XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label liu yifei. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label liu yifei. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Desember 2012

ASSASSINS : Character Study Over Action Sequences About Cao Cao


Quote:
Ling Ju: Selama harapan itu masih ada, tak akan bisa membunuh kita.

Nice-to-know:
Film yang diproduksi kolaborasi oleh Changchun Motion Picture Studio, Enlight Pictures dan Le Vision Pictures ini sudah tayang di China pada tanggal 26 September 2012 yang lalu.

Cast:
Chow Yun-Fat sebagai Cao Cao
Liu Yifei sebagai Gong Ling Ju
Hiroshi Tamaki sebagai Mu Shun
Alec Su sebagai Emperor Xian
Annie Yi sebagai Empress Fu Shou
Qiu Xinzhi sebagai Cao Pi
 


Director:
Merupakan debut penyutradaraan Zhao Linshan.

W For Words: 
Superstar Hongkong, Chow Yun-fat memang telah menua selama satu dekade terakhir. Pria bernama Mandarin “Aman” ini di usia ke-57 mendapat kepercayaan memerankan tokoh antagonis legendaris Cao Cao dalam film yang sedianya berjudul Bronze Sparrow Terrace ini. Mungkin faktor komersil dan familiar yang akhirnya melahirkan judul The Assassins. Kabar baiknya distributor Well Go USA telah membeli hak rilis untuk Amerika Utara dari Arclight Films yang juga sudah menjual film-film produksi Asia lainnya seperti Hua Mulan, The Four hingga Dangerous Liaisons.  

Periode Sam Kok, Cao Cao sang Perdana Menteri Dinasti Han melebarkan sayap ke Timur demi mengalahkan pejuang terbaik daratan China, Lv Bu. Beberapa tahun kemudian ia dinobatkan sebagai Raja Wei dan membangun Pulau Gagak Perunggu untuk menegaskan kekuatannya. Sementara itu pasangan muda Mu Shun dan Ling Ju diambil dari penjara untuk dilatih sebagai pembunuh di kuburan tersembunyi selama lima tahun. Putra Cao Cao dan para pengikutnya lantas mendesaknya untuk segera maju sebagai Kaisar baru terlepas dari berbagai pihak yang menentangnya. 

Berbeda dengan dwilogi Red Cliff (2008-2009) yang lebih menonjolkan aksi, skrip milik Wang Bin dan Wang Hailin ini memang lebih mengedepankan  kerapuhan fisik dan mental seorang tokoh sejarah.  Sayangnya romantika Mu dan Ling terkesan tempelan belaka, tidak mampu memperkuat plot utamanya. Sutradara debutan Zhao Linshan dibantu sinematografer handal Zhao Xiaoding untungnya masih terampil menyuguhkan visual ciamik termasuk saat para pembunuh meretas jalan dari tali di udara selain detail setting yang begitu indah sebagai panggung bercerita.

Yun-fat kembali dengan peran serupa dalam The Curse of the Golden Flower (2006). Karismanya terasa kuat meski dengan usaha minim sekalipun. Bayangkan jika ia benar-benar ambil bagian sebagai Cao Cao dalam Red Cliff 1 & 2. Yifei tergolong aman dalam menghidupkan Ling, dedikasinya tak jarang bertentangan dengan suara hatinya sendiri. Hiroshi berhasil memaksimalkan karakter Mu terlepas dari sedikitnya eksplorasi skenario. Alec Su sukses menjiwai Kaisar Xian yang selalu merasa tak bersalah atas apapun yang telah dilakukannya

Assassins terbukti menitikberatkan pada pembelajaran antar karakternya dibandingkan sekuens aksi yang biasanya melibatkan kekerasan dan pertumpahan darah. Kelemahannya adalah penempatan sisi emosional yang terasa miss di setiap bagian sehingga atensi penonton seakan terbagi dari satu subplot ke subplot lainnya. Ini adalah interpretasi “lain” dari Zhao yang patut diapresiasi dan masih dapat dinikmati sebagai sebuah film tapi tidak akan disambut meriah oleh kalangan moviegoers yang keburu merasa jenuh dengan tema sejenis dalam presentasi yang tak terkoneksi dengan baik.

Durasi:
107 menit

Overall: 
7 out of 10

Movie-meter:

Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Senin, 13 Agustus 2012

THE FOUR : Missed Opportunity Potential Asian Superheroes

Quote:
Zhuge Zhengwo: Bagi sebagian besar wanita, tak ada wanita yang baik di dunia ini.

Nice-to-know:
Sudah rilis di China pada tanggal 12 Juli 2012 yang lalu.

Cast:
Ronald Cheng sebagai Life Snatcher
Collin Chou sebagai Iron Hand
Chao Deng sebagai Cold Blood
Crystal Liu Yifei sebagai Emotionless
Sheren Tang
Anthony Wong Chau-Sang sebagai Zhuge Zhengwo
Cheng Tai Shen sebagai Sheriff King
Wu Xiubo sebagai An Shigeng

Director:
Merupakan film ke-30 bagi Gordon Chan setelah terakhir Mural (2011).

W For Words:
Woon Swee Oan yang berkebangsaan Malaysia telah menuai sukses lewat novel yang mengisahkan kiprah empat detektif ulung dalam memecahkan kasus di China masa lampau. Kini adaptasi layar lebar yang ditangani oleh Gordon Chan ini merupakan salah satu film Mandarin paling ditunggu untuk medio 2012. Beruntung publik Indonesia dapat menikmatinya tepat satu bulan setelah tanggal edar di negara asalnya.

Pada jaman Pemerintahan Dinasti Song terdapat The Six Gate Constabulary pimpinan Sheriff King yang beranggotakan pengawal resmi dan The Divine Constabulary pimpinan Zhuge Zhengwo yang beranggotakan rakyat berkemampuan khusus. Saat terjadi kasus peredaran uang palsu, Zhengwo mengutus Iron Fist, Emotionless, Life Snatcher untuk mengusutnya. Ternyata akar kejahatan yang lebih besar justru sedang dirancang oleh An Shigeng yang bertekad membangkitkan pasukan zombie untuk mengambil alih kedudukan raja.

Mungkin butuh waktu lama bagi anda untuk benar-benar terintrusi ke dalam storytelling film wuxia ini. Setengah durasi pertama bahkan dihabiskan untuk pengenalan karakter yang bejibun itu, termasuk pembahasan konflik-konflik dasar yang sebetulnya tak terlalu krusial. Contoh perasaan terpendam Cold Blood terhadap Emotionless atau aura persaingan Zhengwo dan King dalam merebut simpati raja. Sebenarnya sah-sah saja karena bumbu macam itu memang dibutuhkan untuk memanusiawikan tokoh-tokohnya asal tidak berlebihan.

Production design yang terlihat apik mulai dari wardrobe, make-up hingga setting lokasi 80an ala Hongkong terasa mubazir dengan kemiskinan skrip dan eksekusi Gordon yang tidak spesial padahal jam terbangnya terbilang tinggi. Fokusnya pun terasa blur, apakah drama, thriller, fantasy atau martial arts? Jika dianalogikan sebagai mixed-up genres dengan kepadatan subplot disana-sini maka hasilnya bisa diduga, tidak banyak esensi yang berhasil digelorakan pada penonton di sepanjang durasinya.

The Four dapat kita kategorikan sebagai X-Men versi Asia dimana anda dapat temui "mutan" yang dapat berubah bentuk, membaca pikiran, menggerakkan barang-barang, mentransfer panas/dingin dsb. Jajaran cast yang sebagian besar berasal dari daratan China terbilang berhasil menyuguhkan akting yang menarik terutama Anthony yang minim screen presence atau Collin yang berdarah dingin tersebut. Kabar baik (atau buruk) nya, Enlight Pictures sudah sepakat mengembangkan trilogy dimana saat ini Part 2 sedang dalam tahap pengerjaan. We might hope for a better execution and subtle storyline to get more into this potent Mandarin franchise.

Durasi:
118 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter:
  

Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Jumat, 13 Januari 2012

WHITE VENGEANCE : Persaingan Dua Saudara Perebutan Kaisar


Storyline:
Dua saudara yaitu Liu Bang dan Xiang Yu saling bersaing setelah kejatuhan Dinasti Qin yang memerintah China dari tahun 221 hingga 206 Sebelum Masehi. Kekacauan terjadi dimana-mana akibat iming-iming Raja Huai dari Chu yang memaksimalkan persaingan Liu dan Xiang tersebut. Xiang sendiri dibantu Fan Zheng sekuat tenaga berusaha menjatuhkan Liu yang didukung oleh Zhang Liang. Di antara keduanya juga ada wanita cantik bernama Yu Ji. Akankah adu trik dan strategi memihak salah satu pihak untuk keluar sebagai pemenang pada akhirnya?

Nice-to-know:
Film yang berjudul asli Hongmen Yan ini sudah dirilis di China pada tanggall 24 November 2011 yang lalu.

Cast:
Feng Shao-feng sebagai Xiang Yu
Leon Lai sebagai Liu Bang
Zhang Hanyu sebagai Zhang Liang
Anthony Wong sebagai Fan Zeng
Liu Yifei sebagai Yu Ji
Jordan Chan sebagai Fan Kuai
Andy On sebagai Han Xin

Director:
Daniel Lee sebelum ini menggarap 14 Blades (2010).

Comment:
Sutradara Daniel Lee terkenal sering memberikan versi alternatif dari sebuah kejadian bersejarah. Kali ini yang diangkat adalah persaingan militer yang terjadi di China beribu-ribu tahun yang lalu saat tuan tanah masih berkuasa di daerahnya masing-masing. Daniel Lee memulainya dari peristiwa Hongmen yang menghadapkan Xiang Yu dan Liu Bang sebagai calon kaisar kuat. Yang terjadi setelahnya adalah “permainan catur” yang penuh intrik sepanjang durasi lebih dari dua jam.

Tali persaudaraan yang awalnya dijalin oleh Liu Bang dan Xiang Yu ditegaskan oleh Leon Lai dan Feng Shao-feng dengan cemerlang. Back up kedua belah pihak sekaligus otak operasi adalah Zhang Liang dan Fan Zheng yang juga dihidupkan dengan meyakinkan oleh Zhang Hanyu dan Anthony Wong. Rata-rata semua aktor disini bermain di atas rata-rata. Sayangnya Liu Yifei masih terlihat terlalu muda untuk peran Yu Ji walaupun aktingnya tidak buruk.
Daniel mengemas sinematografinya dengan memikat, lanskap jauh dekat dari berbagai ketinggian juga memberikan jarak pandang yang variatif. Pertarungan satu lawan satu maupun dua kubu sekaligus berkali-kali dipresentasikan secara nyata tanpa terlalu banyak campur tangan CGI. Koreografi martial arts nya cenderung dinamis baik tangan kosong ataupun menggunakan senjata sekalipun. Tidak lupa twist cerdas yang disiapkan di akhir cerita mampu menutup rangkaian secara utuh.

Cinta segitiga yang terjalin di antara Liu Bang-Yu Ji-Xiang Yu tidak mendapat porsi yang memadai. Andai saja ada fokus yang lebih pada bagian ini, niscaya eksplorasi emosi penonton dapat bermain disini sekaligus menentukan pada siapa mereka pantas berpihak. Hal ini penting sebab sudut pandang orang pertama berulang kali ditukar sehingga predikat protagonis-antagonis pun berpindah-pindah antar Liu Bang dan Xiang Yu. Menarik bukan?
Sempat terasa lambat di pembukaan, White Vengeance pada akhirnya akan memicu debat di antara penonton yang langsung berdiskusi begitu meninggalkan bioskop. Adu intelejensi antara Zhang Liang dan Fan Zheng jelas menjadi highlight yang mengundang decak kagum. Saksikanlah sejak menit pertama dengan seksama untuk bisa benar-benar mengerti keseluruhan jalan cerita. Banyak orang tidak menyadari bahwa acapkali pertikaian habis-habisan antar dua pihak itu secara harfiah tidak akan memunculkan arti pemenang yang sesungguhnya.

Durasi:
130 menit

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Sabtu, 02 Juli 2011

A CHINESE GHOST STORY : Kisah Cinta Segitiga Beda Alam

Quotes:
Sufeng Lei: Manusia dan hantu tidak dapat bersama. Jangan pernah imajinasikan karena itu hanyalah sebuah ilusi.

Storyline:
Petugas Pemerintahan muda, Choi San ditugaskan untuk mencari sumber air bagi warga dusun Black Mountain yang mengalami kekeringan panjang. Kepala desa menugaskan Ti Nga dan beberapa narapidana untuk menemaninya. Hal ini bukan tanpa alasan karena Black Mountain terkenal angker dan diyakini tempat bersemayam siluman jahat yang dipimpin oleh Tree Demon. Choi San yang berpikiran lurus-lurus saja kemudian bertemu gadis cantik Sou Sin yang sebenarnya hantu pengisap energi manusia. Pembasmi hantu Chek Ha sudah memperingatkan Choi San akan siapa Sou Sin sesungguhnya. Namun hubungan sudah terjadi dan mereka harus dihadapkan pada pilihan akhir yang dilematis.

Nice-to-know:
Didedikasikan untuk mengenang salah satu aktor sekaligus biduan kesohor Hongkong yakni Leslie Cheung (1956-2003).

Cast:
Louis Koo sebagai Yan Chixia (燕赤霞)
Liu Yifei sebagai Nie Xiaoqian (聶小倩)
Yu Shaoqun sebagai Ning Caichen (寧采臣)
Kara Hui sebagai Tree Demon (樹妖)
Wang Danyi Li sebagai Xia Bing (夏冰)
Louis Fan sebagai Xia Xuefenglei (夏雪風雷)
Li Jing sebagai Iron Teeth (鐵牙)

Director:
Wilson Yip merupakan pria yang menyutradarai Ip Man (2008) dan Ip Man 2 (2010) sebelum ini.

Comment:
Bagi anda penikmat film bioskop di tahun 80-90an pasti tidaklah asing dengan suguhan film-film Mandarin yang mendominasi bioskop Ibukota dengan berbagai genre pada waktu itu. Salah satunya adalah Sien nui yau wan (1987) yang menjadi cult hingga saat ini serta berhasil melejitkan nama Leslie Cheung dan Joey Wang yang sontak menjelma sebagai idola baru perfilman Hongkong di tahun-tahun berikutnya.
Versi terbaru ini dapat dikatakan setia dengan originalnya dimana sebagian besar plot utamanya masih dipertahankan. Intronya langsung menohok seakan tanpa basa-basi, membawa anda berkenalan dengan tokoh-tokoh utamanya baik manusia maupun siluman, antagonis sekaligus protagonist itu sendiri. Selepas itu konflik pun bergulir dan sampai berujung pada konklusi yang sebetulnya tidak terlalu sulit untuk ditebak.
Sutradara Yip Wai Shun dengan cerdas memadukan konsep drama romansa dengan soft horror yang tidak menakutkan samasekali. Ilustrasi musik cukup menyenangkan untuk mengintervensi setiap perpindahan scenenya sekaligus mempermulus editing disana-sini. Di luar dugaan, saya menyukai segi spesial efek yang tidak berlebihan (berbeda dengan remake klasik Mandarin pada umumnya), plus tata kostum dan make-up yang terbilang rapi dan meyakinkan.
Wajah ayu Yifei terasa pas sebagai Sou Sin, sang hantu lembut hati berwujud seorang gadis berbaju putih. Sepintas mengingatkan saya pada Cecilia Cheung. Keluguan Shaoqun yang belum banyak dikenal juga cukup tepat dalam menjiwai Choi San yang berhati tulus. Sedangkan Louis koo mungkin merupakan satu-satunya cast yang paling tersohor disini dan menarik melihatnya mendapat peran berbeda Chek Ha di luar genre aksi yang mendominasi filmografinya. Tanpa lupa menyebut nama Kara Hui dan Fan Siu Wong yang bermain menarik sebagai dua kubu yang berseberangan.
A Chinese Ghost Story hanyalah sebuah film nostalgia bagi penonton generasi lawas dan introduksi gaya percintaan horor klasik Tiongkok bagi penonton masa kini. Semua digarap sesuai porsinya, tidak over ataupun tidak minus sehingga menjadikannya tontonan yang cukup menghibur sebagai pengisi waktu senggang anda. Jangan terlalu berharap sesuatu yang luar biasa disini. Namun pandanglah sebagai teori sederhana mengenai sebentuk cinta yang dilandasi kerelaan dan sikap berkorban itu sendiri.

Durasi:
90 menit

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter: