Tagline:
Some friendships last a lifetime. Some last longer.
Storyline:
Liburan kelulusan seringkali dimanfaatkan anak-anak SMU untuk bersenang-senang. Tanpa kecuali ketua klub Sandy Channing dan adiknya Eli. Sayangnya satu-persatu sahabatnya mulai dari Jake, Hannah, Lex, Chad, TJ dkk menghilang secara misterius. Sandy pun mulai ingat akan permainan maut di atas kuburan yang pernah dimainkannya di masa lalu bersama Angela, sahabat karibnya sedari kecil. Berhasilkah Sandy berpacu dengan waktu memecahkan rahasia gelap yang tersimpan dahulu sekaligus mengatasi arwah-arwah pendendam sebelum kewarasannya dipertanyakan?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Capstone Entertainment Group dan Vindicated Pictures dimana sempat diputar dalam Screamfest LA International Horror Film Festival tahun 2009.
Cast:
Di awal-awal karirnya sempat mengisi suara dalam Babe (1998) dan Toy Story 2 (1999), Carly Schroeder bermain sebagai Sandy
Cody Linley sebagai Eli
Micah Alberti sebagai Jake
Brie Gabrielle sebagai Hannah
Jillian Murray sebagai Lex
Zachary Abel sebagai Chad
Director:
Merupakan film kedua Tyler Oliver setelah documenter Kenny Ray Fairley Release (2009) dimana dirinya menjadi asisten sutradara.
Comment:
Sebuah fakta tidak bisa terbantahkan bahwa film horor selalu menarik minat saya dan para pecinta genre ini dimanapun mereka berada. Oleh karena itu film yang posternya cukup eye-catchy meski tidak bisa dibilang baru ini rasanya sudah cukup membuat calon penonton mengira-ngira jalinan kisah apa yang ingin disuguhkan.
Premisnya memang terdengar seperti gabungan berbagai film horor sekaligus. Sekumpulan muda-mudi yang terjebak dalam permainan maut yang tidak seharusnya mereka lakukan. Lantas terorpun merambat dimana satu-persatu dari mereka mulai tewas. Kemudian yang terakhir bertahan pun harus memecahkan teka-teki yang sesungguhnya agar terhindar dari maut. Plus momok mengerikan yang sebetulnya lebih mirip zombie dibanding hantu. Silakan anda asumsikan sendiri.
Sebuah ide yang sebetulnya cukup brilian menjadi tidak berguna jika dieksekusi secara tidak maksimal. Kesalahan sutradara Oliver adalah editingnya yang teramat buruk sehingga sekuens adegan yang seharusnya ditampilkan secara smooth dan teratur menjadi sedikit membingungkan. Belum lagi pengarahan yang diberikan terhadap aktor-aktris kelas dua semakin mempertegas kekurangannya itu sehingga para tokohnya seperti bermain sendiri-sendiri.
Skrip yang ditulis oleh Tyler juga beserta Jamieson Stern ini seperti memadukan unsur horor tipikal Hollywood dan Asia pada umumnya. Permainan waktu dari masa ke masa ditambah dengan twist yang diselipkan di akhir cerita setidaknya menyiratkan hal itu. Terlebih make-up ala zombie Amerika dipadankan dengan pergerakan “patah-patah” ala hantu Asia lengkap dengan sound effect nya. Kombinasi yang terkadang lebih memancing senyum dibandingkan rasa takut.
Tidak satupun karakter dalam film ini mampu membangun simpati anda. Bukan Sandy yang freak-out, tidak juga Eli yang innocent itu. Selebihnya adalah kumpulan lelaki playboy dan wanita bitch yang mungkin kemolekan rupa dan tubuhnya bisa menyegarkan mata anda, apalagi jika adegan seksnya diantara mereka tidak digunting sensor. Persahabatan Sandy-Angela seharusnya menjadi highlight tersendiri untuk memperkuat message yang ingin disampaikan tapi sayangnya hal tersebut tidak terjadi.
Forget Me Not patut dipuji usahanya menghadirkan sebuah horor yang tidak sebiasa dan sebasi yang saya pikir sebelumnya walaupun pada akhirnya tertutupi oleh minus-minus yang sudah saya sebutkan di atas. Sebuah film yang layak masuk dalam koleksi direct-to-video karena penggarapan yang demikian amatir. Elemen psikologis yang berusaha disematkan dalam setiap subplotnya sedikit menyelamatkan film ini dari rating buruk yang bisa juga berarti “Yes, Forget This!”
Durasi:
95 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar