebih dukungan soundtrack dari beberapa musisi baru turut membantu hidupkan suasana. Beragam karakter yang ditampilkan silih berganti mendapat porsinya masing-masing meski tidak semuanya berkontribusi secara kuat terhadap kelangsungan cerita. 

Sang Pialang adalah sebuah gebrakan yang cukup menjanjikan dalam memperkaya keragaman film nasional, ibarat Wall Street versi Indonesia menurut sebagian besar media yang mengulasnya. Sayangnya potensi yang ada justru tercoreng oleh gugatan berbagai konflik yang tidak pernah benar-benar menyentuh permukaan, sebut saja Kevin yang tak sampai menjalani masa hukumannya. Durasinya yang sedikit terlampau lama juga mengganggu karena penonton dibiarkan duduk berlarut-larut hanya untuk menanti ending yang let’s say friendly? Layak tonton jika anda penasaran dengan kehidupan para pelaku analisa keuangan ini. Siapa tau anda terinspirasi!

Durasi: 
117 menit

Overall: 
7.5 out of 10

Movie-meter:

Jumat, 09 April 2010

BEBEK BELUR : Reuni Dagelan Aktor-Aktris Lawas

Storyline:
Pejabat kaya raya bernama Toro dalam perjalanan dinas bersama asistennya secara tidak sengaja bertemu Rini, kembang desa Cibulu. Toro jatuh cinta pada pandangan pertama dan mengaku namanya Sugi walau sudah beristri Rima yang sangat perhatian padanya. Rini pun sesungguhnya telah menjalin kasih dengan sahabat masa kecilnya, Dadang. Namun semua itu tidak berarti karena Ibunya yang matre lantas saja menyetujui lamaran Toro walau ayah Rini tidak setuju. Pernikahan besar-besaran antara Sugi dan Rini pun direncanakan di desa Cibebek bersamaan dengan pagelaran musik Pak Sam. Akankah acara tersebut dapat digagalkan dan Dadang dapat kembali bersatu dengan Rini?

Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh Squarebox ini press conference dan gala premierenya dilakukan di Djakarta Theatre.

Cast:
Nyaris semua aktor-aktris senior yang mendukung film ini menggunakan nama asli untuk karakternya.
Didi Petet
Deddy Mizwar
Slamet Rahardjo
Torro Margens
Gigi Band
Joshua Pandelaki
Ully Artha
Rima Melati
Ida Kusumah
Jajang C. Noer
Nungki Kusumastuti
Bajaj Grup
Valentino
Thessa Kaunang
Sam Bimbo
Sigit Hardadi
Nana S. Patah

Director:
Terakhir membesut Hantu (2007), Adrianto Sinaga kembali menggarap film layar lebar bertemakan drama komedi ini.

Comment:
Senioritas aktor-aktris lawas yang bermain di film ini sangatlah membantu proses narasi cerita yang apik. Sutradara mengaku tidak perlu repot mengarahkan mereka lagi. Semua tampil dengan gaya khasnya masing-masing. Yang sulit mungkin membagi porsi rata antar karakternya yang sedemikian banyak. Bahkan nama sebesar Didi Petet ataupun Deddy Mizwar hanya tampil sebentar pada awal atau akhir film. Beruntungnya Ully, Torro, Joshua, Rima mendapat porsi yang lebih. Lebih beruntung lagi generasi muda yang diwakili oleh Mario Irwiensyah dan Rini Yulianti untuk dapat berpartisipasi, keduanya bermain cukup natural sebagai pemuda-pemudi desa yang sederhana. Plotnya sebetulnya simpel saja dan berkali-kali pernah diangkat film sejenis layar lebar atau televisi terutama di tahun 1980an sampai 1990an, tetapi twist yang menarik dengan gaya tersendiri pada ending cukup membuatnya berbeda. Semua humor yang disuguhkan Bebek Belur sangat menonjol, terima kasih pada semangat kesahajaan yang dipersembahkan dengan porsi yang pas sehingga setiap adegan kecilpun terasa bermakna. Meski terbagi dalam beberapa bangunan cerita yang saling terkait, film ini tetap berjalan pada relnya dan bersinergi pada satu kesatuan utuh. Ohya, band GIGI juga ambil bagian dalam pengalaman pertama mereka bermain film dengan mengubah namanya. Apakah itu? Jika ada kesempatan, tidak ada salahnya menyaksikan kisruh Desa Cibulu dan Cibebek yang akan mengocok perut anda!

Durasi:
105 menit

Overall:
8 out of 10

Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa

Senin, 04 Mei 2009

DARAH JANDA KOLONG WEWE : Gado Gado Genre Tidak Jelas

Cerita:
Dua sahabat bodoh tidak tahu diri yang bermodal kurang menarik, Gono yang tonggos dan Coki yang keriting bermimpi mempersunting gadis-gadis secantik dan seseksi pujaan mereka Trio Macan. Beruntung mereka mendapat kesempatan menonton langsung penampilan Trio Macan tapi dasar tidak sadar diri, Gono malah naik ke panggung yang membuatnya dihina Trio Macan. Merasa terhina, Gono dan Coki mendatangi Ki Riman Banyu untuk mendapat jimat pengasihan. Rupanya usaha mereka berhasil karena Gono berubah menjadi tampan dan menarik perhatian Trio Macan. Persyaratannya mudah yaitu jangan berdiam di bawah jemuran pakaian dalam atau akan menerima akibat terburuk seumur hidupnya yakni dihantui kolong wewe.

Gambar:
Sangat seadanya dan tidak konsisten.

Act:
No comment!
Mario Irwiensyah sebagai Gono
Shiddiq Kamidi sebagai Coki
Yurike Prastica sebagai Oma Susi
Trio Macan sebagai mereka sendiri

Sutradara:
Mamahit Luigi Donie yang notabene asing dalam kancah perfilman nasional sehingga karyanya ini entah mendapat inspirasi dari antah berantah mana.

Komentar:
Meski baru menapaki bulan kelima 2009, Darah Janda Kolong Wewe diyakini akan tercatat sebagai film lokal terburuk tahun ini! Mengapa begitu? Sebab skrip yang hampir tidak ada, improvisasi aktor-aktris yang buruk dan pemaksaan cerita yang tercerai-berai sehingga menjadikan film ini tidak jelas mau dibawa ke komedi, horor atau bahkan semi porno?! Judulnya saja sangat tidak relevan dengan isi film secara keseluruhan. Hm, tidaklah heran karena di balik itu semua, film-film keluaran K2K Productions yang dinaungi KK Dheeraj ini memang miskin kualitas, seakan tidak cukup dengan kehancuran Genderuwo (2006).

Durasi:
75 menit

Overall:
6 out of 10, not just poor, but very very poor

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Kamis, 19 Februari 2009

JAGAD X CODE : Potret Kesenjangan Teknologi Trio Pemuda Yogyakarta

Cerita:
Tiga sahabat sejak kecil yang berdomisili di kampung Kali Code bernasib sama sebagai pengangguran yaitu Jagad, Bayu dan Gareng. Impian Jagad sederhana yakni membelikan ibunya mesin cuci, Bayu lain lagi ingin memiliki kios buku majalah, sedangkan Gareng bercita-cita membuka salon untuk adiknya yang sama gemuk, Menik. Sukar mencari kesempatan bekerja, suatu hari mereka bertemu Semsar, tokoh preman yang cukup disegani. Semsar memberi ketiga sohib pin-pin-bo itu tugas mencari flashdisk dengan imbalan uang 30 juta. Masalahnya tak seorangpun tahu apa yang sesungguhnya dicari-cari tersebut? Bagaimana akhir dari misi mustahil mereka itu?

Gambar:
Kehidupan masyarakat Kali Code Yogyakarta yang apik tertangkap dengan baik berikut aktivitasnya sehari-hari.

Act:
Ringgo Agus Rahman tampil pas sebagai Jagad yang walau kelihatan tidak bertanggung jawab tapi mampu mengambil keputusan yang tepat.
Mario Irwiensyah sebagai Bayu yang gemar mengorek telinganya dengan kelingking. Debut pertama Mario di layar lebar sebagai sidekick.
Opi Bachtiar bermain kocak dengan polah tingkah dan celetukannya sebagai si gendut Gareng yang baik hati.
Tika Putri sebagai gadis klepto yang bermasalah dengan ayahnya.
Aktor kawakan Tio Pakusadewo sebagai Semsar yang culas.
Didukung pula oleh Ray Sahetapy dan Ully Artha sebagai orang tua dua tokoh utama.

Sutradara:
Herwin Novianto bisa dikatakan berhasil membuat komedi situasi yang sederhana dalam menghibur penonton. Pemilihan cast cenderung mendukung daya tarik film ini ditambah dengan setting salah satu daerah ternama di Pulau Jawa tersebut.

Komentar:
Potret konkrit kesenjangan teknologi dan informasi yang bisa saja terjadi di daerah luar ibukota merupakan ide yang segar. Cerita yang mengalir ringan sebetulnya cukup menarik untuk dinikmati walau agak terasa "bolong-bolong" dalam arti membosankan di beberapa scene. Alur cerita mungkin bisa ditebak penonton dengan mudah tapi secara keseluruhan, elemen-elemen sebuah film drama komedi yang berisi pesan moral dapat disuguhkan secara tepat tanpa perlu bumbu-bumbu yang berlebihan.

Durasi:
95 menit

Overall:
7 out of 10

Penilaian:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!