Cerita:
Gadis pengajar anak-anak kurang beruntung, Maida telah berusaha selama 2 tahun di sebuah gedung tua terbengkalai sampai akhirnya menemui hambatan saat seorang arsitek, Sakera mendatanginya dan berniat membongkar gedung tersebut untuk menjadikannya perkantoran atas perintah bosnya, Dasaad. Maida menolak dengan alasan fasilitas itu adalah satu-satunya tempat bernaung bagi anak-anak yang kesehariannya hanya bisa mengamen, berjualan koran dll untuk bertahan hidup. Tidak diduga, hubungan Maida dan Sakera pun semakin dekat karena mereka sering bertukar pikiran sampai pada akhirnya mereka bertekad mencaritahu sejarah gedung tua yang pernah menjadi saksi masa lalu tersebut untuk membatalkan pembongkaran.
Gambar:
Beberapa flashback ditampilkan dalam adegan hitam putih sephia lengkap dengan kostumnya. Sedangkan setting masa kini yang berlokasi di Jakarta dan Semarang juga turut mendapat perhatian dari sisi artistik.
Act:
Atiqah Hasiholan yang baru saja dipuji dalam Jamila dan Sang Presiden kali ini berperan sebagai Maida, gadis keturunan campur yang idealis dan teguh hati.
Terakhir muncul dalam komedi kacau Merem Melek, Yama Carlos bermain sebagai Sakera, arsitek muda yang rendah hati dan berjiwa sosial.
Baru saja mendukung sekuel Get Married, Nino Fernandez disini kebagian peran Ishak Pahing, komposer Belanda yang pro kemerdekaan.
Turut didukung pula oleh Davina Veronica Hariadi, Imelda Soraya, Wulan Guritno, Frans Tumbuan, ayah-anak Henky & Verdy Solaiman.
Sutradara:
Pernah menggunakan frame serupa dalam Ruang (2005), Teddy Soeriaatmadja kali ini bekerjasama dengan novelis Ayu Utami untuk mengarahkan film berlatar belakang sejarah nasional yang dibiayai oleh Lamp Pictures dan Karuna Pictures.
Comment:
Acungan jempol patut dilayangkan pada penulis skenario sekaligus ide ceritanya yaitu Ayu Utami yang bisa dibilang sukses mengadopsi suatu perjalanan panjang sejarah yang pernah terjadi di masa lalu dari mulai Kebangkitan Nasional 1920 hingga Kemerdekaan R.I. 1945 hingga melibatkan beberapa tokoh nasional yang hidup di jamannya semisal Bung Karno, Bung Hatta, Laksamana Maeda, WR Supratman, Sutan Syahrir dsb. Semuanya itu mungkin tidak terlalu berarti andai Teddy Soeriaatmadja tidak mampu menerjemahkannya ke dalam bahasa gambar yang baik. Penyajian Ruma Maida ini cukup mengesankan karena ada batasan jelas antara masa lalu dan masa kini yang seimbang. Para pemainnya tampil memikat terutama Atiqah yang tampaknya semakin matang. Sebuah film tentang kisah cinta syahdu sekaligus tragis antara dua insan dengan latar pra dan pasca kemerdekaan Indonesia yang tentunya patut anda saksikan.
Durasi:
95 menit
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar