Cerita:
Lahir dari ibunya yang kulit putih dan ayahnya yang kulit hitam membuat Barry Obama memiliki latar belakang yang bervariasi. Pada usia 9 tahun, ia ikut ayah ibu angkatnya pindah ke Jakarta dan tinggal di Menteng. Barry kemudian bersahabat dengan anak sopir ayahnya, Slamet dan Yuniardi yang juga kakak beradik. Belum lagi ada pembantunya yang gemulai nan setia, Turdi yang selalu siap sedia menemani dan mengantarnya. Meskipun awalnya kesulitan beradaptasi, Barry menebusnya dengan kedisiplinan dalam mempelajari semua ilmu yang disodorkan padanya. Di sekolah, Barry juga bertemu dengan gadis cilik idamannya, Rebecca dan juga geng sok jago yang dipimpin Carut. Lantas apa yang dipelajari Barry disini yang mungkin saja menentukan pandangan masa depannya?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh MVP Pictures dan gala premierenya dilangsungkan secara megah di fX pada tanggal 30 Juni 2010.
Cast:
Hasan Faruq Ali sebagai Barry
Cara Lachelle sebagai Rebecca
Yehuda Rumbindi sebagai Carut
Teuku Zacky sebagai Turdi
Director:
Kembalinya John de Rantau yang terakhir menggarap Denias : Senandung Di Atas Awan (2006) dan kali ini bekerjasama dengan Damien Dematra selaku penulis novelnya.
Comment:
Harus diakui ini merupakan salah satu proyek ambisius MVP Pictures yang berusaha sekuat tenaga mengumpulkan fakta-fakta minimalis dari masa kecil orang nomor satu Amerika Serikat tersebut yang sempat dihabiskan di Indonesia itu. Melalui berbagai riset, jadilah film ini yang rasanya masih sulit dikatakan semi-autobiografi, saya lebih suka menyebutkan terinspirasi dari kisah nyata. Mengambil lokasi syuting dari Cimahi hingga Kota Tua, suasana tahun 70an coba dihadirkan lewat pernak-pernik jaman dahulu dan penggunaan ejaan-ejaan lama. Dari segi cerita, berbagai potongan mozaik coba dirangkai mulai dari permainan pingpong dan catur, pembelajaran dini hari, perkelahian, persahabatan sejati dan berujung pada perpisahan yang pada akhirnya membawa kenangan tersendiri. Cukup? Masih kurang inspiratif menurut saya. Hasan membawakan karakter Barry kecil dengan datar walaupun tidak bisa disebut buruk. Interaksinya dengan tokoh-tokoh di sekitarnya masih kurang maksimal apalagi dengan pemeran ayahnya yang terasa miscasting. Sutradara de Rantau yang sempat berselisih dengan Dematra paska produksi film ini tidak mampu mengulangi keluguan dan kenaturalan Denias dalam film ini. Apalagi dialog-dialognya masih kurang tajam, kalau tidak mau dibilang agak mengganggu di nyaris sebagian besar scene yang diusungnya. Alhasil Obama Anak Menteng secara keseluruhan tidaklah memukau, hanya keseriusan penggarapannya saja yang patut diapresiasi.
Durasi:
105 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar