Quote:
Rudi: Lihat, sudah kubilang ada hal buruk di bawah sana!
Nice-to-know:
Sedianya akan dirilis pada bulan Oktober 2011 bersamaan dengan ajang iNAFFF05 tetapi mengalami kemunduran jadwal hingga enam bulan berikutnya.
Cast:
Janna Fassaert sebagai Skylar Shane
Michael Paré sebagai Jack Bowman
Monica Sayangbati sebagai Tamal
Verdi Solaiman sebagai Andi
Mohammad Aditya sebagai Big Rudi
Director:
Merupakan film ke-11 bagi Brian Yuzna dimana Rottweiler (2004) adalah yang terakhir beredar di bioskop-bioskop Indonesia.
W for Words:
Produksi Fu Works, Komodo Dragon, Komodo Films dan The 3D Company ini mengklaim dirinya sebagai film 3D Indonesia pertama walaupun produksinya masih patungan dengan Belanda. Naskahnya digubah oleh John Penney, Somtow Sucharitkul dan Brian Yuzna dari hasil pemikiran San Fu Maltha. Permasalahannya adalah mereka seakan terlambat setidaknya 20 tahun menggarap tema yang populer di masa silam itu tanpa perlu saya sebutkan judulnya satu persatu.
Ahli biologi kelautan, Skylar Shane menyewa jasa ekspatriat kapten kapal, Jack Bowman untuk mencari spesies prasejarah dari jaman Sileurian yang muncul karena tsunami di perairan Sumatera Utara. Sayangnya ekspedisi mereka terganggu karena ulah kawan-kawan Jack yang juga penyelundup itu terlebih mempekerjakan anak-anak di bawah umur termasuk Tamal yang kerapkali memohon kebebasan. Teror mulai muncul saat makhluk yang bernama Mixopterus itu muncul dan menelan korban satu persatu.
Alasan utama saya menyaksikan film ini adalah Brian Yuzna. Sutradara spesialis horor thriller kelas 2 (atau bahkan 3) yang film-filmnya masih enak ditonton karena faktor darah dan kejutan yang tidak menyenangkan. Sayangnya disini seberapapun ia berupaya, tidak mampu menutupi kekurangan akting para cast yang amat miskin, terutama orang-orang Indonesia itu sendiri yang saya tidak habis pikir mengapa bisa ikut-ikutan berbahasa Inggris. Dialog yang tercipta di antara mereka juga amat dangkal terlepas dari suspensi cerita yang sebetulnya masih bergulir itu.
Mixopterus tersebut dapat dikatakan kalajengking raksasa dimana ekornya yang tajam langsung dapat menusuk orang hingga tewas atau racunnya yang mematikan bisa disemprotkan untuk membutakan panca indera. Kemampuan hidup di darat dan di laut membuat hewan amfibi yang satu ini istimewa. Spesial efek yang dikomandoi oleh Orlando Bassi ini mampu mewujudkan penampakan Mixopterus dengan cukup mengesankan meski belum masuk kategori sempurna.
Satu-satunya kelebihan Amphibious 3D adalah memadukan unsur mistis lokal dengan makhluk predator dimana endingnya terbilang berani setelah melalui berbagai adegan berdarah yang harus digunting habis oleh LSF. Di luar itu, horor yang satu ini membosankan karena berjalan dalam tempo yang lambat dan narasi yang bertele-tele. Jermal yang digunakan sebagai latar belakang padahal sudah merupakan production value yang bagus untuk memicu ketegangan di atas keterasingan para karakternya. It has potential but not enough to deliver with all those lesser 3D gimmicks. Watchable for once before completely forgotten!
Durasi:
83 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar