XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Senin, 20 Juni 2011

ADA APA DENGAN POCONG : Misteri Pocong Teror Empat Pemuda

Quotes:
Boy: Loe pecahin aja tuh kaca biar rame. Kalo kurang rame, bakar!

Storyline:
Bermula pada Wawan yang mengalami teror oleh pocong di kostnya disusul oleh Hary, Boy dan Tedi yang mengalami hal sama. Tidak tahan, Hary dan Wawan menyambangi seorang dukun sakti yang memberikan mereka keris mini sebagai perlindungan. Tedi dan Hary pun mengalami kecelakaan misterius karena pocong yang semakin marah. Boy yang ketakutan membuka mulut pada Ririn dan Mirna akan kejadian sesungguhnya yang berkaitan dengan Lastri, gadis kutu buku yang ditaksir Hary tapi menaruh hati pada Wawan. Akankah mereka berempat selamat dari gempuran pocong yang menyimpan dendam itu?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Mitra Pictures dan Co Bic Production dimana gala premierenya dilangsungkan di Hollywood XXI pada tanggal 20 Juni 2011.

Cast:
Zaky Zimah sebagai Boy
Joanna Alexandra sebagai Ririn
Dallas Pratama sebagai Wawan
Raymond Knuliq sebagai Hary
Jerry Likumahwa sebagai Tedi
H Bolot sebagai Dukun
Mpok Atiek sebagai Suster

Director:
Chiska Doppert dua kali menggarap film sebelumnya yaitu Missing (2005) dan Gotcha (2006).

Comment:
Prolog film ini langsung dibuka tanpa tedeng aling. Sepertinya Chiska hanya melanjutkan apa yang sudah dilakukan Nayato sebelumnya. Oh wait! Dari dulu saya selalu curiga keduanya adalah orang yang sama. Mungkin Nayato lebih senang berkostum pocong sedangkan Chiska memilih kostum kuntilanak. Sayangnya pesta Halloween masih jauh di depan, bapak dan ibu.. Namun untuk menghargai, saya akan tetap memakai nama Chiska dalam penulisan review ini.
Seberapa keras usaha Ule Sulaeman untuk menghasilkan skrip yang kreatif sekalipun sepertinya akan sia-sia. Eksekusi Chiska tidak dapat diganggu-gugat atas dasar apapun juga. Tidak heran jika terlalu banyak elemen yang mengganggu disini mulai dari miscast, misplaced, misruled, mismatch dan lain-lain. (Buka Wikipedia untuk menambah sederetan kata “mis” lainnya). Dan jangan minta saya untuk menyebutkan contoh kasus-kasusnya karena akan menyinggung terlalu banyak pihak.
Entah apa fungsi para aktris disini selain pemanis layar belaka. Joanna yang hobi jump-in jump-out pada scene-scene tertentu. Mpok Atiek yang hanya kebagian satu scene di rumah sakit sebagai suster tua genit. Atau Monique yang ternyata memiliki kemampuan “membelah diri” sebagai pocong dan kuntilanak sekaligus terlepas dari siapapun pemerannya. Penonton diamini untuk percaya bahwa dialah di balik semua make-up dan kostum horor tersebut. OMG!
Bagaimana dengan para aktornya? Zaky kembali mengeksploitasi keiteman dan kekhasannya dalam berlogat dan melontarkan celetukan-celetukan jenaka. Di awal-awal mungkin cukup berhasil tapi lama-kelamaan semakin menjemukan. Dallas sebelumnya cukup berwatak dalam berakting kali ini tidak menjanjikan apa-apa. Raymond lagi-lagi bermodal body panzer dan congor bawelnya. Paling mengganggu dari semua adalah karakter Tedi dan Dukun dimana budeg dan bolot itu ternyata memang beda tipis. Once or twice is funny but more than that would be sick. Mohon jangan salahkan Jerry ataupun H Bolot karena mereka hanya dibayar!
Mari kita beralih pada kiprah sang pocong dan kuntilanak. Mana yang lebih efektif dalam tampil? Tentu saja pocong sebab doski dijadikan judul! Mau lihat pocong naik mobil, busway, taksi? Itu tidak penting sebab yang lebih menarik adalah apakah mereka melompat-lompat dalam melakukannya atau ada yang berbaik hati membukakan ikat kakinya? Silakan berasumsi. Kabar baikya adalah tidak ada perlakuan nista yang ditujukan pada mereka kali ini sehingga imej horor setidaknya tetap terjaga.
Ada Apa Dengan Pocong sebetulnya berpotensi menjadi parodi horor yang lebih menghibur lagi andai digarap dengan lebih serius. Opening yang cukup menggebrak dengan angle dan lighting yang tidak lazim itu seketika sirna setelah 15 menit berlalu. Yang tersisa hanyalah serpihan-serpihan gambar tanpa isi yang lambat laun tersapu oleh hembusan angin berbau kantuk dari mulut para penonton. Jemu sekaligus tersiksa oleh kebodohan menantikan tirai di bawah tulisan EXIT terbuka.

Durasi:

80 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter:

Tidak ada komentar: