XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label rocky jeff. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rocky jeff. Tampilkan semua postingan

Rabu, 15 Februari 2012

RUMAH HANTU PASAR MALAM : Tabir Misteri Pesugihan Pasar Malam


Quotes:
Wangsa: Selama bercinta dengan aku maka selama itulah kamu akan menjadi bintang panggung selamanya..

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Multivision dimana gala premierenya dilaksanakan di Hollywood XXI pada tanggal 15 Februari 2012.

Cast:
Rebecca Reijman sebagai Andini
Uli Auliani sebagai Intan
Willy Dozan sebagai Wangsa
Rocky Jeff sebagai Ramon
Imey Liem sebagai Vanska
Awan Sogi sebagai Papang
Amel Alvie sebagai Sandra
Kang Jaka sebagai Mang Udin

Director:
Merupakan film kedua Arie Azis di tahun 2012 ini setelah Penganten Pocong yang gagal total itu.

W For Words:
Bagi anak gaul Ibukota pasti sudah pernah mendengar atau bahkan memasuki Rumah Hantu Indonesia roadshow di berbagai kota besar. Salah satu yang pernah saya masuki adalah Rumah Hantu Terminal Blok M 4-D yang sukses meneror pengunjung itu karena “keagresifan” nya. Sayangnya hal tersebut tidak berlaku bagi saya yang justru merasakan “kehadiran” lain di luar hantu palsu di dalamnya. Baiklah, bukan itu yang saya ingin ceritakan disini. Mari bahas film yang mengambil tema tersebut hasil buah karya penulis skrip Demi Ananda.

Pengusaha pasar malam ambisius di desa Sumber Sari, Wangsa memiliki kekasih yang juga seorang penari ronggeng bernama Intan yang sukses membius para pengunjung untuk terus berdatangan. Sementara itu lima muda-mudi yaitu Andini, Ramon, Venska, Sandra, dan Papang tiba di tempat itu untuk merayakan ulang tahun Andini. Tak lama kemudian, satu per satu korban berjatuhan dibantai sosok berjubah dan bertopeng yang misterius. Misteri apa yang sesungguhnya tersimpan di tempat tersebut yang mungkin berhubungan dengan masa lalu Andini yang merasakan ikatan tersendiri?
Sutradara Arie Azis memang sudah kehilangan sentuhan, ini adalah film keduanya dalam sebulan terakhir yang gagal total dalam membangun identitas. Terlalu banyak elemen yang dimasukkan disini mulai dari horror, thriller, slasher dan tak jarang dibumbui seksualitas yang tentunya sudah tergunting sensor tajam. Tak jarang narasi yang seharusnya muncul lewat eksekusi cerita malah meluncur dari mulut para aktor-aktrisnya terutama kisah pesugihan yang tak jelas juntrungannya itu.

Uli Auliani kembali kebagian peran sensual Intan yang karakteristiknya menjadi tidak terlalu penting lagi. Sama halnya dengan Willy Dozan, mantan aktor laga idola yang didapuk sebagai antagonis Wangsa dengan penokohan yang kurang stabil. Sedangkan pemeran utama, Rebecca Reijman juga cenderung gagal menghadirkan sosok protagonis Andini yang seharusnya mengundang simpati penonton ketimbang mengandalkan karunia fisiknya yang semampai nan bertato itu.
Tidak banyak yang bisa dibanggakan dari Rumah Hantu Pasar Malam dengan inkonsistensi plot semacam ini apalagi diperparah dengan dialog-dialog cheesy yang semakin mengurangi nilai jualnya. Satu-satunya yang layak tonton adalah tampilan rumah hantu itu sendiri yang dibangun dengan atmosfer menyeramkan, itupun hanya beberapa menit saja dari total durasi yang sudah sangat pendek tersebut. Mungkin pengalaman anda memasuki Rumah Hantu Indonesia selama sekian menit akan jauh lebih efektif daripada membuang waktu menyaksikan film sekelas televisi semacam ini.

Durasi:
70 menit

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter:

Senin, 05 Desember 2011

X-THE LAST MOMENT : Pahitnya Dunia Narkoba Lima Sahabat

Quotes:
Kita memang orang susah tetapi bukan berarti menjual barang haram kayak gitu, Jul!


Storyline:
5 sahabat kecil masing-masing Dido,Ikang, Ijul, Anung dan Angga bertemu kembali 13 tahun setelahnya dalam dunia narkoba. Dido dengan kehidupan malamnya berpacaran dengan Yayang hingga hamil, Ikang yang menjadi nandar narkoba setelah bertemu Pak Pram, Ijul sebagai pengantar hingga berhubungan dengan Asti yang kaya tapi kesepian, Anung yang bertransaksi narkoba online karena Thomas serta Angga yang menjadikan narkoba sebagai pelarian kekurangan perhatian akan orangtuanya yang pejabat kaya. Akankah ada happy ending bagi mereka yang sudah salah melangkah tersebut?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Prima Media Sinema dimana gala premierenya dilangsungkan di Senayan City XXI tanggal 5 Desember 2011.

Cast:
Mike Lucock sebagai Ikang
Keith Foo sebagai Dido
Rocky Jeff sebagai Angga
Ridho Boer sebagai Ijul
Ikang Sulung sebagai Anung
Cinta Dewi sebagai Yayang
Doni Kusuma
Jenny Cortez
Fitrie Rachmadhina
Indah Purnama Sari
Celestia Soetoyo

Director:
Merupakan debut penyutradaraan Bambi Martantio.

Comment:
Film ini sungguh mengusung suatu misi mulia yaitu menyelamatkan generasi muda dari bahaya narkoba pada medio 2015 mendatang. Sederetan kasus nyata bahkan dirangkai oleh Bani Ramadhan sedemikian menjadi sebuah skrip drama yang seharusnya secara realistis menyajikan ironi dan tragedi. Sebuah isu yang seharusnya menjadi perhatian dari lembaga tertinggi dalam hal ini Pemerintah hingga unit terkecil sekalipun yaitu keluarga yang paling dekat dengan calon pemakai.

Sutradara Bambi pun sempat mengeluhkan LSF yang dinilainya banyak memangkas adegan krusial yang justru tidak melulu menjurus seksual melainkan penampakan dan bentuk alat-alat narkoba yang biasa digunakan. Sebagai gantinya ia kerap memakai animasi slideshow untuk mendukung sugesti edukatifnya terutama untuk menggambarkan proses berjalannya narkoba dalam mengintrusi aliran darah yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat itu.
Sayangnya hasil kerja Bambi sebagai leader yang merangkap ini masih belum sempurna. Drama action ini tidak didukung oleh sinematografi dan editing yang baik sehingga pergantian scene yang menyorot masing-masing sahabat itu terasa terseok-seok. Belum lagi kinerja departemen scoring music yang hancur lebur, selain banyak meleset tak jarang memekakkan gendang telinga penonton secara tiba-tiba tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Spesial efeknya pun tergolong kasar dan tidak meyakinkan, lihat saja adegan melompati kereta ataupun mobil terbalik.

Penokohan yang demikian datar rasanya sulit menuntut aktor-aktris yang terlibat disini untuk berakting maksimal. Jalan keluarnya adalah overdramatisasi setingkat sinetron kejar tayang. Nyaris di sepanjang film anda akan menemukan akting berlebihan yang diikuti dengan delikan mata, meningginya suara serta aniaya fisik yang tidak pada tempatnya. Alih-alih mencapai klimaks konflik yang diinginkan, nyatanya kesemua itu membuat anda menggeleng-gelengkan kepala saja tidak habis pikir.
Haruskah dunia narkoba dan semua pengaruh negatif terhadap pemakainya baik secara langsung maupun tidak langsung ditampilkan sedemikian getirnya? Berimbas pada nasib buruk yang lantas menimpa satu persatu tokohnya layaknya permainan nasib dalam Final Destination juga berlaku disini. Sub judul X-The Last Moment yaitu “Kehilangan yang Berlebihan” adalah tepat adanya karena sukses membuat penontonnya overdosis menyesali hilangnya waktu satu setengah jam. Setidaknya video penyuluhan masyarakat akan bahaya narkoba bisa diringkas dalam hitungan menit saja.

Durasi:
84 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter:

Kamis, 14 Juli 2011

TUMBAL JAILANGKUNG : Pembalasan Sakit Hati Cara Jelangkung

Quotes:
Mbah Jabrik: Kalian sudah membiarkan roh jahat mendapatkan amarahnya!

Storyline:
Betapa kecewanya Linda mengetahui bahwa Richard yang dicintainya ternyata hanya mempermainkannya bersdama kedua temannya, Galang dan Hanung. Belum lagi kenyataan bahwa dirinya hamil juga membuat murka sahabatnya Vena yang segera melabrak ketiga pria bejat tersebut. Demi menenangkan diri agar Linda tidak depresi bunuh diri, Vena mengajaknya berlibur ke villa sepupunya Ivan. Disana Linda malah menemukan sebuah jelangkung tua yang terkubur dalam dan memainkannya. Di luar dugaan kekuatan jelangkung tersebut mampu menuntaskan dendamnya pada Richard dkk. Mampukah Linda mengendalikan dirinya sendiri dari jelangkung yang juga berkaitan dengan peristiwa 30 tahun lalu di Angkerbatu itu?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Batavia Pictures dimana screening terbatasnya diselenggarakan di Plaza Blok M pada tanggal 13 Juli 2011.

Cast:
Soraya Larasati sebagai Linda
Denny Weller sebagai Ivan
Violenzia Jeanette sebagai Vena
Rocky Jeff sebagai Richard
Tasa Rudman
Jerry Likumahwa
Romeo Sianipar sebagai Hanung
Anna Stepanova Jasmine
Nadedja Kovba

Director:
Merupakan film keempat Chiska Doppert secara keseluruhan yang diawali dengan Missing (2005).

Comment:
Permainan mistis tradisional yang terkenal dengan julukan jelangkung ini telah berulang kali menjadi benang merah cerita film-film nasional dari yang paling berkualitas sampai yang paling kacrut sekalipun. Lantas dimana posisi film yang skripnya ditulis oleh Aurellia ini? Kita kembalikan lagi pada opini masing-masing penonton sambil menunggu jumlah raihan rupiahnya paska rilis di bioskop-bioskop setanah air nanti.
Plot ceritanya sendiri tidak jauh beda dengan yang sudah-sudah, tentunya sudah dibalut dengan trademark khas Nayato yaitu muda-mudi cantik dan tampan yang berbuat nista hingga akhirnya harus membayar mahal dengan nyawanya masing-masing. Lihat saja konsep posternya yang teramat sangat “menjual” itu, pria-pria bertelanjang dada plus wanita-wanita memperlihatkan belahan dadanya yang rasanya mampu menarik mata siapapun yang melintasinya.
Sutradara Chiska yang konon asisten sutradara Nayato ini di luar dugaan mampu menyajikan sinematografi yang enak dipandang meski belum dapat dikatakan sempurna. Permainan warnanya yang terkadang berubah-ubah disesuaikan dengan mood para tokohnya menjadi suguhan yang cukup menarik. Eksekusi scene per scene nya juga tergolong runut sambil berusaha bertutur dengan lugas meski tak dipungkiri pengaruh Nayato masih sangat kuat.
Dari jajaran cast mungkin hanya Soraya yang mendapat porsi memadai untuk mengeksplorasi aktingnya dibandingkan film-film terdahulunya. Transisi manusia menjadi setan pendendam cukup baik dilakoninya, terima kasih pada make-up artist yang sukses mendandani wajah cantik orientalnya menjadi sosok yang menyerupai Sadako, lengkap dengan pergerakan patah-patahnya. Nama-nama lainnya cuma tampil sesuai standarisasi tokoh-tokoh horor lokal yang cheesy dan predictable.
Mengingat begitu banyaknya kekurangan disana-sini yang sulit tersamarkan, Tumbal Jailangkung justru cukup layak mendapat ponten yang sedikit lebih tinggi dari biasanya. Hal ini lebih karena jerih payah Chiska yang setidaknya sudah berupaya memberikan pondasi yang jelas bagi film secara keseluruhan. Meskipun pada akhirnya kembali dirusak oleh ending bergaya Mr. You-Know-Who itu, seakan tidak ada cara lain yang lebih berperike-Nayato-an!

Durasi:
80 menit

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter: