XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Kamis, 30 Juni 2011

TRUE LOVE : Pelarian Rintangan Pernikahan Muda

Quotes:
Vania: Coba kamu sebutin satu aja kekurangan aku..

Storyline:
Memang tidak ada aturan baku untuk jatuh hati. Seorang mahasiswi cerdas yang asal usul keluarganya saru, Vania tidak mengira bisa jatuh hati pada Aris, seorang mahasiswa malas yang juga putra tunggal sebuah keluarga kaya-raya. Pertemuan dari warnet tersebut berakhir pada pernikahan yang tidak direstui tapi keduanya coba hidup bersama di tengah keterbatasan materi. Belum lagi sahabat sejak kecil Aris yaitu Guntur yang selalu mengikuti pasangan muda tersebut. Masalah mulai timbul karena keegoisan Aris tidak sejalan dengan kedewasaan Vania. Satu tragedi mengubah semuanya hingga Vania memilih meninggalkan Aris dalam kondisi mengandung. Tahun-tahun berlalu dan Aris mulai merindukan Vania dan anaknya. Berhasilkah keduanya bersatu kembali setelah berbagai hambatan yang ada?

Nice-to-know:
Diangkat dari novel berjudul Cinta Sepanjang Amazon karya Mira W. dimana gala premierenya diadakan di Hollywood XXI pada tanggal 30 Juni 2011.

Cast:
Fanny Fabriana sebagai Vania
Mario Lawalata sebagai Aris
Edo Borne sebagai Guntur
Happy Salma sebagai Gita
Alex Komang sebagai Rudy

Director:
Dedi Setiadi merupakan tokoh di balik kesuksesan tv play TVRI di tahun 80an seperti Jendela Rumah Kita dan Siti Nurbaya.

Comment:
Tentunya anda semua sudah mengenal nama Mira W. yang mulai dikenal aktif menulis sejak tahun 1975. Di tangannya telah lahir sejumlah novel percintaan seperti Galau Remaja di SMA, Merpati Tak Pernah Ingkar Janji, Cinta Menyapa Dalam Badai dan sebagainya. Kini karyanya Cinta Sepanjang Amazon diangkat ke dalam format layar lebar dimana skripnya dikerjakan bersama oleh Viva Westi dan Dedi Setiadi.
Film ini bukan merupakan drama biasa yang dapat dinikmati berbagai kalangan dan remaja pada umumnya. Namun lebih merupakan romansa dewasa yang mengambil rentang waktu teramat panjang yang disajikan dalam berbagai chapter perjalanan hidup. Kisah mengenai dua sejoli dengan idealisme berbeda menjalani cinta yang mereka yakini dari usia belia hingga dewasa dengan segala rintangan yang menghadang.
Kemahiran Dedi yang sudah sarat pengalaman itu tidak perlu diragukan lagi. Frame per frame yang dihasilkannya mengingatkan kita pada film tahun 80an yang beralur lambat dengan sinematografi yang konstan. Eksekusinya terbilang detail dengan memanfaatkan setting Raja Ampat yang indah alami dan Stockholm yang klasik itu. Sayangnya penempatan soundtrack dan ilustrasi musik terasa tidak pada tempatnya sehingga kerap mengganggu kenyamanan menonton.
Akting Fanny wajib mendapatkan perhatian besar disini. Peran Vania yang cerdas, mandiri dan dewasa mampu dilakoninya dengan mantap termasuk beberapa crying scenes yang emosional itu. Penonton akan diajak bersimpati padanya di sepanjang durasi film, mempertanyakan keputusan-keputusan dewasanya yang tidak perlu penjelasan tapi dapat dipahami terutama oleh kaum wanita. Hanya saja, proses transisi gadis muda bermasa depan cerah ke wanita yang berfokus pada keluarga terasa kurang maksimal.
Mario hanya bermain “OK” saja, tidak luar biasa. Peran Aris yang egois, kekanak-kanakan dan tidak berpikir panjang memang terasa pas di tangannya. Begitu pula kehadiran “setengah film” Edo Borne dalam karakter sahabat karibnya Guntur yang sebetulnya patut dipertanyakan motifnya itu. Happy Salma dan Alex Komang seperti biasa mampu memberikan penjiwaan yang kuat terlepas dari tampilan Rudy yang justru terlihat lebih tua dari abangnya.
Kekurangan film ini terbilang minor seperti penjelasan ini itu nya yang terasa kurang dari setiap tokoh sentral disini. Namun hal tersebut tidak dirasa mengganggu dan mungkin bisa terjawab dalam sekuel berikutnya jika kelak ada. Catatan Harian Si Boy tidak hanya mengajak penonton generasi lama untuk bernostalgia dan menerima versi estafet ini dengan tangan terbuka tetapi juga penonton generasi baru untuk bertualang dalam balutan tema klasik muda-mudi yang tak lekang oleh waktu. Persaingan cinta, pembuktian diri, kesetiakawanan, pengharapan memang akan selalu mendapat tempat dalam proses pendewasaan seseorang tanpa terkecuali.

Durasi:
125 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:

Tidak ada komentar: