Storyline:
Seorang wanita memutuskan tinggal di pondok terpencil di tengah hutan untuk lari dari trauma masa lalu dan hubungan cinta yang membelenggunya. Hari-hari sendiri sang wanita dilalui dengan berjalan-jalan di hutan tanpa mengetahui ada sosok tak berwujud yang mengawasinya dari jauh yang ingin memilikinya. Konflik dimulai saat kekasih sang wanita tersebut datang dan berusaha memenangkan hatinya kembali dengan melamarnya. Namun sang wanita masih bimbang untuk menerimanya. Tanpa mereka ketahui, sesosok hantu jahat mulai mengganggu mereka. Berhasilkah sang wanita mempertahankan kewarasannya untuk membuat keputusan terbaik dalam hidupnya?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Khartoum, Flatland Pictures, Saturn Harvest Films dan didistribusikan oleh Ram Indo untuk peredaran di Blitzmegaplex.
Cast:
Tahun lalu muncul dalam 2 film yaitu Leningrad dan Like Dandelion Dust, kali ini Mira Sorvino sebagai Wanita yang hidup menyendiri dalam sebuah pondok di tengah hutan.
Shane West sebagai Hantu
Justin Kirk sebagai Pria
Tony Curran sebagai The Man In Black
Muse Watson sebagai Mr. Browman
Deobia Oparei sebagai Woodsman
Director:
Debut penulisan sekaligus penyutradaraan pertama bagi Tom Provost.
Comment:
Jika anda pecinta horor klasik tahun 70-80an, anda perlu menyaksikan yang satu ini! Suasana sepi di tengah hutan di sebuah rumah pondok yang gelap, hanya bermandikan cahaya lampu minyak yang ditenteng kesana kemari. Dan anda bayangkan seorang wanita yang hidup seorang diri disana tanpa menyadari kehadiran makhluk kasat mata di sekitarnya. Merinding? Sudah seharusnya.
Namun The Presence bukanlah horor biasa jaman sekarang melainkan cenderung disebut horor klasik. Terbukti dari sinematografinya yang terbentang luas di daerah Oregon dengan musik latar yang mengagumkan dalam membangun suasana mencekam bergaya Alfred Hitchcock. Kinerja maksimal dari sutradara Provost yang sebetulnya masih sangat tidak berpengalaman ini. Pengadeganan yang lambat dan runut menjelaskan scene per scene. Anda akan dilanda kebosanan yang luar biasa pada separuh pertama durasinya. Percakapan yang terjadi pertama kali adalah tepat 13 menit setelah film dimulai, saya memang memperhatikan jam terus menerus menantikan interaksi pertamanya.
Saya merindukan Sorvino yang dulu sempat rajin bermain film tapi menghilang belakangan. Lumayan konsisten menjalankan perannya sebagai wanita labil yang trauma dengan kehancuran rumah tangga orangtuanya berdampak pada pandangannya tentang konsep cinta dan pernikahan itu sendiri. West sendiri nyaris tanpa dialog di sepanjang film selain berdiri mematung dengan muka pucatnya, mungkin hanya dua-tiga baris menjelang epilognya baru ia membuka suara. Kirk bermain cukup baik sebagai pria yang mencintai sang wanita terus berusaha meyakinkannya akan arti sebuah hubungan yang tidak semprna tetapi berharga untuk dicoba.
The Presence menghadirkan kisah hantu yang tidak biasa, dibalut dengan misteri, romantisme, kerapuhan sekaligus kengerian yang bisa membuat pikiran anda melayang-layang terutama bagian endingnya yang menutup layar secara eksplisit. Jelas bukan film bagi anda yang menyukai horor yang giat meneror. Namun pilihan tepat bagi anda para pecinta seni film yang solid dari sisi teknisnya.
Durasi:
90 menit
Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar