XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Selasa, 21 Desember 2010

KABAYAN JADI MILYUNER : Saat Kabayan Mengejar Cinta dan Harta Ke Ibukota

Storyline:
Ketua pesantren As-Salam, Ustad Soleh merupakan sosok yang dihormati di sebuah kampung di Jawa Barat dan ia memiliki tangan kanan bernama Kabayan, pemuda lugu yang juga disukai penduduk setempat. Pada suatu hari datanglah Boss Rocky yang ingin membeli tanah kampung tersebut untuk dijadikan resort yang lengkap. Kontan kehadirannya ditolak mentah-mentah oleh warga. Namun Boss Rocky yang licik menugaskan asistennya, Iteung yang cantik untuk mendapatkan hati Kabayan. Usaha ini berhasil karena Kabayan tertipu hingga menandatangani kontrak jual beli tanpa disengaja. Sahabat setia Kabayan, Armasan terus menyemangatinya untuk berangkat ke Jakarta bertemu dengan Abah dan Ambu dari Iteung yang menuntutnya uang satu milyar untuk menikahi Iteung. Apakah Kabayan dapat memenangkan permainan ini?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh Starvision dan gala premierenya dilangsungkan di Planet Hollywood tanggal 21 Desember 2010.

Cast:
Jamie Aditya sebagai Kabayan
Rianti Cartwright sebagai Iteung
Amink sebagai Armasan
Christian Sugiono sebagai Boss Rocky
Didi Petet sebagai Abah
Meriam Bellina sebagai Ambu
Slamet Rahardjo sebagai Ustad Soleh

Director:
Karya kedua Guntur Soeharjanto di tahun 2010 ini setelah Ngebut Kawin.

Comment:
Pada awal pencetusan ide pembuatannya, proyek film ini sempat digadang-gadang akan mencetak sukses besar di tahun 2010. Apa pasal? Siapa yang tidak mengenal sosok Kabayan yang merupakan tokoh rakyat terkemuka dari Cirebon karena keluguan dan kesederhanaannya. Di layar gelas, serial televisi Kabayan yang melejitkan nama (alm) Kang Ibing bertahan cukup lama sebagai salah satu siaran favorit pemirsa. Sedangkan di layar lebar, Kabayan dan beberapa sekuelnya mempopulerkan nama Didi Petet yang kali ini terlibat juga setelah lebih dari 20 tahun absen. Terus terang saya cukup antusias menantikan film ini hingga penghujung tahun.
Sekitar 20 tahun kemudian rasanya kita sulit membayangkan siapa yang lebih cocok daripada artis segudang talenta, Jamie Aditya sebagai Kabayan masa kini. Dan Jamie menjawab tantangan itu dengan mantap dimana sosok lugu dan sederhana tetap dipertahankan tetapi ditambah dengan ekspresi 1001 wajah dan bahasa tubuhnya yang kocak itu. Penunjukkan Amink sebagai sidekick juga terasa tepat karena karakter Armasan memang cerdik nan sinis yang seringkali menjadi penunjuk bagi Kabayan. Rianti sendiri terasa pas sebagai love interest Kabayan walau kita akan melihat sedikit "pergeseran" penjiwaan Nyi Iteung di paruh pertama dan paruh kedua film. Tetap menarik di usia paruh baya, trio Slamet-Didi-Meriam dengan peranannya masing-masing.
Sutradara Guntur berhasil menyuguhkan sinematografi yang hidup mulai dari setting pedesaan Jawa Barat nan asri hingga perkotaan Jakarta nan bising. Namun skenario yang ditulis Cassandra Massardi masih memiliki kelemahan yang kentara yakni terlalu banyak menyajikan hal-hal komikal yang seringkali tidak relevan dengan bangunan utama cerita. Kreatifitas yang berbau komedik memang sah-sah saja asal tidak merusak esensi secara keseluruhan apalagi untuk mengangkat tokoh rakyat yang sudah sedemikian populer ini.
Harus diakui saya sangat menikmati 50 menit pertama film ini saat Kabayan masih di "sarang"nya. Konsep natural sangat tertata apik seperti menggembalakan ternak, bermain seruling, wayang orang dsb. Namun setelah berpindah ke Metropolitan, plot cerita seakan berbalik 360 derajat dimana absurditas sedikit menantang logika penonton untuk tetap antusias mengikutinya. Bagaimanapun juga Kabayan Jadi Milyuner tetaplah sebuah tontonan semua umur semua kalangan yang akan menghibur anda dengan gelak tawa ala 80an plus lantunan suara Melly Goeslaw yang berbeda dari biasanya itu. Siap untuk bernostalgia?

Durasi:
110 menit

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:
6-sampah!
6.5-jelek ah
7-rada parah
7.5-standar aja
8-lumayan nih
8.5-bagus kok
9-luar biasa

1 komentar:

Admint CP mengatakan...

sayang sekali harus kekota, kenapa nggak pakai cerita yang 100% desa aja, Publikasi kurang di surabaya, jadi kayaknya nggak box office. masih kalah dengan dalam Mihrab Cintanya Dude herlino.