Quote:
Tony Stark: Things are different now. I have to protect the one thing that i can’t live without. That’s you.
Tony Stark: Things are different now. I have to protect the one thing that i can’t live without. That’s you.
Nice-to-know:
Jon Favreau batal menyutradarai seri penutup ini karena kebagian proyek Magic Kingdom dan Jersey Boys. Namun demikian ia mengaku lebih leluasa memerankan karakter Happy Hogan di sini.
Jon Favreau batal menyutradarai seri penutup ini karena kebagian proyek Magic Kingdom dan Jersey Boys. Namun demikian ia mengaku lebih leluasa memerankan karakter Happy Hogan di sini.
Cast:
Robert Downey Jr. sebagai Tony Stark / Iron Man
Gwyneth Paltrow sebagai Pepper Potts
Guy Pearce sebagai Aldrich Killian
Rebecca Hall sebagai Maya Hansen
Ben Kingsley sebagai The Mandarin
Paul Bettany sebagai Jarvis (voice)
Don Cheadle sebagai James Rhodes / War Machine
Jon Favreau sebagai Happy Hogan
Robert Downey Jr. sebagai Tony Stark / Iron Man
Gwyneth Paltrow sebagai Pepper Potts
Guy Pearce sebagai Aldrich Killian
Rebecca Hall sebagai Maya Hansen
Ben Kingsley sebagai The Mandarin
Paul Bettany sebagai Jarvis (voice)
Don Cheadle sebagai James Rhodes / War Machine
Jon Favreau sebagai Happy Hogan
Director:
Shane Black yang mengawali karirnya sebagai penulis film aksi ini menggarap film keduanya setelah Kiss Kiss Bang Bang (2005).
Shane Black yang mengawali karirnya sebagai penulis film aksi ini menggarap film keduanya setelah Kiss Kiss Bang Bang (2005).
W For Words:
Jika sebuah film superhero sudah mencapai sekuel maka pertaruhannya akan semakin berat. Mengapa? Beberapa di antaranya untuk sekadar menyamai saja gagal. Cuma sedikit yang terbilang sukses mengungguli seri sebelumnya. Bagaimana dengan keluaran Marvel yang satu ini? Well, i’m one of those people who got lucky to see it first during the grand opening of IMAX Kelapa Gading. Hell yeah! Tell you what, saya bukanlah fans setia Iron Man jika dibandingkan dengan karakter pahlawan lainnya. Namun selepas film berakhir dapat tersenyum puas.
Jika sebuah film superhero sudah mencapai sekuel maka pertaruhannya akan semakin berat. Mengapa? Beberapa di antaranya untuk sekadar menyamai saja gagal. Cuma sedikit yang terbilang sukses mengungguli seri sebelumnya. Bagaimana dengan keluaran Marvel yang satu ini? Well, i’m one of those people who got lucky to see it first during the grand opening of IMAX Kelapa Gading. Hell yeah! Tell you what, saya bukanlah fans setia Iron Man jika dibandingkan dengan karakter pahlawan lainnya. Namun selepas film berakhir dapat tersenyum puas.
Tony Stark kerapkali mengalami serangan panik karena terlalu memikirkan
keselamatan kekasihnya Pepper Pots. Ketika mantan kekasih Tony yakni Maya
datang, tiba-tiba rumah mereka diserang oleh helikopter hingga berujung pada
pemberitaan tewasnya Tony di surat kabar. Saat bersembunyi, Tony berjumpa bocah
jenius Harley yang memotivasinya kembali. Sementara itu Mandarin mengancam
Presiden Amerika lewat pembajakan siaran televisi. Adakah hubungannya dengan
ilmuwan sinting Aldrich Killian yang pernah dikecewakan Tony belasan tahun
silam?
Shane Black bersama Drew Pearce yang menulis skrip bersama tampak menggunakan pendekatan yang berbeda dengan dua seri sebelumnya. Seri ketiga yang diyakini sebagai penutup ini murni berfokus pada pergulatan seorang Tony Stark dalam memenuhi ‘kewajiban’ nya baik sebagai kekasih ataupun pahlawan masyarakat. Sisi playboy, narsis dan sok pamernya yang biasa dominan sedikit dikesampingkan. Semua berganti oleh pertukaran dialog sarkastis yang menggigit dengan karakter-karakter di sekelilingnya.
Sebagai sutradara Black memulainya dengan terlampau ‘biasa’. Begitu memasuki pertengahan barulah bermunculan twist dan turns yang segera menganulir segala keklisean yang ada. Patut dicatat, tidak semua fan base Iron Man akan happy dengan perubahan tersebut. Alih-alih protes banyak bermunculan. Sah-sah saja. Bombardir efek khusus tergolong sesuai kapasitas sebuah film aksi (superhero), terlebih di ending yang lumayan mencengangkan itu. Sementara gimmick 3D ataupun versi IMAX nya hanya berdampak minor karena merupakan hasil konversi.
Downey Jr. memang masih pilihan paling tepat untuk tokoh Tony Stark/Iron Man. Range emosinya yang luas mendapat porsi yang cukup signifikan dalam menerjemahkan semua konflik di dalamnya. Pearce sebagai villain juga terkesan ‘sebanding’ dengan kekuatan dahsyat dan kegilaan kejam yang melandasinya. Menarik mengamati karakter-karakter wanita yang dihidupkan oleh Paltrow, Hall atau Szostak yang mencuri perhatian walau kemunculannya sejenak. Belum lagi kontribusi aktor senior Cheadle, Kingsley hingga si cilik Simpkins. Sutradara terdahulu Favreau turut hadir sebagai Hogan, diikuti dengan sumbangan ‘suara’ milik Bettany sebagai Jarvis.
Iron Man 3 bagi saya adalah yang terbaik dari keseluruhan seri. Saya mendapati esensi sebuah film utuh, tak seperti dua seri sebelumnya yang masih mengesankan film komik. Permasalahan utamanya terbilang baru yakni bagaimana seorang pahlawan super ternyata bisa mengalami krisis ketergantungan dengan teknologi canggih yang selama ini membantunya. Belum lagi pengembangan ‘cinta’ semenjak seri pertama yang biasanya selingan belaka. Penambahan berbagai karakter baru juga kian mempertajam esensi interpersonal nan variatif. Does the journey end? Shall we continue to Avengers 2? Don’t ask, don’t think. Just enjoy this one first as i did!
Durasi:
125 menit
125 menit
Overall:
8 out of 10
8 out of 10
Movie-meter: