XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Senin, 21 Maret 2011

SKANDAL : Perselingkuhan Berbuntut Permainan Maut

Tagline:
Semua perselingkuhan berakibat bencana..
Jika ingin keluarga harmonis, jauhi X (mantan)

Storyline:
Kesibukan Aaron membuat Mischa merasa teramat jenuh dengan kehidupan rumah tangganya. Belum lagi nafkah batin yang tidak terpenuhi membuatnya uring-uringan bahkan mencurigai suaminya main gila dengan sang sekretarisnya di kantor. Pertemuan tak sengaja dengan mantan kekasihnya Vincent di sebuah kafe membuat Mischa tergelitik untuk melepaskan hasratnya. Dimulai dari pembicaraan singkat via ponsel yang berujung pada kedatangan Mischa di apartemen sekaligus galeri foto Vincent. Perselingkuhan pun tak terhindar lagi hingga Mischa merasa sudah “cukup” bermain-main karena tak ingin mengambil resiko kehilangan suami dan anaknya. Namun rupanya Vincent tak tinggal diam dan mulai bertindak di luar batas.

Nice to know:
Diproduksi oleh Sentra Film dan gala premierenya dilangsungkan di Planet Hollywood XXI pada tanggal 17 Maret 2011.

Cast:
Merupakan film ke-12 bagi Uli Auliani setelah tahun lalu bermain dalam 3 film Nayato. Disini ia berperan sebagai Mischa yang dilema terhadap keluarganya selepas melakukan kesalahan fatal.
Debut aktingnya dilakoni dalam Jakarta Undercover (2006), kali ini Mario Lawalata bermain sebagai Vincent yang posesif dan tidak pernah mementingkan komitmen pernikahan dalam asmaranya.
Mike Lucock sebagai Aaron
Laras Monca
Gary Iskak
Febriyani Ferdzille

Director:
Kembalinya Jose Poernomo setelah 2 tahun lalu menggarap Kirun + Adul yang bergenre komedi remaja itu.

Comment:
Dari belahan dunia barat banyak sekali kita temui thriller bertemakan perselingkuhan, mulai dari kelas A macam Fatal Attraction (1987) hingga kelas B seperti Zebra Lounge (2001) yang kebetulan posternya mirip dengan yang satu ini. Semua mengetengahkan plot yang hampir mirip dimana kegiatan senang-senang sesaat tersebut seringkali berakhir tidak menyenangkan yang berujung pada tindakan obsesif yang berlebihan.
Kali ini Jose berusaha membuat versi lokalnya dengan judul awal X yang kemudian berganti seiring proses finalisasi. Sebetulnya tidak ada yang baru karena adegan demi adegan rasanya sudah bisa anda tebak dengan mata kepala tertutup. Yang membedakan adalah penekanan dan pemberian karakterisasinya yang banyak disesuaikan dengan budaya Timur.
Trio bintang utama bergantian berbagi scene sekaligus chemistry dengan baik. Uli sebagai Mischa merupakan karakter kunci disini dan ia mampu menerjemahkan tokoh seorang istri “kesepian” dengan sangat baik dimana emosi campur aduknya berhasil terekam kamera. Bagaimana perasaan senang dan puas yang menggebu-gebu begitu kontras dengan perasaan takut dan menyesal yang menggedor hati nuraninya.
Bagaimana dengan Mike dan Mario? Sebagai suami yang tidak “peka”, Mike bermain wajar dan manusiawi. Namun skrip sendiri memang tampaknya lebih memposisikan tokoh Aaron di belakang. Beda dengan Mario yang cukup dominan dimana perubahan kepribadiannya dari awal hingga akhir dapat ditangkap dengan baik. Meski terkesan kurang garang dinilai dari intonasi suaranya tapi tampaknya ia sudah berusaha maksimal menghidupkan sosok pria posesif Vincent.
Jika anda mempertanyakan frekuensi sex scene yang terkandung dalam film ini maka jawabannya cukup tinggi. Namun jangan berharap terlalu banyak dulu. Semua adegan eksplisit tersebut diperhalus ataupun dikaburkan dengan konsep fade in/out, semua hasil permainan kamera yang notabene mengandalkan angle. Sehingga sisi artnya dapat lebih ditonjolkan dibandingkan unsur murahan yang biasanya muncul dalam film-film berkualitas rendah.
Saya acungi jempol pada keberanian Jose menyisipkan twist unik dan eksekusi ending yang kreatif dimana potret masa lalu masa kini silih berganti mengisi frame. Kekurangannya adalah teror psikologis yang masih kurang kuat selayaknya yang biasa timbul dalam film sejenis dan juga beberapa detail yang masih tergarap lemah dalam mendukung bangunan cerita. Namun Skandal tetaplah saya rekomendasikan kepada anda semua akan “keberaniannya” tentu dalam konteks yang positif sekaligus menjadi alternatif film lokal yang cukup bermutu di tengah keseragaman tema yang sudah semakin meresahkan itu.

Durasi:
90 menit

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:

Tidak ada komentar: