XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Minggu, 26 Juni 2011

BLITZ : Meringkus Pembunuh Polisi Berantai

Tagline:
It’s killer-cop versus cop-killer!

Storyline:
Sersan Tom Brant seringkali “main hakim” sendiri di jalanan London. Meski demikian tidak ada yang berani menegurnya di kantor polisi. Hingga pada satu ketika, terjadi beberapa pembunuhan terhadap perwira polisi secara brutal. Tersangka utama adalah Barry Weiss yang seringkali keluar masuk penjara dan sikap abusifnya. Brant ditugaskan menangani kasus ini bersama atasan polisi yang baru, Porter Nash yang diolok-olok karena orientasi seksualnya yang berbeda. Kerjasama yang sepintas sulit dibayangkan itu pada akhirnya memang dibutuhkan untuk membekuk si pelaku keji tersebut.

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Blitz Films dan Lionsgate yang juga membantu distribusinya.

Cast:
10 film terakhirnya selalu rilis di bioskop Indonesia termasuk Gnomeo & Juliet di tahun ini, Jason Statham berperan sebagai Detective Sergeant Tom Brant
Paddy Considine sebagai Porter Nash
Pencapaian terbaiknya selama ini diraih lewat Treacle Jr. (2010), Aidan Gillen bermain sebagai Barry Weiss / The Blitz
Zawe Ashton sebagai WPC Elizabeth Falls
David Morrissey sebagai Harold Dunphy

Director:
Merupakan film kedua bagi Elliott Lester setelah Love Is The Drug (2006).

Comment:
Terus terang saya sudah mulai jenuh melihat aksi Statham sebagai frontrunner dalam sebuah film aksi ataupun thriller. Pasalnya improvisasi yang dilakukannya tidak banyak berbeda dari satu peran ke peran yang lain tanpa terkecuali sebagai Detektif Brant disini. Yang sedikit membedakannya adalah gaya polisi tahun 70-80an yang diperagakannya dengan cukup lugas. Tidak sedominan biasanya memang tapi aksinya masih tetap enjoyable.
IMO, Gillen sebagai villain justru paling mencuri perhatian kali ini. Pembunuh berdarah dingin bergaya eksentrik yang haus publisitas Barry Weiss berhasil memicu antipati penonton yang berharap adanya hukuman setimpal baginya di akhir cerita. Karakter Porter Nash sebetulnya cukup menarik sebagai polisi gay yang terlihat straight tapi sayangnya kiprah Considine tidak banyak mendapat ruang untuk mengekspos perannya.
Skrip yang dikembangkan oleh Nathan Parker berdasarkan novel berjudul sama karya Ken Bruen ini tidak menawarkan banyak hal baru. Plot ceritanya sudah banyak ditemukan dalam film-film sejenis, hanya saja identitas sang pelaku sudah diungkap sejak pertengahan film. Dengan demikian yang tersisa hanyalah bagaimana strategi sang protagonis untuk dapat menjebak sang antagonis demi menegakkan keadilan sekaligus kepuasan audiens.
Sutradara Lester memang terlihat tidak berusaha menyajikan film dalam format smart dark thriller yang membuat penontonnya berpikir dan berdebar-debar. Namun lebih pada thriller yang ringan, terang dan cenderung mudah diprediksi. Meski demikian nuansa British memang terasa kuat pada unsur sinematografinya. Coba saja anda simak adegan kejar-kejaran di sepanjang jalan raya London yang ramai dan klasik itu.
Sebagai sebuah tontonan, Blitz memang menghibur karena tidak terlalu berambisi layaknya film-film Hollywood. It is good, but not great. Cukup banyak plot holes yang tersisa disana-sini bahkan hingga credit title muncul tetap menyisakan berbagai pertanyaan yang tidak sempat terjawab (atau memang sengaja dibiarkan begitu). Belum lagi karakter-karakternya yang terasa semi-developing meski tetap bervariasi. Tidak ada salahnya menikmati saja interaksi polisi-penjahat yang cukup inovatif layaknya kucing tikus itu.

Durasi:
90 menit

U.K. Box Office:
£79,565 till June 2011 (limited showing)

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:

Tidak ada komentar: