XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Selasa, 21 Februari 2012

SEANDAINYA : Cinta Instan Penyakit Kambuhan


Quotes:
Arkana: Cinta, malem ini kita ngedate kan? Kan gua anterin pulang.

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Rapi Films dimana press screeningnya diadakan di fX Platinum pada tanggal 20 Februari 2012.

Cast:
Dinda Hauw sebagai Cinta
Chris Laurent sebagai Arkana
R Suwandata sebagai Papa
Rendy Kjaernett sebagai Jay
Cut Meyriska

Director:
Merupakan film kedua Nayato Fio Nuala di tahun 2012.

W For Words:
Baru dua minggu lalu penonton disuguhi Bila dari Chiska Doppert, kini Nayato rupanya tidak mau kalah dengan anak didiknya dengan merilis drama menye-menye yang lagi-lagi mengisahkan penyakit. Jika Chiska menggunakan dua bintang muda gres maka Nayato lebih percaya pada dua idola remaja populer dalam wujud Chris Laurent dan Dinda Hauw. Skripnya sendiri ditulis oleh Anggoro Saronto yang baru saja menyelesaikan Malaikat Tanya Sayap yang juga rilis dua minggu lalu. Kebetulan sekali!
Dunia Cinta memang sunyi karena hanya hidup berdua saja dengan ayahnya yang bisu tuli. Semua mulai berubah saat Arkana masuk ke dalam hidupnya. Sayangnya Papa melarang hubungan tersebut karena Arkana dianggap anak berandalan yang bisa mengubah Cinta yang sebetulnya sakit keras. Halangan itu membuat Cinta dan Arkana sepakat untuk backstreet dan belajar arti cinta yang sesungguhnya dimana perasaan ketakutan akan kehilangan itu sangat sulit dihindari.

Bicara tentang chemistry harus diakui Chris Laurent dan Dinda Hauw masing-masing memiliki wajah yang menarik. Namun menyatukan keduanya sebagai pasangan? Nanti dulu. Dialog-dialog yang tercipta di antara keduanya termasuk menggelikan, tidak heran karena hubungan cinta mereka diciptakan begitu instan hanya dalam hitungan jam! Coba bayangkan berseminya asmara di perpustakaan sekolah yang herannya bisa terkunci di siang bolong? Perhitungan 1+1=11 bisa jadi dibenarkan di lembaga pendidikan semacam ini.
Nayato bahkan tega memangkas berbagai proses “penting” yang bermanfaat sebagai pembangun konflik. Selain percintaan Arkana dan Cinta, pergaulan keduanya dengan teman-teman sebaya yang notabene satu sekolahan itu patut dipertanyakan, belum lagi problematika rumah tangga ayah dan ibu Arkana yang seakan tidak berkorelasi pada pribadi remaja putra itu. Mungkin karena itulah Arkana menyukai musik sebagai pelarian, sampai memakai headphone “anti hujan” dan “anti keringat” di sepanjang waktunya. Tolong belikan dua set untuk saya!

Penjelasan bagaimana Cinta bisa menjadi anak Papa bahkan bisa dianalogikan seperti Po dalam Kungfu Panda. Hell yeah. Brilliant! Satu lagi, ternyata Papa Cinta bukan bisu-tuli seperti dalam sinopsisnya, ia hanya mengalami gangguan berbicara secara normal dan nyatanya masih bisa mendengar setiap tutur kata putrinya tanpa alat bantu sekalipun (apakah dengan membaca gerak bibir, tidak dijelaskan). Cinta juga tidak digambarkan sebagai anak berbakti yang tulus menyayangi ayah angkatnya itu. Kasihan!
Seandainya jelas gagal menghadirkan minat penonton untuk dapat benar-benar terhanyut dalam melodrama ini apalagi bersimpati pada kemalangan para karakternya yang jujur saja terasa disengaja. Jika bermaksud menikmati gambar-gambar indah, anda lebih baik menghadiri pameran fotografi yang banyak tersebar di seantero kota besar Indonesia. Ah seandainya saja Nayato mau menggali kreatifitas dalam dirinya lewat karya-karya yang positif, bukan menyamaratakan setiap skrip yang hinggap ke tangannya.

Durasi:
82 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter:

Tidak ada komentar: