Storyline:
Primadona Desa Kandang Jago, Srinthil bermimpi bisa menjadi bintang film dan hidup berkecukupan di kota besar. Dua sahabatnya sejak kecil yaitu Kunil dan Centini hanya bisa mendengarkan sambil turut membayangkan. Demi menghindari perjodohan orangtuanya, ketiga dara tersebut nekad lari ke Jakarta dengan uang pas-pasan. Kesulitan mencari tempat tinggal yang sewanya sesuai dengan bujet, mereka akhirnya terdampar di sebuah motel yang seringkali dijadikan transaksi seks singkat. Disitulah Srinthil bertemu teman lamanya yang juga seorang pekerja seks. Lewat Jiun sang pekerja di motel tersebut, ketiganya nekad mencoba menjadi PSK sambil tetap berusaha mempertahankan kehormatan mereka. Beruntung banci setiakawan bernama Bertha mau membantu untuk mendandani Srinthil, Kunil dan Centini serta membantu “memuaskan” klien-klien ketiganya. Akankah kebohongan dan pertaruhan yang mereka jalani akan dibayar mahal kelak?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Sentra Film dan gala premierenya diadakan di Epicentrum XXI pada tanggal 29 November 2010 yang lalu.
Cast:
Masayu Anastasia sebagai Srinthil
Aulia Sarah sebagai Centini
Sarah Rizkya sebagai Kunil
Rifky Balweel sebagai Jiun
Indra Birowo sebagai Bertha
Tessy Srimulat
Director:
Merupakan film pertama Joko Nugroho yang perilisannya tertunda nyaris 2 tahun!
Comment:
Saya merasa film ini seperti produk tambal sulam. Pergantian rumah produksi dan guntingan sensor LSF bisa jadi menjadi penyebab utamanya. Sejujurnya saya sempat tertarik pada konsep Urbanisexy beberapa tahun lalu dan saya merasa judul tersebut lebih tepat dengan isi film secara keseluruhan. Plot cerita sebetulnya biasa saja mengenai trio gadis kampung yang nekad mengadu nasib di Jakarta dan akhirnya berlabuh sebagai wanita-wanita penghibur. Yang membedakan adalah mereka masih berusaha mempertahankan keperawanan masing-masing dan itu sukses! Terima kasih pada Indra yang bermain sangat “total” sebagai Bertha dengan berbagai macam wig dan kostum yang sangat “tampil”! Sebagian dari anda bisa jadi jengah melihat aksi Indra yang semakin lebay seiring bertambahnya durasi film ini.
Masayu, Aulia dan Sarah berusaha menyajikan akting semaksimal mungkin. Namun diantara ketiganya, Masayu lah yang paling luwes dengan bahasa tubuh dan ekspresinya yang juara itu. Sayangnya kedangkalan karakterisasi mereka tak bisa dipungkiri karena sepanjang film kita hanya disajikan polah tingkah Srinthil, Kunil dan Centini yang tiada habisnya menerima pelanggan dan kemudian berlari-lari keluar kamar. Lagi dan lagi.. Sempat membuat saya berpikir untuk menyalakan counter tetapi setelah dipikir-pikir rasanya lebih baik memejamkan mata sejenak
Sutradara Joko selaku masinis terkesan kesulitan menjaga keretanya tetap berada di jalur yang benar. Alhasil sepanjang perjalanan melenceng sana-sini, sempat tersasar pula karena berpindah jalur hingga pada akhirnya sampai juga di stasiun setelah kehilangan beberapa muatannya. Itulah yang terjadi pada Susahnya Jaga Keperawanan Di Jakarta. Anda hanya dapat menikmatinya sekitar 30 menit pertama saja, selebihnya anda boleh memilih untuk turun dari kereta daripada mengalami pusing kepala, gangguan penglihatan atau pendengaran akut akibat visualisasi yang melelahkan dan tata musik yang berlebihan.
Kesalahan akan kualitas akhir di bawah standar ini mungkin pantas dialamatkan pada perombakan skrip sebelum akhirnya dirilis juga. Membuat film ini seperti kebingungan menentukan identitasnya sendiri, apakah komedi hitam, drama realita, atau apapun itu namanya, anda sendiri yang boleh menentukan!
Durasi:
80 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar