XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label hugo weaving. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hugo weaving. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 September 2011

CAPTAIN AMERICA : THE FIRST AVENGER Kiprah Awal Tentara Pemimpin Bertameng

Quote:
Johann Schmidt: What makes you so special?
Steve Rogers: Nothing. I'm just a kid from Brooklyn.


Storyline:
Tahun 1942, Amerika menghadapi Perang Dunia II melawan Jerman. Steve Rogers yang bertubuh lemah dan sakit-sakitan tetap nekad mendaftar untuk militer, jiwa kepahlawanannya memang melebihi kemampuan fisiknya. Kesempatan datang saat Dr. Erksine mengajaknya bergabung dalam program rahasia Project Rebirth yang kemudian mengubah nasibnya di kemudian hari. Sayangnya rahasia tersebut berusaha dicuri oleh Hydra yang dikepalai oleh Johann Schmidt alias the Red Skull. Mampukah Steve menjalankan tanggungjawab barunya sebagai Kapten Amerika?

Nice-to-know:
Banyak nama-nama besar yang sempat dikabarkan mengisi jajaran aktor-aktris film ini sebelum batal karena berbagai alasan. Termasuk tiga nama yang sedianya menjadi sutradara yaitu Louis Leterrier, Jon Favreau dan Nick Cassavetes.

Cast:
Pernah mendukung Not Another Teen Movie (2001) di awal karirnya, Chris Evans berperan sebagai Steve Rogers alias Captain America
Angkat nama lewat serial televisi The Prisoner (2009), Hayley Atwell bermain sebagai Peggy Carter
Sebastian Stan sebagai James Buchanan 'Bucky' Barnes
Tommy Lee Jones sebagai Colonel Chester Phillips
Hugo Weaving sebagai Johann Schmidt / Red Skull
Dominic Cooper sebagai Howard Stark

Director:
Saya paling mengenal Joe Johnston dalam film petualangan keluarga Jumanji (1995).

Comment:
Marvel sangatlah populer dengan tokoh-tokoh superheronya yang berangkat dari komik hingga akhirnya diproyeksikan ke layar lebar selama satu dekade terakhir. Memang baru beberapa diantaranya, not much but already quite numbers, tapi sudah mencatat raupan dollar yang begitu tinggi sehingga tidak heran jika tren serupa akan terus berlanjut. Salah satunya yang mendapat giliran kali ini adalah karakter Steve Rogers yang menjadi pusat perhatiannya.
Duo penulis skrip Christopher Markus dan Stephen McFeely membagi hidup seorang Steve Rogers dalam 3 tahap disini. Pertama, Steve pecundang berbadan kurus tapi berjiwa besar. Kedua, Steve hasil eksperimen berbadan tegap yang diproyeksikan sebagai maskot tentara Amerika. Ketiga, Steve yang bertindak sesuai jiwa heroiknya berpartisipasi dalam peperangan melawan Jerman yang dikomandoi oleh Johann Schmidt.

Sayangnya hal-hal tersebut sudah pernah kita saksikan sebelumnya dalam berpuluh-puluh film hasil adaptasi komik superhero tanpa perlu saya sebutkan satu persatu lagi. Konsep From zero to hero! Sutradara Johnston juga tidak banyak membantu dengan alur linier yang dikembangkannya, semua serba predictable bagi penonton. Sesulit itukah membangun konflik dengan lebih cerdas atau setidaknya bermain dengan tensi yang lebih tinggi untuk memberikan suguhan yang lebih bernilai?
Secara postur, Chris Evans memang pilihan terbaik. Efek CGI yang menjadikannya kurus di bagian awal film sukses mencengangkan penonton. Namun dari segi akting, tidak banyak perbedaan yang diperlihatkannya dari karakter Human Torch kecuali sifat komediknya yang hilang samasekali disini. Penjiwaannya pun masih tergolong dangkal jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Maguire ataupun Downey, Jr sebelumnya.
Weaving pernah memukau sebagai antagonis dalam The Matrix Trilogy tetapi sebagai Red Skulls, kharismanya seakan lenyap ditutupi topeng merah ala Hellboy yang terlihat bodoh itu. Kekejamannya sebagai pemimpin Hydra tidak pernah benar-benar memancing antipasti penonton. Atwell yang bermain sebagai love interest Steve Rogers terlihat “bagus” dalam seragam Peggy Carter tetapi lagi-lagi karakterisasinya terlalu lemah dalam menciptakan percikan api romantisme yang terang benderang. Beruntung keluguan dan kesalahpahaman yang kerap dialami keduanya masih dapat menimbulkan rasa gemas tersendiri.

Bujet 140 juta dollar jelas dihabiskan untuk spesial efek yang cukup memanjakan mata. Sebut saja pistol laser biru canggih yang sanggup menghancurkan tubuh manusia dalam sekejap itu, medan peperangan yang didesain sedemikian rupa sebagai panggung baik di darat maupun di udara dan lain-lain. Semuanya dalam balutan nuansa kebiruan walau terkadang semua teknologi yang digunakan terasa terlalu canggih untuk tahun 40an.
Captain America : The First Avenger adalah sebuah repetisi dari apa yang sudah anda saksikan di tahun-tahun sebelumnya. Tidak akan meninggalkan kesan yang dalam, salahkan kedangkalan karakterisasi atau level keseriusan permasalahan yang disampaikan. Yang patut diapresiasi hanyalah kiprah seorang manusia biasa berjiwa luar biasa bernama Steve Rogers dengan tamengnya yang benar-benar ampuh melindunginya itu. Memang tidak jarang pahlawan justru muncul dalam identitas yang tidak terbayangkan sekalipun dan orang itu bisa jadi ada di sekitar anda.

Durasi:
125 menit

U.S. Box Office:
$172,272,760 till Sept 2011

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Karya seni ga boleh dibawah 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
No such perfect 9.5 or 10!

Sabtu, 02 Oktober 2010

LEGEND OF THE GUARDIANS : THE OWLS OF GA'HOOLE Saat Burung Hantu Berpetualang

Tagline:
On his way to finding a legend...he will become one.

Storyline:
Saat sedang belajar terbang dan terjatuh ke dasar hutan, dua burung hantu muda, Soren dan Kludd diculik oleh tentara St. Aggie's yang memiliki camp pelatihan burung hantu agar menjadi tentara yang handal. Kludd yang ambisius merasa dihargai dan memilih tinggal, sedangkan Soren yang lembut hati berusaha melarikan diri bersama Gylfie yang ditemuinya disana. Usaha yang tidak mudah karena Soren masih dalam tahap belajar sedangkan Nyra beserta bala tentaranya terus mengejar. Susah payah kembali ke kampung halamannya, Soren kemudian bertemu idolanya Ezylryb yang kemudian mengajarnya menjadi burung hantu sejati. Kini Soren yang baru siap menjalani petualangannya sendiri dan meneruskan apa yang diyakininya.

Nice-to-know:
Film pertama sutradara Snyder yang tidak mendapat rating Dewasa.

Voice:
Jim Sturgess sebagai Soren
Emily Barclay sebagai Gylfie
Abbie Cornish sebagai Otulissa
Essie Davis sebagai Marella
Adrienne DeFaria sebagai Eglantine
Joel Edgerton sebagai Metalbeak
Ryan Kwanten sebagai Kludd
Anthony LaPaglia sebagai Twilight
Helen Mirren sebagai Nyra
Hugo Weaving sebagai Noctus / Grimble
Sam Neill sebagai Allomere
Richard Roxburgh sebagai Boron

Director:
Mulai dikenal setelah membesut Dawn of the Dead (2004), Zack Snyder kini dianggap sebagai salah satu sutradara bertalenta yang rata-rata filmnya sukses.

Comment:
Jangan ragukan kemampuan grafis sutradara Snyder. Ia sudah membuktikannya berkali-kali lewat live-action movie sebelumnya. Bagaimana dengan animasi? Film ini adalah jawabannya. Dan sekali lagi ia menjawab tantangan itu dengan baik. Lihat bulu, paruh, kedipan mata, gerak bibir, kepakan sayap para burung hantu disini yang sangat nyata dan detail. Dipadukan dengan elemen 3D menghadirkan konsep visualisasi yang luar biasa indah apalagi dengan berbagai close-up shot. Awesome!
Dari segi cerita, nyaris tidak ada yang baru disini. Pengenalan terhadap dua saudara yang saling bersaing untuk kemudian memisahkan keduanya ke dalam sisi gelap dan terang. Otomatis konsen penonton akan jatuh pada protagonisnya yaitu Soren yang sepintas terlihat lebih lemah dan kurang ahli dibandingnya sang antagonis Kludd yang lebih kuat dan banyak kemampuan. Sturgess dan Kwanten memberikan intonasi suara yang pas ke dalam kedua karakter tersebut.
Sketsa yang lebih besar adalah keberadaan dua kubu yang juga saling bertolak belakang. Pertama ada The Aggie’s yang memiliki kekuatan misterius dari persembahan-persembahan yang dilakukan warganya. Mereka lebih terlihat sebagai negara fasis yang mengusung militerisme dengan berbagai persenjataan yang komplit.
Kedua ada Tree of Ga’Hoole yang terasa lebih beradab dan manusiawi dimana semua warganya hidup berdampingan secara aman dan damai. Mereka mewakili negara demokrat yang mengembangkan suasana kekeluargaan yang kental.
Sepanjang film anda akan disuguhi petualangan Soren dkk dalam menjalani impian masa kecilnya akan figur kepahlawanan yang nyata sekaligus memerangi tirani yang membelenggu. Saran saya saksikan film ini dalam 3D sebab memang dibuat untuk itu. Versi 2D nya terus terang menjadi kurang menggigit apalagi sosok burung hantu masih terasa asing untuk dikedepankan dalam sebuah film animasi. Dibandingkan film-film sejenis yang sudah lebih dahulu beredar. Legend of the Guardians : The Owls of Ga’Hoole tidaklah terlalu istimewa tetapi sangat memanjakan mata.

Durasi:
90 menit

U.S. Box Office:
$16,112,211 in opening week end of Sep 2010

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent