Storyline:
Dirasa kedua orangtuanya tidak akan menyukai kekasihnya Amara yang wanita karir sukses, Arya nekad mengadakan kontes mencari pacar sewaan. Hal tersebut terdengar oleh Fani, eks pencuci mobil yang sedang membutuhkan uang untuk pengobatan ibunya yang sakit di kampung. Ditemani sahabatnya yang gay, Hans diluar dugaan Fani terpilih. Setelah menyepakati perjanjian, Arya dan Fani pun pulang ke Magelang untuk bertemu Pak dan Bu Koesno sekaligus merayakan hari peringatan pernikahan mereka yang ke-30. Berbagai kejadian tak terduga membuat Arya mulai mengenal Fani lebih jauh lagi sekaligus menimbulkan kemelut cinta segitiga dengan Amara yang posesif itu. Siapa yang akhirnya dipilih Arya?
Nice to know:
Diproduksi oleh Kanta Indah Film dengan produser Budi Mulyono dan Koko Soenaryo.
Cast:
Masih mempertontonkan kejenjangan kaki dan semampai tubuhnya selayaknya dalam Taring baru-baru ini, Fahrani berperan sebagai Fani yang benci laki-laki hidung belang.
Masih serupa penampilan "rapi"nya seperti dalam The God Babe, Dwi Sasono bermain sebagai Arya yang lugu dan tidak sensitif.
Julia Perez sebagai Amara
Jessica Iskandar sebagai Dini
703 Richard sebagai Hans
Tarzan Srimulat sebagai Pak Koesno
Bari Bintang sebagai Dewa
Director:
Kerjasama kedua sutradara Arie Aziz dengan Fahrani setelah Perjaka Terakhir (2009).
Comment:
Jika anda pernah menyaksikan trailer film ini, maka itulah yang anda dapatkan. Ya! Semua adegan "penting" tersebut bahkan nyaris dihabiskan di lima belas menit pertama. Prolog dibuka dengan adegan di ranjang (bukan adegan ranjang) Arya dan Amara saat ibunya tiba-tiba menelepon dan meminta putra semata wayangnya itu hadir dalam hari ulang tahun pernikahannya. Tanpa dijelaskan panjang lebar Arya langsung mencap Amara bukan "tipe" orangtuanya dan sepakat menggelar kontes tolol itu. Dan kebetulan lain tanpa alasan kuat, Fani terpilih yang lagi-lagi didampingi sahabat karib yang "setengah" itu. Tidak meyakinkan untuk diteruskan? Sayapun merasa begitu. Namun saya tetap berharap akan ada sesuatu di pertengahan yang setidaknya tetap membuat saya terjaga, terlebih tone warna kulit yang digunakan sangat menina-bobokan mata.
Semakin dalam alur bergulir, saya malah merasa ketiga tokoh utamanya berakting sendiri-sendiri terutama Fahrani yang dominan sekali dengan bahasa tubuhnya. Dwi dan Jupe berganti-gantian dengan scene masing-masing yang sebetulnya tidak terlalu penting termasuk adegan syur Jupe dan Gaston yang bisa jadi salah satu scene yang paling layak ditunggu disini. Belum lagi Jessica dan Joe juga mendapat porsi yang seharusnya menyegarkan tetapi malah menganggu dengan repetisi yang itu-itu saja. Seharusnya interaksi Dwi dan Jupe ataupun Dwi dan Fahrani bisa lebih diasah untuk membangun konflik dengan lebih meyakinkan. Sayangnya hanya di menit-menit terakhir, adegan berduaannya Dwi dan Fahrani dengan background pemandangan kota Magelang yang rupanya cukup indah itu ditampilkan. Ah itupun rasanya belum cukup untuk menguatkan alasan mereka jatuh hati satu sama lain.
Sutradara Arie hanya berusaha menghibur tetapi tidak akan membuat audiens terkesan dengan plot yang sudah berjuta-juta kali ditawarkan tanpa kreatifitas yang memadai. Alhasil Istri Bo'ongan cenderung flat di sepanjang durasinya apalagi ditutup dengan klimaks yang tidak bernyawa seperti itu.
Durasi:
90 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
2 komentar:
Wah, Fahrani main film jelek lagi. padahal debutnya bagus di Kala dan menang Citra di Radit dan Jani. Dan film ini sama dengan film-film tipikal yang pamer tubuh. Saya ndak mau menontonnya. Mungkin teman saya yang lagi kepingin lihat yang bohay-bohay.
Kunjungi situs saya ya, wanasedaju.blogspot.com
tq
Good decision. Skip it! :)
Posting Komentar