XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Sabtu, 11 Agustus 2012

SEVEN SOMETHING : Another Beautiful Love Stories In Real Life


Quotes:
“Pelari hanya fokus pada apa yang ada 7 kaki di depannya dan terus berlari.”

14Pawin “Golf” Phurijitpanya (43 menit)
Dua remaja 14 tahun menjalin kasih.  Puan memiliki keterampilan menggunakan kamera dimana Milk selalu menjadi obyeknya di setiap kesempatan. Awalnya mereka sepakat semua video yang direkam hanya demi kepentingan pribadi. Namun Puan melanggar janji dengan mengunggahnya ke Youtube dan Facebook sehingga menimbulkan reaksi dari publik. Mudah diduga, Milk marah besar dan mengancam untuk putus.

21/28Adisorn “Ping” Treekasem (45 menit)
Meraih kesuksesan di usia 21 tahun setelah membintangi film romantis Sea You, pasangan Jon dan Mam justru menemui banyak hambatan sehingga memutuskan berpisah. 7 tahun kemudian, Mam yang ketenarannya mulai meredup kembali mendatangi Jon yang sudah menyepi dengan bekerja sebagai penyelam di Siam Sea World untuk kembali ke dunia akting lewat sekuel Sea You Again. Jon menolak karena tidak menyukai dunia yang pernah digelutinya itu tapi tidak tega menyakiti perasaan Mam.

42.195 - Jira “Keng” Malikul (57 menit)
Wanita pembaca berita televisi tengah berupaya bangkit dari kesedihan setelah suaminya tewas dalam kecelakaan pesawat. Saat berikrar untuk tidak menikah lagi, ia malah bertemu seorang pria muda misterius yang mendorongnya untuk berpartisipasi dalam perlombaan lari marathon demi perubahan hidup yang positif.
Nice-to-know:
Film yang berjudul asli Rak Jet Pee Dee Jet Hon yang berarti 7 years of love 7 year of good ini rilis di Thailand pada tanggal 26 Juli 2012.

Cast:
Cris Horwang sebagai Mam
Jirayu La-ongmanee sebagai Puan
Nichkhun Horvejkul sebagai pria muda
Sunny Suwanmethanont sebagai Jon
Suquan Bulakul sebagai wanita pembaca berita
Suthatta Udomsilp sebagai Milk

W For Words:
Harus diakui saya sangat salut (sekaligus iri) dengan konsistensi GTH yang merupakan gabungan GMM Pictures, Tai Entertainment dan Hub Ho Hin dalam memproduksi film-film Thailand berkualitas dengan berbagai genre tanpa harus kehilangan kreatifitas. Entah kapan Indonesia mampu mengikuti jejak serupa, setidaknya memiliki satu rumah produksi yang memiliki visi dan misi serupa. Kini 7 tahun sejak GTH resmi dibentuk, mereka meluncurkan omnibus terbarunya yang mengusung semangat romantisme. Bukankah cikal bakal genre ini sudah terlihat lewat produksi pertama, Fan Chan (2003) yang sudah menjadi cult tersebut.

“14” jelas ditujukan bagi segmentasi remaja menilik usia belia dua tokoh utamanya. Phurijitpanya dengan cerdas mengambil kondisi relevan yang terjadi di belahan dunia manapun dimana kebiasaan mengupload aktifitas pribadi ke internet melalui sosial media kerapkali berlebihan. Anda bisa menjadi pelaku atau korban sekaligus dimana privasi lah yang dipertaruhkan. Namun kebodohan yang dilakukan La-ongmanee jelas untuk ditertawakan meski tidak sampai menyebalkan. He’s just a kid anyway. Satu yang pasti, exposure terhadap Udomsilp amatlah memanjakan mata. Who’s not agree?
 
“21/28” mengajak anda back and forth mengenal sosok Jon dan Mam. Treekasem memberikan kunci untuk mengetahui perbedaan masa ada pada warna rambut Mam dan bentuk tubuh Jon. Kolaborasi cinta dan benci yang sering melandasi suatu hubungan asmara. Mungkinkah kesempatan kedua itu ada walau segala sesuatunya tak lagi memungkinkan? Lihat bagaimana memikatnya Cris dan Sunny berakting “ganda” sebagai pasangan, dalam film dan kehidupan nyata sekaligus yang pada akhirnya akan mencengangkan penonton karena realita yang tersimpan di baliknya.

“42.195” mengajarkan anda bangkit dari keterpurukan yang tiada berujung. Memang bukan suatu usaha yang mudah tetapi harus dimulai dengan kata “mencoba”. Yang menarik adalah Malikul menggunakan sudut pandang orang ketiga dalam bercerita. Lari marathon itu sendiri seakan menjadi sebuah metafora yang kuat mendeduksi seseorang untuk maju atau mundur. Nickhun yang telaten mengingatkan tujuan langkah ke depan, Bulakul yang dilematis dalam memilih setia dengan janji atau melanjutkan hidup. Perbedaan usia yang terpaut jauh di antara mereka tak menyurutkan jalinan chemistry unik nan menarik. I guess 42 is the new 24. Stay forever young in our hearts is a must!
 
Jika harus menyebutkan most to least favorit saya maka didapatlah angka 2-1-3. Sedikit kelemahan yang kentara adalah durasinya yang kelewat panjang sehingga agak membosankan bagi penonton praktis. Namun para filmmaker Thailand ini seperti biasa memilih bekerja dengan detail, meminimalisir transfer emosi yang terkesan terburu-buru demi mendapatkan keterikatan rasa yang kuat dengan penonton. Penata suara dan musik juga menjalankan tugasnya dengan baik dalam menjaga mood film tanpa dramatisir yang berlebihan.

Menikmati Seven Something memang memerlukan hati dan kesabaran karena sesungguhnya tak sulit memprediksi kemana arah berjalan di tiap segmennya. Tak ada kejutan atau benang merah yang signifikan dari tiga cerita yang disampaikan. Jangan lupa untuk mencermati layar bioskop karena anda akan menemukan wajah-wajah familiar dari film-film produksi GTH selama 7 tahun terakhir tampil sebagai cameo disini. Pay one for three and you might get something beautiful because these are lovely love stories that real!

Durasi:
145 menit

Overall:
8 out of 10

Movie-meter:

Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

1 komentar:

Eldwin Muhammad mengatakan...

Nonton pas meet & greet kemarin juga ya? Sempet foto2 sama artisnya juga gak? Hehehe :D