XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label ranbir kapoor. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ranbir kapoor. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 01 Juni 2013

YEH JAWAANI HAI DEEWANI: Crazy Youth In Love Chasing Dreams



Quote:
Bunny:
In life there must be a little bit of minced mutton with bread, chicken drumsticks and hakka noodles, right?

Nice-to-know:
Judul film yang berarti This Youth Is Crazy ini rilis di India pada tanggal 31 Mei 2013 sama dengan Blitzmegaplex Indonesia.

Cast:
Deepika Padukone sebagai Naina
Ranbir Kapoor sebagai Bunny
Aditya Roy Kapoor sebagai Avi
Madhuri Dixit sebagai Mohini
Kalki Koechlin sebagai Aditi
Kunaal Roy Kapur sebagai Taran

Director:
Merupakan film kedua Ayan Mukherjee setelah  Wake Up Sid (2009).

W For Words:
Terus terang saya belum mempunyai banyak referensi untuk standar komedi romantis Bollywood berkualitas selama beberapa dekade terakhir. Judul yang paling memorable tentu saja Kuch Kuch Hota Hai (1998). Nyatanya sebelum itu ada Dilwale Dulhaniya Le Jayenge (1995) dengan pasangan bintang yang sama, Shah Rukh Khan dan Kajol yang katanya menginspirasi keluaran terbaru Dharma Productions ini. Daya tariknya pun tidak kalah yakni Ranbir Kapoor dan Deepika Padukone, dua dari sedikit bintang muda sedang bersinar yang uniknya pernah berkencan di dunia nyata selama setahun pada 2008 lalu. 

Kabir alias Bunny adalah pemuda idola kampus yang penuh semangat meski tumbuh dalam pengawasan ketat ayah kandung dan ibu tirinya. Bersama kedua sahabatnya Abhi dan Aditi, mereka merencanakan trekking ke Manali. Adalah Naina, siswi kedokteran yang nyaris tidak tahu bagaimana bersenang-senang akhirnya memenuhi ajakan Aditi demi menghindari kejenuhan. Bunny dan Naina yang pernah sekelas semasa sekolah mulai dekat dan berbagi mimpi masing-masing. Perjalanan tersebut lantas mengubah jalan hidup keempatnya hingga bertemu kembali delapan tahun kemudian.
Skrip yang dikerjakan Ayan Mukherjee dengan bantuan Hussain Dalal untuk dialognya ini terbilang masih menggunakan pendekatan ‘lawas’ yaitu anak yang berupaya keluar dari kungkungan orangtua, tema yang sebenarnya amat lekat untuk periode pra abad ke-21. Pendalaman karakter Bunny dan Naina dewasa pun kurang maksimal, hanya terbatas pada satu dua tendensi yang numpang lewat. Bisa jadi dikarenakan porsi remajanya sudah demikian dominan. Alhasil penonton kesulitan ‘masuk’ pada konflik sesungguhnya sebelum memutuskan apakah keduanya layak bersama atau tidak pada akhirnya.

Mukherjee di kursi sutradara sukses menyuguhkan film yang good looking, mengingatkan kita pada trademark Karan Johar yang kali ini duduk di bangku produser. Paruh pertama yang mengalir dinamis agaknya tidak diimbangi oleh paruh kedua yang sedikit predictable meski terjadi pergolakan emosi yang lebih kentara. Tata artistik, make-up hingga kostum dikerjakan secara maksimal. Belum lagi sinematografi mumpuni dari Maniknandan yang menangkap lanskap Manali dengan luar biasa, termasuk puncak bukit Jodhpur itu. Suguhan musik enerjik dari Pritam kian menyempurnakan. 
Keunggulan film tak dipungkiri terletak pada jajaran castnya. Ranbir menghidupkan sosok Bunny dengan gemilang. Simpatik, penggoda tapi tidak kehilangan pegangan terhadap mimpinya. Deepika berhasil mengubah imej Naina yang geek menjadi super sexy tanpa harus mengorbankan kecerdasannya. Keduanya mampu membangun chemistry yang loveable yet inspirative on screen. Aditya menjadi supporting yang solid sebagai Avi yang banyak bergantung pada sahabatnya. Kalki yang berdarah Perancis juga mencuri perhatian sebagai Aditi, gadis tomboi berkepribadian unik.

Yeh Jawaani Hai Deewani mungkin satu dari sangat sedikit contoh film dimana materi terbatas tetap mampu dipresentasikan secara memukau. Terima kasih terhadap jerih payah aktor-aktris yang terlibat di dalamnya meski karakterisasinya agak satu dimensi. Andai saja skripnya lebih matang dengan penjabaran konflik yang lebih modern, niscaya hasilnya akan lebih wow lagi. Setidaknya anda bisa mengambil ‘pelajaran’ dengan senyum lebar bahwa mengejar mimpi memang butuh pengorbanan yang tidak sedikit. Pada akhirnya itu menjadi sebuah pilihan hidup dengan berbagai konsekuensinya.

Durasi:
159 menit

Asian Box Office:
Rs 62.11 crore in first week in India

Overall:
8 out of 10

Movie-meter:
 

Sabtu, 15 September 2012

BARFI! : Unconditional Loves Within Silent Beautiful Canvas

Quotes: 
His parents named him Murphy, but everyone calls him Barfi.


Nice-to-know: 
Awalnya Katrina Kaif dicasting sebagai narator tetapi membatalkannya tanpa alasan yang jelas. Kemudian 'Ileana D'Cruz terpilih untuk bergabung.

Cast: 
Ranbir Kapoor sebagai Barfii
Priyanka Chopra sebagai Jhilmil Singh
Ileana D’cruz sebagai Shruti
Haradhan Bannerjee sebagai Dadu
Sumona Chakravarti
Roopa Ganguly

Director:
Merupakan
feature film kedelapan bagi Anurag Basu setelah Kites (2010).

W For Words: 
Indonesia cukup beruntung mendapatkan kesempatan yang sama dengan India untuk menyaksikan produksi UTV Motion Pictures ini pada tanggal 14 September 2012 lewat jaringan bioskop Blitzmegaplex. Garis besar plotnya sendiri berkisar mengenai pernyataan abadi bahwa cinta itu buta. Barfi memang tidak buta tetapi ia tuli, tetap tidak menyurutkan semangatnya untuk mengejar cinta sejati terlepas dari rasa pesimistis orang-orang di sekitarnya. Inilah film yang digadang-gadangkan akan mewakili India dalam ajang Academy Awards 2013 kategori Film Berbahasa Asing Terbaik.

Murphy lahir dalam kondisi tuli yang lantas berdampak pada kebisuannya kelak. Satu-satunya kata yang bisa diucapkannya adalah Barfi yang kemudian menjadi nama panggilannya. Keluarganya yang miskin tetap hidup bahagia di rumah sederhana tepi bukit Darjeeling. Pertemuan dengan Shruti yang sudah bertunangan membuat Barfi jatuh cinta. Selain itu, Barfi juga berteman dengan Jhilmil, putri konglomerat yang menderita autis. Ketika Jhilmil menghilang, inspektur polisi malah mencurigai campur tangan Barfi yang diduga terlibat kasus penculikan dengan motif tebusan.
 
Skrip karya Anurag Basu dan Sanjeev Datta ini sebetulnya bisa saja terjebak dalam drama percintaan klise yang melankolis. Untungnya hal itu tidak terjadi. Perjalanan ruang dan waktu selama tiga masa mulai dari 1978, 1972 hingga 2012 menjelaskan evolusi hubungan ketiga karakter utamanya. Bagaimana rasa cinta, harapan, kekecewaan, penerimaan mampu berkolaborasi menciptakan suatu siklus panjang yang sangat emosional. Narasi Shruti yang juga menggunakan sudut pandang dirinya bertutur secara detil tanpa memihak.

Sutradara Basu mengawali film layaknya mimpi indah dimana perkenalan terhadap dunia Barfi yang naïf dan sunyi dilakukan secara ceria dan penuh warna. Sinematografer Ravi Varman menunaikan tugasnya dengan baik dalam menyuguhkan visualisasi Bengal Utara alias Darjeeling. Sayangnya di paruh kedua mengalami penurunan dimana cinta segitiga itu dibumbui dengan intrik yang tidak efektif dan ending yang mudah diterka. Perubahan mood signifikan yang juga turut menjebloskan penonton ke dalam penjara gelap nan depresi. Setidaknya dukungan musik gitar dan akordion dari Pritam Chakraborty serta tata kostum dari Aki Narula dan Shefalina masih cukup solid.
 
Ranbir Kapoor kembali menyajikan akting kelas festival dengan penjiwaan Barfi yang luar biasa mulai dari bahasa tubuh hingga ekspresi yang simpatik, mengingatkan anda pada Charlie Chaplin. Priyanka Chopra mendapat tantangan besar di luar kebiasaannya dengan peran Jhilmil yang autis. Ia melakukannya dengan wajar tanpa terlihat dibuat-buat dan tetap terlihat manis. Pendatang baru Illeana D’Cruz menjiwai tokoh Shruti dengan emosi yang terjaga meskipun digambarkan menentang norma sosial sekaligus kata hatinya sendiri. Chemistry antar ketiganya juga terbangun sempurna dalam tradisi unconditional love yang ortodoks.

Barfi akan menggugah anda, tanpa harus dikondisikan untuk itu. Film India yang sedikit mengadopsi gaya Perancis ini meleburkan semua elemen perasaan ke dalam sebuah kanvas cinta yang diwarnai pertemuan dan perpisahan lewat siklus yang berulang-ulang. Anda mungkin menemukan kemiripan referensi dengan The Notebook (2004) ataupun The Curious Case of Benjamin Button (2008). Apabila kebisuan mampu “berbicara” lewat senyum tulus dan sikap ikhlas tentu tak ada alasan bagi anda untuk tidak jatuh cinta pada sosok Barfi. A tender portrayal of a charming unlucky man who will inspire you the most!

Durasi: 
120 menit

Overall: 
8 out of 10

Movie-meter:



Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent 

Rabu, 16 November 2011

ROCKSTAR : Ambisi Bintang Rock Cinta Seumur Hidup

Quotes:
Jordan: Halo masa muda yang beringas!


Storyline:
JJ yang naïf bercita-cita menjadi pemusik handal. Tak kunjung sukses, ia menuruti saran bahwa jika ingin maju maka harus mengalami patah hati terlebih dahulu. JJ mendekati gadis populer di kampusnya, Heer yang digambarkan “sempurna”. Meski awalnya ditolak mentah-mentah, Heer akhirnya meminta JJ menemaninya “bertualang” sebelum menikah di Ceko. Kedekatan keduanya membuat perubahan situasi sekaligus pendewasaan diri. Pertemuan kembali bertahun-tahun setelahnya dalam kondisi yang jauh berbeda tidak menghindari cinta dimana JJ telah menjelma sebagai bintang rock Jordan sedangkan Heer sudah menjadi istri yang mapan.

Nice-to-know:
Sutradara Imtiaz Ali awalnya menginginkan Kareena Kapoor untuk bermain sebagai Heer. Namun karena Kareena bersaudara sepupu dengan Ranbir, maka diputuskan Nargis Fakhri untuk mengisinya.

Cast:
Ranbir Kapoor sebagai Janardan Jakhar / Jordan
Nargis Fakhri sebagai Heer Kaul
Shammi Kapoor sebagai Ustad Jameel Khan
Shikha Jain sebagai Meena

Director:
Merupakan film keempat Imtiaz Ali setelah terakhir Love Aaj Kal (2009).

Comment:
Lagi-lagi kisah cinta. Sebuah formula lawas Bollywood yang telah diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Yang berbeda hanyalah frame yang digunakan, bisa action atau comedy yang paling umum sekalipun. Kali ini Imtiaz Ali yang juga bertindak sebagai penulis skrip nya menggunakan pendekatan musik dalam diri seorang pemuda yang memiliki idealisme sebagai bintang rock sesuai idolanya.
Ranbir Kapoor merupakan pilihan yang tepat bagi peran JJ alias Jordan. Ia berlatih gitar sungguhan di studio music A.R. Rahman selama berhari-hari hingga membaca novel biografi Kurt Cobain sebagai interpretasi karakternya. Transformasinya benar-benar terlihat dari mahasiswa Janardan Jakhar yang naïf menjadi bintang rock populer Jordan yang berperangai keras. Bahasa tubuhnya saat manggung terlihat meyakinkan selain kerapuhannya sebagai pria biasa yang mencintai satu wanita dalam hidupnya.
Mantan gadis America’s Next Top Model season 2004, Nagis Fakhri melakukan debutnya dengan baik. Kecantikannya melebur alami dalam peran Heer yang berbakat dan telah memilih jalan hidupnya sendiri sejak usia muda tanpa menyadari bahwa ia tidak pernah jatuh cinta yang begitu dalam. Begitu merasakannya, semua seakan terlambat karena ia telah memutuskan dan tidak ada jalan untuk kembali. Kepiawaiannya menari juga sukses menyihir para penonton pria di awal-awal film.

Sutradara Ali menyatukan setiap aspek dalam film dengan gemilang. Pengembangan karakter dalam filmnya sangat terasa dari waktu ke waktu sehingga penonton diajak untuk mengenal Jordan dan Heer secara personal. Sinematografinya memuaskan dengan berbagai setting mulai dari Universitas New Delhi, Kashmir hingga Prague dengan keindahan masing-masing. Tidak lupa menyebut tangan dingin A.R. Rahman yang menghadirkan hit-hit menarik yang disesuaikan dengan chapter perjalanan hidup seorang Jordan.
Rockstar berhasil menerjemahkan multi emosi yang melingkupi para karakternya dengan tajam melalui pemaparan konflik yang semakin meningkat. Belum lagi mood yang terbangun maksimal lewat scoring musik nan indah. Inilah alasan anda menyukai film ini sekaligus belajar bahwa cinta dan ketenaran jelas memiliki efek yang saling terkait satu sama lain. Belum lagi kepuasan diri sendiri kerapkali tidak seimbang dengan realita yang terjadi di sekeliling anda. Well done, Ali who direct brilliantly & Kapoor whose act stole the show including every various concert venues!

Durasi:
155 menit

U.S. Box Office:
$612,235 opening week in mid Nov 2011

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent