Cerita:
Instruktur salsa, Ramya sehari-hari akrab dengan wanita-wanita dan juga berpenampilan kemayu. Tidak heran ia kerapkali dipanggil banci. Sampai pada suatu ketika, nasib mempertemukannya dengan Sigi, calon penerus ketua debt collector yang beranak buahkan si kembar Bona dan Boni. Berseberangan dengan gank Sigi adalah gank Piratez yang dikepalai Gerry. Karena desakan ibunya untuk menikah, Sigi nekad mengambil Ramya sebagai pasangan hidupnya. Kesalah pahaman kerap terjadi di antara mereka. Sementara itu Gerry secara licik berusaha menghancurkan Sigi dengan caranya sendiri tentunya dengan bantuan orang yang tidak disangka-sangka.
Gambar:
Kostum Aming benar-benar eye catching disini, berbanding terbalik dengan Fahrani yang serba cool. Tak jarang interaksi mereka berdua berhasil menampilkan adegan slapstick pengundang tawa.
Act:
Penampilan Fahrani disini dengan tato di punggungnya dan penjiwaannya sebagai wanita pemimpin geng penagih hutang, Sigi patut diacungi jempol. Serupa dengan kinerjanya dalam Radit dan Jani.
Performa Aming sebagai pria kemayu, Ramya alias Mia tidak perlu diragukan lagi kekhasannya.
Kembali kebagian peran antagonis berturut-turut setelah Perempuan Berkalung Sorban dan Queen Bee, Reza Rahadian sebagai si licik Gerry, saingan Sigi.
Aktris senior, Nani Wijaya sebagai ibunda Sigi yang cerewet dan penuntut.
Bogie Samudra dan Bari Bintang sebagai si kembar anak buah Sigi yaitu Bona dan Boni.
Sutradara:
Wanita bernama Arie Aziz ini rata-rata filmnya sukses diterima di pasaran baik yang bergenre drama komedi ataupun horor. Kita lihat saja apakah kinerjanya yang kali ini banyak bermain dalam spesial efek bisa mengangkat perolehan rupiah film.
Comment:
Awalnya melihat premis Perjaka Terakhir, saya cukup tertarik dan berharap lebih terutama mengetahui Fahrani turut bermain disana. Namun setelah menit-menit awal film, saya langsung bisa mengatakan film ini "terinspirasi" dari film box-office Korea yang sudah dibuat dua sekuelnya yaitu My Wife Is A Gangster! Ya, istri yang dominan dan suami yang lemah menjadi jualan utamanya, tentunya disesuaikan dengan budaya Indonesia walau masih terasa terlalu dipaksakan. Kelucuan Aming memang "kena" tapi terkadang over-the-top di beberapa scene. Fahrani tampil mengesankan dengan gestur dan mimik yang meyakinkan. Keduanya boleh dibilang cukup baik dalam berbagi chemistry. Selebihnya? Plot cerita cenderung klise dan terasa dipermudah logikanya demi tujuan hiburan belaka. Namun rasanya semua usaha tersebut "cukup" untuk menghibur anda untuk sekadar melepaskan beban pikiran. Hanya saja jangan terlalu tinggi berharap terutama bagi anda yang pernah menonton film Korea yang saya sebutkan di atas.
Durasi:
90 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar