XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label jonathan levine. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jonathan levine. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Maret 2013

WARM BODIES : Skeptically Good Zom-Com Into Lives


Quotes:
Nora: You miss him... like a boyfriend... you miss your zombie boyfriend?

Nice-to-know:
Kisah ini secara tidak langsung didasari oleh "Romeo and Juliet". "R" = "Romeo"; "Julie" = "Juliet; "Perry" = "Paris"; "M/Marcus" = "Mercutio"; "Nora" = Juliet's "Nurse".

Cast:
Nicholas Hoult sebagai R
Teresa Palmer sebagai Julie
Analeigh Tipton sebagai Nora
Rob Corddry sebagai M
Dave Franco sebagai Perry
John Malkovich sebagai Grigio

Director:
Merupakan feature film keempat bagi Jonathan Levine setelah 50/50 (2011) yang menuai banyak pujian dan penghargaan itu.

W For Words:
Cermati poster dan penggunaan judul film ini, anda harusnya dapat merasakan suguhan yang berbeda. Ya. Bagaimana cinta remaja tampil dalam format yang ‘nyeleneh’ yaitu antara manusia dan zombie, lengkap dengan berbagai pakem familiar yang dikreasikan sedemikian rupa untuk memberikan nuansa baru. Ide ini muncul dari Isaac Marion lewat novel berjudul sama yang dipublikasikan pada tahun 2010. Bukan rahasia pula jika Marion yang mengagumi roman sepanjang masa Romeo & Juliet turut memasukkan beberapa elemen tersebut ke dalam ceritanya. Interesting, right?

Populasi manusia di masa depan membentengi wilayah untuk bertahan hidup dari kawanan zombie yang siap memangsa mereka. Saat bergerilya mencari obat-obatan, Julie bersama sang kekasih Perry dan teman-temannya diserang. Adalah zombie muda R yang menewaskan Perry dan mengambil ‘memori’ dari otaknya. Seketika ia jatuh cinta pada Julie yang kemudian diselamatkannya. Lambat laun terjadi interaksi unik di antara keduanya. Kehadiran Julie kian memanusiakan R hingga wajah dunia bisa jadi berubah. Namun kumpulan tengkorak zombie tak tinggal diam.
 
Rasanya tepat mempercayakan Jonathan Levine menulis sekaligus menyutradarai film ini. Visi pemuda bertalenta yang satu ini memang tak jarang menyinggung Twilight saga (2008-2012) yang ‘mengawinkan’ manusia dengan vampir. Jangan buru-buru melakukan justifikasi karena isu kehidupan dan segala isinya juga menjadi faktor penguat yang tak bisa dipandang sebelah mata. Alih-alih menggelorakan percintaan muda-mudi yang ‘cheesy’, ia malah membangun rasa lewat serangkaian proses natural mulai dari keterasingan, kecanggungan sampai penerimaan.

Setting lokasi juga dibangun Levine sedemikian rupa demi menyesuaikan keadaan ‘post-apocalyptic’ Amerika yang berantakan. Lihat saja lima belas menit pertama yang captivating itu dimana dunia diperkenalkan secara langsung oleh karakter R yang berjalan keliling kota seorang diri. Interaksi dan dialog yang tercipta memang minim tapi sudah cukup maksimal dalam mempertahankan ritme film. Dukungan tembang-tembang lawas dari Scorpions, Bob Dylan, John Waite, Roy Orbison, Bruce Springsteen dsb mungkin akan lebih memanjakan penonton dewasa.
 
Nicholas Hoult tampaknya memiliki masa depan yang cerah di Hollywood. Peran R cukup menantang baginya dan ia terbilang berhasil menjiwainya. Saya menyukai ‘transformasi’ yang begitu terlihat melalui gaya bicara dan bahasa tubuh. Tak mudah memberi nyawa pada tokoh mati seperti itu. Lupakan dandanan yang mirip dengan Kristen Stewart, Teresa Palmer menokohkan Julie dengan lugas, berani dan mau berjuang untuk sesuatu yang diyakininya. Saya menyukai Corddry dan Tipton sebagai sidekick di sini. Sedangkan Malkovich masih terlalu stereotype sebagai ayah Julie yang tak kenal kompromi. 

Warm Bodies adalah tontonan alternatif yang menyenangkan. Karakter-karakternya meski tak terlalu dikembangkan maksimal tetap mampu menghangatkan hati penonton. Semua bumbu satir sosialnya ditakar secara pas, romansanya tidak menye-menye, komedinya enggan berlebihan dan horornya juga tak sampai berdarah-darah. Twist manis nan kreatif diselipkan di akhir kisah. Kunci untuk menikmati produksi Summit Entertainment ini adalah percaya dan open-minded. Yakinlah bahwa segala sesuatu yang sudah hancur masih dapat diperbaiki. Yes, this witty quirky one is skeptically good zom-com!

Durasi:
98
menit

U.S. Box Office:
$58.243.441
till Feb 2013

Overall:
8 out of 10

Movie-meter:

Minggu, 11 November 2012

50/50 : Cancer Movie With Tears, Laughs and Life Lessons


Quotes:
Adam: See, but... that's bullshit. That's what everyone has been telling me since the beginning. "Oh, you're gonna be okay," and "Oh, everything's fine," and like, it's not... It makes it worse... that no one will just come out and say it. Like, "hey man, you're gonna die."


Nice-to-know: 

Joseph Gordon-Levitt benar-benar membotaki kepalanya selama syuting. Bersama Seth Rogen, mereka berimprovisasi sambil direkam walau adegan yang dimaksud tidak ada dalam skrip. 

Cast: 

Joseph Gordon-Levitt sebagai Adam
Seth Rogen sebagai Kyle
Anna Kendrick sebagai Katherine
Bryce Dallas Howard sebagai Rachael
Anjelica Huston sebagai Diane
Serge Houde sebagai Richard
 


Director: 

Merupakan feature film ketiga bagi Jonathan Levine setelah The Wackness (2008).

W For Words: 
Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian di dunia dimana jumlah penderitanya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sudah banyak film yang mengangkat tema serupa, beberapa di antaranya yang memorable adalah Dying Young (1991), Biutiful (2010) atau Terms of Endearment (1993) yang sempat disebut-sebut dalam film ini. Dua nominasi di ajang Golden Globe 2012 untuk kategori Best Motion Picture – Comedy or Musical dan Best Performance by an Actor in a Motion Picture - Comedy or Musical untuk Joseph Gordon-Levitt tentu bukan prestasi sembarangan. Tak ada salahnya anda menyaksikan yang satu ini walau terlambat diputar di bioskop-bioskop Indonesia sekalipun.

Adam di usia 27 tahun adalah pemuda bergaya hidup sehat dan taat peraturan. Suatu hari ia memeriksakan diri ke dokter karena gangguan kesehatan yang berujung pada diagnosa tumor/kanker langka yaitu Schwannoma neurofibrosarcoma. Operasi pengangkatan yang dilakukan kemudian memiliki resiko keberhasilan lima puluh persen saja. Untuk itu ia berkonsultasi dengan terapis muda Katherine sambil mendapat dorongan semangat sahabat setianya Kyle dan ibunya yang dramatis, Diane. Berhasilkah Adam menghadapi tekanan berat dimana sisa waktunya mungkin tidak banyak lagi?

Penulis skrip Will Reiser berhasil menuangkan kisah hidupnya sendiri dengan kemiripan situasi dalam tokoh Adam. Itulah sebabnya perjalanan yang ada terasa jujur dan bermakna. Berbagai subplot yang sempat mengintervensi tidak mengganggu tapi memberikan pemahaman lebih dari sudut pandang yang berbeda. Bagaimana Adam menyikapi garis takdirnya sendiri sebagai pilihan, positif atau negatif. Bagaimana orangtua, sahabat, kekasih dan orang-orang di sekitarnya merespon kemalangan Adam sesuai dengan karakteristik masing-masing yang amat manusiawi.

Tugas Levine sebagai sutradara jelas tidak mudah karena subyek yang ditanganinya cenderung sensitif. Untuk itu ia berusaha “meringankan” nuansa gelap atau depresi dengan sempilan komedi satir yang cukup efektif memancing tawa getir. Perubahan tone secara simultan dari drama ke komedi atau sebaliknya memang tidak mudah apalagi bisa mempengaruhi keseimbangan film. Oleh karena itu paruh terakhir film menjadi sedikit terganggu apakah harus memfokuskan diri pada Adam pribadi atau substansi hubungan yang dimiliki dengan orang-orang di sekelilingnya.
Beruntung penampilan aktor-aktris disini terbilang spesial. Gordon-Levitt memberikan kompleksitas emosional yang dibutuhkan pada karakter Adam. Seseorang yang biasa hidup lurus dan teratur diajak untuk moody dan spontan. Rogen menjiwai tokoh “get going” secara menyenangkan dimana joke kasar dan pikiran kotornya sangat kontradiktif dengan sohib kecilnya tersebut. Kendrick menjembatani kecanggungan hubungan terapis-pasien dengan believable walau kepedulian di luar batas normalnya sebenarnya tidak masuk akal. Dallas Howard terampil memerankan tipikal gadis cantik oportunis. Sama halnya dengan Huston yang cekatan menghidupkan sosok ibu overprotektif yang menanggung beban berat.  

Kualitas film yang di atas rata-rata mengingatkan saya akan Juno (2007) dengan warna yang kurang lebih sama. Ragam interaksi yang sangat membumi jelas saling mendukung dengan reaksi yang diharapkan dari seorang penderita kanker. Tebaran dialog cerdas, natural, hangat dan konyol akan menghadirkan tawa dan haru secara bersamaan dalam diri penonton. Simpati deras mengalir terhadap tokoh Adam yang sebetulnya bingung harus senang atau sedih. Kanker memang tak pernah mudah untuk dihadapi tapi jelas butuh semangat untuk melaluinya, sekecil apapun kemungkinannya. This is a perfect example to learn about it and be grateful for what you already have.

Durasi:
100 menit 

U.S. Box Office: 

$35,014,192 till Dec 2011

Overall:
8 out of 10

Movie-meter:

Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent