Quotes:
Simin: Does he even realize you are his son?
Nader: I know he is my father!
Nice-to-know:
Simin: Does he even realize you are his son?
Nader: I know he is my father!
Nice-to-know:
Pada adegan pembuka, dua KTP yang sedang difotokopi adalah milik Hedye
Tehrani dan Hamid Farokhnezhad yang bermain sebagai pasangan yang akan bercerai
dalam film Farhadi sebelumnya yaitu Fireworks Wednesday(2006).
Cast:
Peyman Moadi sebagai Nader
Leila Hatami sebagai Simin
Sareh Bayat sebagai Razieh
Shahab Hosseini sebagai Hojjat
Sarina Farhadi sebagai Termeh
Ali-Asghar Shahbazi sebagai Nader's Father
Director:
Merupakan feature film kelima bagi Ashgar Farhadi setelah Darbareye Elly (2009).
Cast:
Peyman Moadi sebagai Nader
Leila Hatami sebagai Simin
Sareh Bayat sebagai Razieh
Shahab Hosseini sebagai Hojjat
Sarina Farhadi sebagai Termeh
Ali-Asghar Shahbazi sebagai Nader's Father
Director:
Merupakan feature film kelima bagi Ashgar Farhadi setelah Darbareye Elly (2009).
W For Words:
Perceraian adalah jalan terakhir yang dapat diambil sepasang suami istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Beragam alasan biasanya mengiringi yang tak pernah bisa dijelaskan secara harfiah. Adalah Asghar Farhadi yang secara gamblang mengangkat tema ke dalam film Iran yang dikenal ketat dalam sensor dan filtrasi. Hasilnya? Piala Oscar untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik tahun ini pun berhasil direngkuhnya. Prestasi yang amat membanggakan! Meski terlambat lebih dari satu tahun, tak ada salahnya apabila anda menyaksikan film ini di bioskop kesayangan sesegera mungkin.
Perceraian adalah jalan terakhir yang dapat diambil sepasang suami istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Beragam alasan biasanya mengiringi yang tak pernah bisa dijelaskan secara harfiah. Adalah Asghar Farhadi yang secara gamblang mengangkat tema ke dalam film Iran yang dikenal ketat dalam sensor dan filtrasi. Hasilnya? Piala Oscar untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik tahun ini pun berhasil direngkuhnya. Prestasi yang amat membanggakan! Meski terlambat lebih dari satu tahun, tak ada salahnya apabila anda menyaksikan film ini di bioskop kesayangan sesegera mungkin.
Simin menggugat cerai Nader di pengadilan hanya karena ingin membawa putrinya yang berusia 11 tahun, Termeh ke luar dari Iran demi pertumbuhan lebih baik. Sebaliknya Nader tidak mengijinkan karena alasan wajib menjaga ayahnya yang menderita Alzheimer sampai tak bisa berkata-kata samasekali. Hakim tidak mengabulkan permohonan itu hingga Simin memilih keluar dari rumah. Nader menyewa jasa Razieh untuk merawat ayahnya di saat ia bekerja. Urusan yang semula sepele menjadi runyam ketika kejujuran dipertanyakan dan hati dipaksa berbicara.
Farhadi menyajikan semua konflik yang begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Dinamika hubungan suami-istri, orangtua-anak, guru-murid dan antar sesamanya dibungkus sedemikian rupa dalam kemasan sosial politik yang begitu eksplisit. Nuansa “real” semakin diperkuat dengan teknik kamera handheld yang dominan di sepanjang film. Dukungan musik yang minim sekalipun tidak sampai mengganggu mood penceritaan yang sudah demikian intens. Editingnya tergolong mulus mempertahankan sekuensi runut yang mengalir lancar.
Tidak ada tokoh antagonis disini. Anda diajak menempatkan diri sebagai Simin, Nader, Razieh atau Hojjat secara simultan. Mereka semua memiliki alasan kuat di balik setiap tindakannya meski pada akhirnya mempengaruhi satu sama lain. Perbedaan tingkat sosial antara keluarga Simin dan Hojjat memang tak terlalu mencolok tapi cukup untuk membentangkan jurang di antara mereka lewat pertentangan baik dan buruk. Disinilah terlihat kecenderungan bahwa kaum istri lebih kompromi dibandingkan suami yang lebih emosional mempertahankan harga diri dan keluarganya masing-masing.
Termeh dan kakeknya merupakan dua karakter akar dalam film ini. Bagaimana orangtua pesakitan begitu menyita perhatian anak, menantu dan cucunya yang melakukan usaha terbaik tanpa pamrih. Bagaimana putri semata wayang begitu mendambakan keutuhan rumah tangga kedua orangtuanya yang justru saling berargumentasi untuk memperebutkan hak asuhnya. Kepentingan Nader dan Simin tidak akan pernah sama, anda mengerti bahwa keduanya benar dalam pandangannya masing-masing, tapi apakah sepadan dengan pengorbanan cinta yang mereka lakukan?
Dua jam lebih memang bukan waktu singkat. Anda akan terpaku di kursi sekaligus terpukau menyaksikan rollercoaster emosi yang begitu menguras energi. Pada satu titik mungkin anda menghela nafas dan merasa beruntung bahwa anda bukanlah salah satu dari karakter dalam film ini. A Separation secara gemilang mencampur adukkan hak dan kewajiban, kebohongan dan kejujuran, perasaan dan logika, sebab dan akibat yang begitu impulsif dalam satu pengadilan hukum yang berlaku. Ambiguitas keputusan akhir yang diambil Termeh di penutup film setidaknya menggambarkan keadaan itu. Whoever wins, they already lose!
Durasi:
123 menit
123 menit
Overall:
8.5 out of 10
8.5 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar