XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label fero walandouw. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label fero walandouw. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Maret 2012

SANTET KUNTILANAK : Praktek Santet Tanpa Juntrungan


Quotes:
Maya: Kalo gitu Cuma loe yang bisa nolong diri loe sendiri. Gua sih cuma bisa prihatin.


Nice-to-know:

Diproduksi oleh Studio Sembilan Production.


Cast:

Fero Walandouw
Nadya Almira

Rina Diana
Yessa Iona Gaffar

Rozie Mahally
Uli Auliani


Director:

Kemunculan nama Koya Pagayo yang pertama di tahun 2012 ini.


W For Words:

Menilik premis film ini, ingatan saya melambung jauh pada sebuah film Mandarin berjudul Erotic Black Magic di tahun 1994 mengenai seorang gadis yang diperkosa 4 orang hingga tewas mengenaskan sebelum teluh alias santet mulai mengejar para pelaku tersebut. Untungnya setelah menyaksikan beberapa menit pertama, saya tahu bahwa penulis skrip Erry Sofid (entah dicampur tangani oleh Nayato atau tidak) ternyata tidaklah senekad itu.
Kakak beradik Maya dan Lila memiliki kepribadian yang berbeda. Maya bersahabat dengan Johan, Yanti dan Ben. Sedangkan Lila berkawan dengan Doni yang mengajaknya liburan di villa Ricky bersama dengan Jacob dan Zen. Sesampainya di villa, empat pria tersebut berniat memperkosa Lila yang segera melarikan diri sebelum menemui ajalnya. Perlahan-lahan, kematian mulai menghampiri Ricky, Doni, Jacob dan Zen melalui santet. Benarkah Maya yang terlibat di balik semuanya demi membalas dendam akan kematian adiknya?

Koya Pagayo alias Nayato Fio Nuala dengan cerdas mereboot Jiper yang berganti judul menjadi Nakalnya Anak Muda (2010). Plot ceritanya nyaris sama dan hanya mengalami perombakan di beberapa bagian. Momok kuntilanak disini lagi-lagi tak sendiri karena beberapa kali ditemani tandemnya yaitu pocong. Jika saya pikir film ini konsisten bermain di genre horor nyatanya Rozie Mahally didapuk sebagai pengocok tawa dengan kata-kata spontan bin ajaib yang terlontar dari mulutnya itu. Lucu? Jika penonton lain bisa tertawa, tidak halnya dengan saya yang mingkem sepanjang film. Satu dialog terbodoh yang pernah saya dengar adalah saat Maya bertanya, “Ben, apakah adik gua udah mati atau belum?” Lantas dijawab oleh Ben, “Antara dua, May. Hidup atau mati!” Gubrak! Saya pun sukses kelilipan popcorn.

Dari jajaran cast nya, Uli Auliani lah yang ingin saya bahas. Special appearance nya ternyata hanya untuk mengisi slot tak penting di penghujung cerita. Niatnya sih menjadi twist tersendiri tapi sangat tidak perlu! Memang spoiler tapi saya tak peduli. Uli yang cuma beradu akting dengan Rozie selama 5 menit pun sibuk bernarasi menjelaskan siapa dirinya dan apa maksud kedatangannya. Tak lama kemudian mereka berdua sibuk saling bunuh hanya karena alasan yang tidak relevan yaitu membalas dendam akan kematian adik tirinya Ricky yang bahkan tidak dikenalnya. Sumpah ini tolol dan sangat dibuat-buat.

Praktek santet itu sendiri malah lebih banyak diutarakan lewat mulut para pemainnya bukan melalui aksi. Come on! Sinopsisnya lagi-lagi menipu, tidak ada pemerkosaan yang terjadi pada Lila. Gadis itu tewas sederhana karena terantuk pohon. Alangkah dramatisnya tokoh Maya yang di luar dugaan sempat mengucapkan sederetan kalimat seperti “Aku akan pergi, aku sudah tenang karena bersama Lila.. “ setelah tertusuk pisau. Menggelikannya juara! Santet Kuntilanak hanyalah repetisi dari Koya Pagayo yang entah sampai kapan terus menipu kreatifitas otaknya sendiri.


Durasi:

77 menit

Overall:

6 out of 10

Movie-meter:

Rabu, 13 April 2011

KUNTILANAK KESURUPAN : Penulisan Biografi Artis Mengundang Hantu

Quotes:
Maya-Kunti lapar gak, Maya masak nih, ada pepes anjing..

Storyline:
Momon menawarkan Wesley untuk menulis biografi artis tenar bernama Indra Devian dengan bayaran tinggi. Tanpa ragu karena novel buatannya juga sedang stuck, Wesley menerima tawaran itu. Sayangnya sejak saat itu, Wesley dan teman-temannya masing-masing Kevin, Dylla, Gizka tak terkecuali pembantunya Maya mendapat gangguan bertubi-tubi dari kuntilanak dan pocong. Bahkan adik kesayangannya, Alice mendadak menghilang. Apa sesungguhnya yang diinginkan kuntilanak tersebut? Adakah hubungannya dengan Indra Devian sebenarnya?

Nice to know:
Diproduksi oleh Rapi Films dan screeningnya dilangsungkan di fX Platinum XXI pada tanggal 12 April 2011.

Cast:
Guntur Triyoga sebagai Wesley
Fero Walandouw sebagai Kevin
Irish Bella sebagai Alice
Reymond Knuliq sebagai Momon
Aziz Gagap sebagai Maya
Julia Perez

Director:
Film keempat Nayato di tahun 2011 ini setelah terakhir Virgin 3 kurang dari sebulan yang lalu.

Comment:
Another title, same storyboard. Jika anda melihat trailernya, saya katakan itu sudah jauh lebih penting daripada isi filmnya sendiri. Percayalah akan review saya berikut ini. Namun jika anda tetap penasaran tidak ada salahnya menyaksikan sendiri. Toh kita semua datang ke bioskop untuk mendapatkan hiburan terlepas dari perasaan puas/tidak yang muncul setelahnya.
Sutradara Nayato masih juga menggunakan template-template favoritnya yaitu kamar, rumah, kampus, hutan yang sama persis dengan karya-karya sebelumnya. Yang berbeda hanyalah sound effect rusak yang sengaja dibelinya untuk memekakkan seisi gedung bioskop. Mudah-mudahan anda tidak perlu ke Dokter THT sehabis menyaksikannya karena tentunya akan menghabiskan lebih banyak uang dibandingkan tiket bioskop yang tidak seberapa.
Masih ingat dengan cast Pocong Ngesot? Tiga diantaranya kembali lagi disini dengan peran yang sangat serupa yakni Aziz Gagap, Fero Walandouw, Reymond Knuliq tetapi dengan nama yang berlainan. Ditambah dengan dua bintang baru kesayangan Nayato yaitu Irish (Heart 2 Heart) dan Guntur (Gaby dan Lagunya). Kesemuanya seakan-akan diinstruksikan untuk berakting senorak dan selebay mungkin, tanpa peduli perasaan penonton yang sudah sangat terganggu.
Jika anda menganggap hanya kuntilanak yang menjadi momok disini, salah besar! Ia bertandem dengan pocong bahkan saling membagi tugas untuk menakut-nakuti orang-orang tertentu. Sungguh kerjasama yang baik walaupun pada akhirnya kemenangan mutlak tetap di tangan manusia. Betapa tidak, si kunti dan si pocong menjadi “bulan-bulanan” mulai dari disembur, ditendang, dikentutin, ditampol, kejeduk pintu dsb. Satu-satunya yang cukup manusiawi hanya pada saat si kunti digendong oleh Aziz Gagap ke dapur. Lucukah semua itu? Saya cuma bisa berkata, “Memprihatinkan!”
Kekurangan lain yang juga kentara adalah editingnya yang teramat kasar. Saya tidak menangkap manfaat pembagian scene per scene yang ujung-ujung selalu dipotong begitu saja, selayaknya stripping video klip gagal tapi tetap dipaksakan tayang demi menghabiskan durasi. Itulah minus terbesar yang saya tangkap ketika menonton Kuntilanak Kesurupan. Tak hanya mempertanyakan logika cerita tetapi juga penggunaan judul yang demikian. Dan jangan buru-buru meninggalkan bioskop setelah credit title bergulir untuk mendapatkan jawabannya (jika dirasa perlu)!

Durasi:
80 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter:

Selasa, 15 Maret 2011

VIRGIN 3 : Satu Malam Mengubah Segalanya

Storyline:
Demi merayakan malam terakhir Putri di Jakarta sebelum bertolak ke Melbourne, Dini, Tika dan Sherry nekad masuk ke klab malam yang eksklusif atas bantuan seorang fotografer bernama Tyo. Keempat remaja cewek yang masih belia dan minim pengalaman itu segera menarik perhatian sejumlah pria hidung belang dengan berbagai motif yang mulai mencekoki mereka minuman dan obat-obatan. Lewat serangkaian kejadian, keempatnya kemudian terbangun di sebuah kamar mewah di pagi hari dalam keadaan mabuk dengan luka berdarah di sekujur tubuh. Belum lagi kemunculan seorang pria asing yang belakangan diketahui bernama Allan di toilet hotel tersebut. Apa yang sesungguhnya terjadi semalam?

Nice to know:
Diproduksi oleh Starvision dan gala premierenya dilangsungkan di Planet Hollywood XXI pada tanggal 15 Maret 2011.

Cast:
Irish Bella sebagai Sherry
Alex Abbad sebagai Allan
Fero Walandouw sebagai Ben
Gege Elisa sebagai Tika
Shapira Indah sebagai Dini
Ynessa Ioa Gaffar sebagai Putri
Raffi Ahmad

Director:
Film ketiga bagi Nayato di tahun 2011 ini setelah dua film bergenre horor komedi.

Comment:
Tidak butuh waktu lama bagi Nayato untuk kembali menghadirkan drama remaja yang berlatar belakang seks bebas. Dan tidak usah kaget jika franchise Virgin yang awalnya diprakarsai oleh Hanny R. Saputra mulai saat ini akan diklaim olehnya. Jika pada sekuelnya tahun lalu bersubtitle Bukan Film Porno maka sekuel keduanya ini bertajuk Satu Malam Mengubah Segalanya. Mungkin beberapa di antara anda mulai berpikir jika skenario yang ditulis oleh Cassandra Massardi ini jangan-jangan jiplakan The Hangover? Hm, jangan terlalu cepat menyimpulkan.
Saya sendiri sebetulnya lebih suka memberi subjudul Clubbing Satu Malam karena lebih dari separuh durasinya setting dihabiskan di klab malam dengan musik menghentak-hentak. Berbagai jenis dan bentuk muda-mudi sibuk berdansa, minum, lalu lalang dengan pakaian minim nan mencolok mata. Seakan gemerlap kehidupan benar-benar tertuang disana walaupun motif masing-masing belum tentu sama, bisa baik, bisa jahat. Seabu-abu warna seragam empat tokoh remaja putri kita disini.
Tak dipungkiri jika Irish, Shapira, Gege, Ynessa memang camera-face sekali. Nilai jualnya ditambah dengan kulit putih, wajah Indo dan juga berbodi yahud. Namun sedikit mengganggu mendengar mereka berdialog dengan cepat dan tak jarang berteriak akibat frustrasi. Seperti biasa Nayato tidak banyak memberikan ruang akting yang cukup bagi artis-artis barunya. Beruntung Alex Abbad masih bisa mencuri perhatian dengan peranan yang lain dari biasanya, kesan misterius cukup berhasil dipertahankannya di sepanjang film. Belum lagi Raffi yang tampil sekilas sebagai cameo penjual burger di sekolah.
Tampaknya Nayato kali ini sedikit bereksperimen dengan petualangan semalam suntuk yang menggunakan alur linier dengan berbagai subplot sederhana. Namun tak jarang shaky handheld camera semakin melelahkan mata untuk terus mengikuti sampai habis. Entah angin surga mana yang merasuk ke kepalanya, isu human trafficking dibahas juga di bagian ending. Untuk mempertegas maksud dan tujuannya, digunakanlah tulisan besar dengan huruf warna merah yang seharusnya tidak perlu.
Terlepas dari berbagai kekurangan tersebut di atas dan juga beberapa stereotype film-film bergenre sejenis yang masih ditemui, Virgin 3 sebetulnya masih dapat dikatakan lumayan menarik untuk disimak. Komposisi Tya Subiakto yang mengisi musik scoring nya terasa pas membangun mood film yang turun naik. Nuansa depresi tidak sampai lekat disini tetapi rasanya cukup menyampaikan untuk pesan moral yang dibidik khusus remaja belasan tahun yang seringkali mencoba hal-hal baru di luar kebiasaan mereka.

Durasi:

80 menit

Overall:

6.5 out of 10

Movie-meter: