Nice-to-know:
Keseluruhan film seakan disyut secara kontinuitas tanpa terputus. Sesungguhnya dilakukan setidaknya 10 menit per segmen sebelum diedit secara halus untuk menyamarkannya.
Cast:
Elizabeth Olsen sebagai Sarah
Adam Trese sebagai John
Eric Sheffer Stevens sebagai Peter
Julia Taylor Ross sebagai Sophia
Adam Barnett sebagai Stalking Man
Haley Murphy sebagai Little Girl
Director:
Dalam menggarap film ketiganya ini, Chris Kentis menggandeng sang istri, Laura Lau yang memulai debutnya.
Keseluruhan film seakan disyut secara kontinuitas tanpa terputus. Sesungguhnya dilakukan setidaknya 10 menit per segmen sebelum diedit secara halus untuk menyamarkannya.
Cast:
Elizabeth Olsen sebagai Sarah
Adam Trese sebagai John
Eric Sheffer Stevens sebagai Peter
Julia Taylor Ross sebagai Sophia
Adam Barnett sebagai Stalking Man
Haley Murphy sebagai Little Girl
Director:
Dalam menggarap film ketiganya ini, Chris Kentis menggandeng sang istri, Laura Lau yang memulai debutnya.
W For Words:
Sebagian besar dari anda mungkin tidak pernah mendengar film Uruguay yang diinspirasi dari kejadian nyata berjudul La Casa Muda di tahun 2010 karya sutradara Gustavo Hernandez. Jangan khawatir karena Chris Kentis yang terkenal lewat Open Water (2003) memutuskan untuk meremakenya dengan mengandalkan gadis berusia 23 tahun, Elizabeth Olsen yang lebih populer sebagai saudari termuda Olsen twins yaitu Mary Kate dan Ashley. Yet, she already proved that her last role in Martha Marcy May Marlene (2011) was no luck.
Sebagian besar dari anda mungkin tidak pernah mendengar film Uruguay yang diinspirasi dari kejadian nyata berjudul La Casa Muda di tahun 2010 karya sutradara Gustavo Hernandez. Jangan khawatir karena Chris Kentis yang terkenal lewat Open Water (2003) memutuskan untuk meremakenya dengan mengandalkan gadis berusia 23 tahun, Elizabeth Olsen yang lebih populer sebagai saudari termuda Olsen twins yaitu Mary Kate dan Ashley. Yet, she already proved that her last role in Martha Marcy May Marlene (2011) was no luck.
Sarah bersama ayahnya John dan pamannya Peter sepakat membereskan rumah peristirahatan keluarga yang rencananya akan dijual dengan tampilan yang lebih menarik. Listrik yang mati membuat mereka harus mengandalkan lampu portable untuk menjelajahi setiap ruangan. Sarah mulai mencurigai adanya penyusup misterius yang berujung pada kondisi dimana ayahnya tidak sadarkan diri di lantai atas. Sayangnya Peter tidak begitu saja percaya tanpa berinisiatif mencari bantuan dari luar rumah yang terisolasi itu sehingga Sarah harus berjuang sendiri mengungkap misteri yang terjadi di tempat itu.
Penghargaan pantas dilayangkan bagi Olsen yang mampu menjaga kualita aktingnya di sepanjang film yang amat dominan. Yes, it’s a one-woman-show! Ekspresi ketakutan sekaligus kebingungan Sarah diimbanginya dengan sisi emosional yang stabil mengikuti pergeseran konflik. Ia tidak mengumbar pekikan histeris yang mengganggu telinga tapi disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Anda tidak akan bosan menyaksikannya hilir mudik mengatasi klastrofobia mencekam, melainkan penasaran yang berujung pada simpati akan nasib tokoh yang dimainkannya itu. Trese dan Sheffer Stevens memang tak banyak mendapat kesempatan screen time tetapi sudah cukup memenuhi standar yang diinginkan.
Sutradara Kentis dan istrinya Lau secara cerdas memanfaatkan ruang sempit dan pencahayaan terbatas untuk menipu teknis kamera yang seakan berjalan linier dari menit ke menit tanpa terputus. Penggunaan berbagai sudut pandang, mostly from Sarah’s POV, membuat penonton seakan diajak menelusuri setiap sudut rumah tersebut. Kejutan demi kejutan disiapkan sehingga anda dibiarkan terus menerka-nerka gambar keseluruhan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh filmmakers. Momen terbaik jelas saat Sarah berada dalam kegelapan pekat dan hanya mengandalkan kamera Polaroid untuk melihat apa yang ada di hadapannya. Creepy!
Silent House adalah sebuah film dimana semakin sedikit petunjuk maka semakin mungkin anda menikmatinya. Sebuah presentasi yang dilakukan tanpa mengekspos aksi kekerasan ataupun momok ketakutan yang biasa disuguhkan film horor thriller found-footage. Namun lebih pada kegelapan yang mengerikan sehingga nalar anda dibiarkan bermain liar tanpa batas. Overall, the theme reminds me of our own, Joko Anwar’s Modus Anomali with similar one main character is seeking for an answer. Well, the conclusion itself might be as confusing as Kentis-Lau wanted to end but surely this is type of movie that either you love it or hate it.
Durasi:
86 menit
86 menit
U.S. Box Office:
$12,555,230 till April 2012
$12,555,230 till April 2012
Overall:
7.5 out of 10
7.5 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar