XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label sule. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sule. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 Juni 2012

SULE AY NEED YOU : Sitkom Low Profile Butuh Sule


Quotes:
Ayla: Emangnya kalo Ay belum punya pacar, kang Sule mau?

Nice-to-know:
Film yang diproduksi oleh E-Motion Entertainment ini press conference dan gala premierenya diadakan di Plaza Indonesia XXI pada tanggal 23 Mei 2012.

Cast:
Sule sebagai Sule
Titi Kamal sebagai Ayla
Andre Taulany sebagai Andre
Parto sebagai Parto
Nunung Srimulat sebagai Romlah
Indro Warkop sebagai Rozak Tambunan
Agus Kuncoro sebagai Benny
Dicky Chandra sebagai Uak Salim / Paman Sule

Director:
Merupakan debut penyutradaraan Cuk FK.

W For Words:
Entis Sutisna awalnya hanyalah seorang penjual jagung rebus keliling kampung sekaligus ayam goreng dan kebaya. Nasib baik mengantarkannya menjadi pemenang API 1 bersama dengan Ogi Suwarna dan Obin Wahyudin yang tergabung dalam grup lawak SOS pada tahun 2005. Kini pria yang dikenal dengan nama Sule tersebut membintangi film layar lebar keduanya setelah Arwah Kuntilanak Duyung (2011) milik KK Dheeraj. Kabar baik lain adalah keterlibatan penulis senior Jujur Prananto sebagai penata skrip disini.

Mengingat ayahnya yang jatuh miskin karena menghabiskan uang untuk mengkampanyekan diri sebagai lurah, Sule diminta ibunya untuk berangkat ke Jakarta mencari uak Salim yang kaya raya. Sule yang lugu lantas malah menempatkan dirinya dalam situasi serba salah. Kekurangan uang membuatnya bekerja pada Romlah, istri polisi baik hati bernama Parto yang sempat menangkapnya. Tak lama kemudian, Sule berkenalan dengan Ayla, anak pengusaha terkenal yang tengah maju dalam pencalonan, Drs. Andre MHT MSc. Kebetulan demi kebetulan membawa Sule mengenali orang-orang sekitarnya sekaligus mencari tahu apa yang sesungguhnya ia inginkan dalam hidupnya.

Sule dapat dikatakan cukup beruntung menjadi tokoh sentral dalam film yang dikerubuti oleh komedian papan atas tahun 90an. Bukan hanya satu melainkan enam yang ia perankan disini, coba anda teliti dan sebutkan satu persatu. Ia tak hanya membawakan slapstick yang disengaja memancing tawa tetapi sebagian diantaranya merupakan naturalisasi komedi yang terbangun oleh situasi. Terima kasih akan kayanya karakterisasi yang saling bertautan mendukung bangunan utama cerita yang disajikan.

Gaya penyutradaraan Cuk FK memang mengingatkan kita akan sitkom lawas tahun 90an seperti Gara-Gara, Si Doel Anak Sekolahan dsb yang kelucuannya terasa wajar dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Masih ingat dengan kampung Sukasararean dalam Kawin Kontrak (2008)? Nah setting lokasi yang sama kembali muncul disini. Perpindahan dari satu subplot ke subplot lain tergolong mulus karena berjalan beriringan sehingga penonton tidak merasa “hilang” di tengah-tengah. Good job!

Benang merah percintaan beda status sosial yang menjadi konflik utama disuguhkan tanpa dramatisasi berlebihan. Sule tetaplah Sule yang bersahaja dari kampung sedangkan Ayla tetaplah Ayla yang kurang kasih sayang dari keluarga berada. Interaksi keduanya memang tidak tergali maksimal tetapi cukup menjelaskan situasi yang terjadi di antara keduanya. Sejak awal, penonton memang sudah dituntun untuk bersimpati pada karakter Sule yang santun, lugu nan jujur tapi selalu bernasib kurang baik itu. Dilema yang dihadapinya untuk bertahan hidup di desa dan di kota menjadi pertimbangan tersendiri.

Sule, Ay Need You adalah komedi situasi murni yang dibuat secara “benar” dengan tujuan menghibur. Suatu hal yang patut diapresiasi karena agak terlupakan oleh sineas-sineas kita yang kerapkali berupaya terlalu keras mengadaptasi formula yang itu-itu saja termasuk memanusiakan pocong sekalipun.
Sempilan hit-hit “ringan” dari Titi Kamal memang sudah diprediksi sebelumnya tapi tidak sampai mengganggu. Akting Parto dan Nunung menjadi favorit saya pada kesempatan ini. Namun Sule jelas “nyawa” yang berhasil mengangkat film ini dengan citarasa low profile yang apa adanya. Yes, we need this kind of movie once in a while!

Durasi:
98 menit

Overall:
7 out of 10
Movie-meter:
 

Kamis, 08 Desember 2011

ARWAH KUNTILANAK DUYUNG : Suami Penyiksa Kuntilanak Duyung Pembalas

Tagline:
Tepat di kilometer sembilan puluh tujuh
Jalan tol cipularang di selimuti ratapan pilu
Tepat di tempat haus darah itu
Arwah kuntilanak duyung menunggumu


Storyline:
Di sebuah pantai, Linda dan Ardo bertemu dan saling jatuh cinta. Demi masa depan mereka berdua, Ardo membangun Villa Linda disana atas rekomendasi Jali untuk hidup berbahagia bersama istri tercinta. Adalah dua pembantu kocak yang mendampingi keduanya yaitu Ayu dan Odong. Sementara itu tukang ojek sepeda paruh baya Amat tanpa sengaja membuang ari-ari bayi ke pantai sehingga mengundang Aisha, kuntilanak duyung penunggu pantai setempat. Sejak saat itulah Amat dan Sule yang rajin mangkal seringkali menjadi sasaran gangguan. Apa yang sesungguhnya diinginkan Aisha?

Nice-to-know:
Diproduksi oleh K2K Productions dimana syutingnya diselesaikan sebelum Ramadhan lalu.

Cast:
Dewi Perssik sebagai Aisha
Saipul Jamil sebagai Jali
Entis Sutisna alias Sule sebagai Sule
Pretty Asmara sebagai Ayu
Afdhal Yusman sebagai Ardo
Dian Widiantoro sebagai Linda

Director:
Merupakan film keenam bagi Yoyok Dumprink sekaligus yang kelima di tahun 2011 ini setelah Pacar Hantu Perawan.

Comment:
Mari terjemahkan kata per kata judul film ini versi saya, jadi dilarang protes. Arwah adalah intisari dari tubuh fisik perempuan. Kuntilanak identik dengan makhluk halus berwujud perempuan yang meninggal saat tengah mengandung. Sedangkan duyung adalah ikan berkepala manusia yang biasanya perempuan. Persamaan dari ketiga kata tersebut adalah perempuan. Lantas jika ketiga kata tersebut dipersatukan, konsepnya dapat diartikan perempuan jadi-jadian. Setuju saja deh dengan KKD kali ini!
Entah siapa yang patut dipersalahkan atas ide brilian skrip yang tak dapat dipertanggungjawabkan itu. Bagaimana empat tempat yang berbeda mulai dari vila, hutan, pantai, tol Cipularang dapat dihubungkan begitu saja tanpa korelasi yang jelas. Mungkin Doraemon harus mengecek pintu kemana saja nya apakah digunakan tanpa ijin oleh KKD? Yang pasti dengan gaya bercerita loncat-loncat ala bajingan eh bajing, Yoyok Dumprink berusaha menciptakan momok dari kuntilanak naik ojek sepeda (DP), kuntilanak duyung (DP lagi) dan pocong banci (untung bukan DP).

Samasekali tidak ada penjelasan masuk akal bagaimana seorang wanita yang tengah mengandung mati dibunuh lalu dibuang ke laut lantas menjadi kuntilanak air yang kemudian diperhalus menjadi kuntilanak duyung? Asumsi liar saya mulai berkelana. Lantas twist di akhir cerita yang berusaha menjawab misteri tol Cipularang KM 97 dihadirkan dengan adegan bulan purnama di belahan langit malam saja. Sungguh sebuah masterpiece!
Ricuh “drama king” Saipul Jamil yang sempat memprotes pemasangan tulisan Tol Cipularang KM 97 besar-besar dalam posternya ternyata tidak diimbangi oleh akting yang baik. Jika di kemudian hari ia mempersalahkan LSF yang memangkas adegan seks “brutal” nya itu, saya tidak heran. Dewi Perssik tampaknya sudah semakin “nyaman” bekerjasama dengan KKD dalam beberapa film terakhirnya. Baik sebagai wanita biasa atau hantu luar biasa, ia tidak berkeberatan, termasuk mengenakan kostum duyung emas yang untungnya tidak sampai memalukan.

Debut Sule disini setidaknya sedikit menyelamatkan film. Gaya humornya yang fresh di layar lebar cukup mampu memancing tawa berkali-kali. Adegannya membonceng kuntilanak dengan sepeda di tengah hutan malah mengingatkan saya akan sosok (alm.) Suzanna dan Muni Cader di film-film horor lawas. Karakter Ayu dan Odong rasanya ditakdirkan menjadi perusak mata dengan banyaknya syut close up yang mempertontonkan bulu dada dan beha-kolor Pretty yang triple XL itu. Sedangkan tokoh Linda Ardo sudah ditakdirkan menjadi pelengkap derita saja terlepas dari apapun yang mereka lakukan.
Satu-satunya nilai plus Arwah Kuntilanak Duyung adalah originalitas seorang KK Dheeraj yang biasanya “mencontek” itu. Bahkan kreatifitasnya diganjar dengan acknowledgement yang membuat film ini konon akan diremake oleh Hollywood menjadi sebuah sains fiksi horor yang lain daripada biasanya. Apapun hasilnya kelak, kita sebagai masyarakat penikmat film local tidak perlu berbangga hati dahulu. Namun sebaiknya merasa malu jika di penghujung tahun 2011 ini masih dijejali dengan ide “gabrukan” semacam ini. Teruskanlah mengikik Dewi Perssik sembari dikritik!

Durasi:
77 menit

Overall:
6 out of 10

Movie-meter: