XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label apinya sakuljaroensuk. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label apinya sakuljaroensuk. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 14 Juli 2012

I MISS YOU : When Overlong Move-On Has Fear To Face


Quotes:
Bee: Jika kau hanya ingat hal yang membahagiakan, kau tak akan pernah bisa melepas kesedihan.

Nice-to-know:
Film yang berjudul asli Rak Chan Yaa Khid Tueng Chang rilis di Thailand pada tanggal 31 Mei 2012 yang lalu.

Cast:
Jesdaporn Pholdee sebagai Dr. Thana
Apinya Sakuljaroensuk sebagai Bee
Natthaweeranuch Thongmee sebagai Dr. Nok
Inthira Charoenpura

Director:
Monthon Arayangkoon sebelumnya menangani Big Boy (2010).

W For Words:
Thailand pernah dikenal sebagai produsen horor Asia berkualitas tapi belakangan semakin tenggelam oleh pakem komedi romantik yang sedang laris-larisnya beberapa tahun terakhir. Tahun ini sutradara Monthon Arayangkoon kembali dengan genre yang membesarkan namanya. Premisnya tidak asing lagi yaitu cinta segitiga antara satu pria dan dua wanita dimana salah satunya adalah hantu. Dua bintang utamanya sudah tidak asing lagi yaitu Jesdaporn yang tampan dan Apinya yang cantik. Kombinasi yang menarik bukan?

Staf rumah sakit Bee mengetahui rahasia gelap Dr. Thana. Konon 2 tahun lalu, atasannya itu berpacaran dengan sesama dokter dimana mereka akan menikah sebelum kecelakaan maut merenggut nyawa Nok. Kesedihan tak bisa dihapus begitu saja sehingga Tana selalu menganggap Nok masih ada di sekitarnya. Bee sepakat membantu Tana untuk menata hidupnya kembali atas dorongan orang-orang terdekatnya. Namun arwah Nok tidak senang dan menghantui semua wanita yang berusaha mendekati Tana. Bee pun dihadapkan pada pilihan sekaligus mencari tahu rahasia gelap keduanya di masa lalu.

Lagu cinta cengeng dari Boyd Koysibong menjadi latar belakang film yang repetitif dari awal sampai akhir, layaknya tape rusak yang lama-kelamaan membuat anda jengah. Sutradara Arayangkoon berupaya membangun konstruksi cerita dalam tempo lambat yang membosankan. Untungnya adegan menakutkan yang dirancang secara khusus di beberapa bagian masih mampu mencekam suasana.Sebagian misteri aneh yang tersimpan untuk kemudian dibuka satu persatu diyakini dapat membuat anda terjaga sampai akhir. Saya baru tahu ternyata di negara asalnya sendiri terdapat tiga alternatif ending yang berbeda. Wow!

Sejak menit awal, penonton diajak bersimpati pada kesetiaan Dr. Thana yang tampak sulit melanjutkan hidupnya. Karangan bunga yang ia letakkan di TKP setiap minggunya, segelas kopi tambahan yang ia sediakan setiap break hingga poster raksasa yang ia pajang di dinding rumahnya. Anda dibuat berpikir sedalam apa perasaannya terhadap Dr. Nok, benarkah hatinya tak akan pernah tergantikan? Aktor Jesdaporn menjaga emosinya dengan baik walaupun kebimbangannya cukup mengesalkan kita. Benarkah ia hanya korban lugu dari sebuah tragedi?


Sebaliknya Bee bukanlah tipe gadis yang suka mencuri kesempatan begitu saja. Kesukaannya pada Dr. Thana diwujudkan sebagai seorang teman dan pendengar setia. Satu demi satu kenangan yang terkuak sudah cukup menjadi pertimbangannya dalam mengambil keputusan harus maju atau tidak. Aktris Apinya menggambarkan karakternya dengan tegar dan analitis walau mesti digempur kebingungan dan kengerian yang sulit dijelaskan. Penampilan khusus aktris Nang Nak, Inthira Charoenpura lumayan mencuri perhatian sebagai maneater bitch yang selalu membenarkan setiap tindakannya.

I Miss You adalah satu dari sekian horor romantik yang telaten menjabarkan detil-detilnya mulai dari yang paling penting sampai yang tidak penting. Masalahnya apakah penonton cukup sabar menanti dalam durasi dua jam lebih? Saya pribadi sempat berkhayal memegang remote control di dalam bioskop dan segera menekan tombol fast-forward untuk segera mengakhirinya. Twist ending cerdas mengejutkan yang saya (dan sebagian besar penonton) harapkan muncul di ending pun tidak terjadi, cuma ambiguitas yang berujung pada kesimpulan pribadi anda. This movie is simply about a man who wants to move on but not brave enough to face his past guilty with nice touchs of horror here and there.

Durasi:
123 menit

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:

Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent


Kamis, 11 Agustus 2011

FRIENDSHIP : Sejuta Kenangan Sejati Pertemanan

Quotes:
Mituna: Kau tahu mengapa aku menyukai bunga Marigold? Sebab kau yang memberikannya padaku..


Storyline:
Singha menyanggupi ajakan Jack untuk reuni bersama Song, Kanda, Jud Duang, Pong. Kelimanya bersahabat semasa SMP dimana pahit manisnya sudah dijalani bersama. Tidak lama kemudian, ingatan Singha melayang pada perkenalannya dengan Lam dan Mituna yang baru pindah ke sekolahnya. Lam yang jago beladiri mengajarkannya untuk bersikap secara jantan sedangkan Mituna membuatnya mengerti akan makna cinta pertama. Apa yang sesungguhnya terjadi di antara mereka selama bertahun-tahun? Akankah Singha berkesempatan menemui Mituna kembali pada akhirnya?

Nice-to-know:
Berjudul asli Friendship You and Me dirilis di Thailand pada tanggal 3 Juli 2008 yang lalu.

Cast:
Sebelumnya meraih popularitas tinggi lewat The Love of Siam (2007), Mario Maurer bermain sebagai Singha
Terakhir tampil mendukung salah satu segmen dalam 4BIA (2008), Apinya Sakuljaroensuk berperan sebagai Mituna
Chalermpon Thikumporn Teerawong as Song
Jetrin Wattanasin as Singha Dewasa
Kanawat Chantaralawan as Jud Duang

Director:
Merupakan debut penyutradaraan dari Chatchai Naksuriya.

Comment:
Kepopuleran film ini belum sampai ke telinga saya (dan juga para penonton Indonesia) pada waktu rilis 2008 di Thailand sana mengingat jaman drama komedi romantik produksi Negeri Gajah Putih itu baru mencapai puncaknya paska 2009 ke atas sebut saja Bangkok Traffic Love Story, Hello Stranger dll yang sudah ditonton lebih dulu. Beruntung Blitzmegaplex masih bersedia menayangkannya di tahun 2011 ini sehingga perbandingan dari berbagai segi tetap dapat dilakukan.
Premisnya sekilas mengenai cinta sepasang remaja SMU. Namun setelah menyaksikannya, ternyata jauh lebih kompleks meski disajikan dengan sesederhana mungkin. Cukup banyak subplot yang dihadirkan yaitu keluarga, ibu dan anak, sesama sahabat lelaki atau perempuan bahkan gabungan dari keduanya. Kesemuanya diberikan porsi yang tidak dominan tetapi cukup untuk memback-up plot utama sehingga keterkaitannya dapat terjelaskan dengan lancar.

Sutradara Chatchai menggunakan alur maju mundur secara terampil. Setting tahun 80an juga ditampilkan dengan baik dimana penggunaan cat air palet, kembang kertas, rollerskate, kaset video porno sekalipun mungkin terasa jadul bagi kita di masa sekarang. Tempo yang ia gunakan memang cenderung lambat, sedikit terbantu dengan unsur humor simpel yang masih mampu mengundang senyum.
Mario dan Apinya berbagi chemistry secara natural. Sepintas jika diperhatikan ada kemiripan raut wajah di antara keduanya. Namun film ini bukan hanya milik mereka tapi juga teman-teman mereka yang tak kalah kaya karakteristiknya sehingga masing-masing tokoh disini tidak akan anda abaikan begitu saja kehadirannya. Penggambaran dewasa dan remaja yang terpisah dalam rentang waktu yang cukup panjang juga terasa pas meski Jetrin tidak dapat dikatakan mewarisi ke”bule”an Mario.

Prolog cerita yang menyajikan hal-hal ringan perlahan bergulir menjadi serius. Persahabatan yang menonjolkan kekonyolan satu sama lain terkadang menyinggung masalah pubertas. Pendekatan lawan jenis yang penuh bujuk rayu pun berganti menjadi rasa saling menghargai. Sayangnya setelah semua terbangun dengan sempurna, ending yang tidak diharapkan pun muncul. Tanpa penjelasan yang logis, film pun ditutup begitu saja dengan gloomy. Sampai disini mengingatkan saya akan The Notebook tetapi tidak sampai menghadirkan rasa haru yang sama.
Friendship tidak hanya menawarkan indahnya cinta dan persahabatan, melainkan suka dukanya kehidupan itu sendiri. Bagaimana suatu kenangan dapat demikian membekas di hati seseorang selama bertahun-tahun. Atau ketika sebuah kesalahan seakan tidak termaafkan hingga menghapus kesempatan untuk berbahagia. Film ini mengajarkan anda tentang berempati pada orang-orang di sekeliling anda, terlepas dari closing yang kurang bersahabat itu.

Durasi:
115 menit

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:

Kamis, 16 September 2010

THE INTRUDER : Serangan Kobra Penghuni Apartemen


Storyline:
Pada tahun 1983 sebelum Suvarnabhumi International Airport dibangun, ada sebuah area yang disebut "King Cobra Swamp" oleh penduduk setempat. Disanalah terdapat sebuah pohon banyan tua yang akhirnya berhasil disingkirkan para pekerja sebelum melepaskan 1000 ular kobra dari dalam tanah yang membantai mereka semua. Beberapa waktu kemudian, sebuah apartemen berdiri dengan ratusan penghuni yang memiliki agendanya masing-masing. Benarkah kekuatan jahat Kobra membalaskan dendamnya sekali lagi?

Nice-to-know:
Film yang aslinya berjudul Khew ar-khard ini sempat diputar dalam ajang Festival de Nouveau Cinema di Perancis pada bulan Oktober 2010 lalu.

Cast:
Kwankao Sawetwimol sebagai Panin
Akara Amartayakul sebagai Doctor
Apinya Sakuljaroensuk sebagai Paai
Wasana Chalakorn sebagai Aunt Pai
Peerawit Bunnag sebagai Vick

Director:
Merupakan film pertama Thanadol Nualsuth.

Comment:
Film bertemakan serangan ular biasanya disuguhkan oleh sineas Hollywood. Apa jadinya jika sineas Thailand mencoba hal yang sama? Tentunya sudah dibekali oleh intrusi budaya setempat sehingga tidak lagi murni bermain dalam horor/thriller yang biasa-biasa saja. Penulis skenario Poj Arnon yang kondang lewat Bangkok Love Story (2007) kali ini mengambil kisah di balik lahan sebelum Suvarnabhumi International Airport dibangun berpuluh-puluh tahun yang lalu.
Sayangnya karakterisasi yang demikian beragam itu tidak dibangun dengan baik. Pengenalan tokoh-tokohnya dilakukan dalam waktu yang terlalu singkat sekitar 15 menit sejak adegan pembuka. Ketegangan yang langsung merambat lewat serbuan beruntun ular kobra ganas menjadi tumpul karena tak adanya keterikatan emosi dari penonton terhadap karakter-karakternya. Kita lantas tidak peduli lagi akan nasib masing-masing. Mungkin hanya sang dokter, Panin, Paai yang kita harapkan bisa survive karena dominannya kemunculan mereka disini.

Sutradara Thanadol betul-betul mengandalkan efek CGI yang terbilang mulus disini. Gerakan puluhan (ratusan) ular kobra tersebut secara meyakinkan mampu menciptakan terror. Beberapa serangan “menggigit” di antaranya bahkan sukses menyajikan gory scenes yang cukup eksplisit untuk memuaskan penonton. Minimnya lighting di bagian penutup cukup mengganggu sehingga penonton sedikit kesulitan mendeteksi apa yang sesungguhnya terjadi di tingkat tertinggi bangunan tersebut.
The Intruder dapat disimpulkan sebagai sebuah thriller alami yang didukung oleh spesial efek dan atmosfir apartemen yang amat menunjang demi menutupi kelemahan-kelemahan ceritanya itu sendiri. Sebersit pesan moral bahwa egoisme manusia ketika menghadapi situasi tidak menguntungkan serta sarkasme media yang kerapkali mengambil keuntungan sendiri walau harus mengorbankan kepentingan yang lebih besar tak luput disampaikan. Please don’t compare it with Snakes on a Plane!

Durasi:
106 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent