XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label soraya larasati. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label soraya larasati. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 Desember 2011

BUKAN POCONG BIASA : Gangguan Pocong Maksud Tersembunyi

Quotes:
Jaki: Untung kita naik mobil. Kalo pocong kan larinya cuma bisa sekotak-sekotak.


Storyline:
Bertujuan membuat sebuah film pendek mengenai kehidupan warga, lima sahabat yaitu Jaki, Remon, Papay, Niken dan Anna pergi ke Puncak. Sayangnya di tengah jalan, mobil mereka mogok karena ban kempes. Bermaksud meminjam dongrak, mereka masuk ke sebuah rumah tak berpenghuni. Kejadian menyeramkan terjadi saat ketiga pocong mulai mengganggu mereka. Terbirit-birit Jaki mengendarai mobil kembali ke Jakarta. Teror tak berhenti karena pocong perempuan tersebut terus mengikuti. Apa yang sesungguhnya diinginkan dari Jaki dkk?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Mitra Pictures & Bic Productions dimana gala premierenya diadakan di Hollywood XXI tanggal 12 Desember 2011.

Cast:
Zaky Zimah sebagai Jaki
Soraya Larasati sebagai Niken
Ronald Gustav sebagai Remon
Irene Justine sebagai Anna
Yoga Arizona sebagai Papay
Mucle
Malih Tong Tong
Mpok Atiek

Director:
Merupakan film ke-5 bagi Chiska Doppert sekaligus penutup tahun 2011 ini.

Comment:
Saya sempat berpikir bahwa film ini merupakan parodi dari Bukan Cinta Biasa karena kemiripan judulnya. Namun ternyata sebuah stand alone yang ide ceritanya digagas oleh Tb. Ule Sulaeman S. Lantas pertanyaannya adalah apakah kali ini si pocong memiliki kekuatan “luar biasa” untuk menakuti atau bahkan menghibur penonton? Jawabannya bisa anda temukan dalam produksi terbaru Mitra Pictures & Bic Productions ini.
Sebuah rumah bertingkat gaya tradisional dengan interior kayu dominan menjadi setting yang dianggap “efektif” oleh sutradara Chiska untuk membangun ketakutan (atau kelucuan?) lengkap dengan sound yang memekakkan telinga. Meski sempat berpindah ke rumah modern plus kampus, tiga sosok berkain kafan tersebut ternyata tergabung dalam GMP alias gerakan mobilitas pocong. Jelaslah, fasilitas angkutan umum sudah cukup memadai sehingga mereka bisa menumpang mobil sampai bus umum.

Zaky Zimah kali ini menokohkan anak gaul “beatboxing” lengkap dengan topi yang diputar ke samping. Celetukan-celetukan khas yang keluar dari mulutnya kembali disuguhkan. Namun ia tidak sendiri dalam melucu disini karena Ronald Gustav ternyata cukup fasih memeragakan pria gagap yang kontras dengan ekspresi polosnya di sepanjang film. Aksi keduanya secara tidak langsung menenggelamkan tokoh-tokoh lainnya yang dimainkan oleh Soraya, Irene ataupun Yoga. Namun duet satpam bermuka “mengganggu” Malih dan Mucle merupakan sebuah pengecualian dengan segmen komedik khusus bergaya lawas.
Secara khusus saya ingin mengomentari tampilan tiga pocong “tak biasa” yang rajin sekali menampilkan ekspresi aneh bin ajaibnya itu. Seringai mengejek, mata mendelik, lidah terjulur hingga yang paling ekstrim adalah menggunakan tangan dan kaki mereka untuk aktifitas yang tidak pernah terbayangkan dilakukan oleh seikat pocong. Ups, maaf jika saya sedikit spoiler. Mudah-mudahan tidak mengurangi unsur kejutannya jika memang anda berniat menyaksikan film ini.

Bukan Pocong Biasa sebetulnya bukan komedi horor yang buruk, hanya saja premis serupa terlalu sering diangkat sebelumnya sehingga tinggal menyisakan sedikit kejutan. Endingnya pun ditutup dengan twist tipikal yang malahan sudah disinggung di opening film yaitu minta ditemukan. Jualan utamanya jelas adegan slapstick komikal yang akan memaksa anda tertawa “tidak biasa” terus-menerus. Durasi satu jam pertama malah sibuk menyorot interaksi manusia dengan pocong secara panjang kali lebar sama dengan pusing tujuh keliling. Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan!

Durasi:
84 menit

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:

Kamis, 14 Juli 2011

TUMBAL JAILANGKUNG : Pembalasan Sakit Hati Cara Jelangkung

Quotes:
Mbah Jabrik: Kalian sudah membiarkan roh jahat mendapatkan amarahnya!

Storyline:
Betapa kecewanya Linda mengetahui bahwa Richard yang dicintainya ternyata hanya mempermainkannya bersdama kedua temannya, Galang dan Hanung. Belum lagi kenyataan bahwa dirinya hamil juga membuat murka sahabatnya Vena yang segera melabrak ketiga pria bejat tersebut. Demi menenangkan diri agar Linda tidak depresi bunuh diri, Vena mengajaknya berlibur ke villa sepupunya Ivan. Disana Linda malah menemukan sebuah jelangkung tua yang terkubur dalam dan memainkannya. Di luar dugaan kekuatan jelangkung tersebut mampu menuntaskan dendamnya pada Richard dkk. Mampukah Linda mengendalikan dirinya sendiri dari jelangkung yang juga berkaitan dengan peristiwa 30 tahun lalu di Angkerbatu itu?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Batavia Pictures dimana screening terbatasnya diselenggarakan di Plaza Blok M pada tanggal 13 Juli 2011.

Cast:
Soraya Larasati sebagai Linda
Denny Weller sebagai Ivan
Violenzia Jeanette sebagai Vena
Rocky Jeff sebagai Richard
Tasa Rudman
Jerry Likumahwa
Romeo Sianipar sebagai Hanung
Anna Stepanova Jasmine
Nadedja Kovba

Director:
Merupakan film keempat Chiska Doppert secara keseluruhan yang diawali dengan Missing (2005).

Comment:
Permainan mistis tradisional yang terkenal dengan julukan jelangkung ini telah berulang kali menjadi benang merah cerita film-film nasional dari yang paling berkualitas sampai yang paling kacrut sekalipun. Lantas dimana posisi film yang skripnya ditulis oleh Aurellia ini? Kita kembalikan lagi pada opini masing-masing penonton sambil menunggu jumlah raihan rupiahnya paska rilis di bioskop-bioskop setanah air nanti.
Plot ceritanya sendiri tidak jauh beda dengan yang sudah-sudah, tentunya sudah dibalut dengan trademark khas Nayato yaitu muda-mudi cantik dan tampan yang berbuat nista hingga akhirnya harus membayar mahal dengan nyawanya masing-masing. Lihat saja konsep posternya yang teramat sangat “menjual” itu, pria-pria bertelanjang dada plus wanita-wanita memperlihatkan belahan dadanya yang rasanya mampu menarik mata siapapun yang melintasinya.
Sutradara Chiska yang konon asisten sutradara Nayato ini di luar dugaan mampu menyajikan sinematografi yang enak dipandang meski belum dapat dikatakan sempurna. Permainan warnanya yang terkadang berubah-ubah disesuaikan dengan mood para tokohnya menjadi suguhan yang cukup menarik. Eksekusi scene per scene nya juga tergolong runut sambil berusaha bertutur dengan lugas meski tak dipungkiri pengaruh Nayato masih sangat kuat.
Dari jajaran cast mungkin hanya Soraya yang mendapat porsi memadai untuk mengeksplorasi aktingnya dibandingkan film-film terdahulunya. Transisi manusia menjadi setan pendendam cukup baik dilakoninya, terima kasih pada make-up artist yang sukses mendandani wajah cantik orientalnya menjadi sosok yang menyerupai Sadako, lengkap dengan pergerakan patah-patahnya. Nama-nama lainnya cuma tampil sesuai standarisasi tokoh-tokoh horor lokal yang cheesy dan predictable.
Mengingat begitu banyaknya kekurangan disana-sini yang sulit tersamarkan, Tumbal Jailangkung justru cukup layak mendapat ponten yang sedikit lebih tinggi dari biasanya. Hal ini lebih karena jerih payah Chiska yang setidaknya sudah berupaya memberikan pondasi yang jelas bagi film secara keseluruhan. Meskipun pada akhirnya kembali dirusak oleh ending bergaya Mr. You-Know-Who itu, seakan tidak ada cara lain yang lebih berperike-Nayato-an!

Durasi:
80 menit

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:

Rabu, 02 Februari 2011

KALUNG JAILANGKUNG : Kalung Kuburan Kendalikan Kuntialanak

Quotes:
Benny: Sendal gua sebelah, sebelah lagi disita.. sama setan!

Storyline:
Sepakat mengisi liburan bersama, Benny, Kiki dkk pergi ke kampung hutan Ciwidey untuk bermain jailangkung di sebuah bangunan tua. Peringatan pria tua setempat tidak diindahkan mereka. Saat memainkan boneka jailangkung tersebut bergetar dan kemudian ada suara misterius yang menyebutkan nama Yanti. Panik ketakutan, semuanya berlarian meninggalkan Kiki sendiri yang kemudian menemukan kalng di atas kuburan. Semenjak kejadian itu, ada sesosok kuntilanak yang mengikuti mereka satu persatu. Sepulangnya ke Jakarta, Kiki jatuh sakit dan mengigau sebagai Yanti. Apakah mereka harus kembali untuk menyelesaikan apa yang sudah mereka mulai?

Nice to know:
Diproduksi oleh BIC Production dan gala premierenya dilangsungkan di fX Platinum XXI tanggal 31 Januari 2011.

Cast:
Zaky Zimah sebagai Benny
Soraya Larasati sebagai Kiki
Rozi Mahally
Remon
Munajat Raditia

Director:
Baru saja di penghujung tahun kemarin, Koya Pagayo menghasilkan film bergenre sama yaitu Pocong Rumah Angker.

Comment:
Lewat film ini, saya bisa simpulkan Koya alias Nayato tampaknya sedang jatuh cinta! Kalau hanya untuk mengejar laki-laki lain.. Ooops, mudah-mudahan saya salah. Tidak berani dan tidak mau membayangkan lebih jauh. Namun terbukti kutipan dari tembang dangdut lawas Meggy Z yang berjudul Benang Biru tersebut berkali-kali didengungkan di sepanjang film disertai dengan goyang aduhai pemain-pemainnya.
Kali ini Koya seperti berusaha memparodikan Jelangkung nya Jose Poernomo dan Rizal Mantovani sampai ke jurang yang paling dalam sekalipun. Momok suster ngesot diganti menjadi kuntilanak yang bahkan dipermalukan separah-parahnya disini. Bisa jadi sang kunti bakal laris manis mendapat tawaran lenong dimana-mana setelah ini. Bayangkan ia diharuskan mencuri sandal sebelah bahkan menempelkan muka di toilet cowok. Kasian sekali. Sungguh terlalu!
Sosok manusia-manusia sungguhannya pun tidak kalah ajaibnya. Ikon baru Koya, Zaky kembali berusaha melucu dengan mimik muka dan celotehan-celotehan spontannya untuk yang kesekian kalinya. Sayangnya persentase keberhasilannya paling banter 30 persen. Sisanya garing dan hanya membuat penonton mengerutkan kening sambil berkomentar apaan sich?! Untuk aktor-aktris lain di luar Zaky masih bisa sedikit saya maafkan karena mungkin baru kali ini mereka bekerja untuk sutradara unik bin jijay tersebut. Namun duet Remon dan Munajat yang seringkali (dipaksa) membuka kaos mereka dengan body yang berbanding terbalik 360 derajat untuk kemudian berakting layaknya dumb and dumber sedikit mengganggu screen presence baik disengaja ataupun tidak. Om Torro apa yang anda lakukan di ending film jelas tidak ada manfaatnya samasekali.
Satu hal yang paling saya cemaskan, belakangan ini Koya/Nayato tampak asyik membuat komedi yang berfigurkan hantu tradisional dengan pemain yang itu-itu saja. Saya tekankan sekali lagi, KOMEDI! Bukan horor sehingga hantu-hantu yang ada tampaknya juga diharuskan melucu dengan make-up yang sudah dibuat seram. Bisa bayangkan jika Koya/Nayato berniat menciptakan komedi franchise ala Warkop DKI yang legendaris itu? Semoga tulisan saya ini tidak menginspirasi beliau. Kalung Jailangkung sama jayusnya dengan karyanya yang sudah-sudah, walau sedikit termaafkan jika benar-benar dimaksudkan sebagai hiburan belaka. Kalau hanya untuk mengejar laki-laki lain..

Durasi:
75 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter: