XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label hugo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hugo. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 Januari 2013

BEST PICK FOREIGN MOVIES OF 2012

THE DARK KNIGHT RISES

The Dark Knight Rises adalah finale yang megah dan mengasyikkan sebagai salah satu summer blockbuster paling ditunggu tahun ini. Memang tidak luar biasa membekas dalam benak layaknya TDK tetapi tetap menahbiskannya secara utuh sebagai tiga episode “manusia kelelawar” terbaik yang pernah diutarakan dalam dunia perfilman. Bruce Wayne disini adalah sebuah inspirasi bagaimana seorang manusia harus hidup dan bangkit dari segala keterpurukan yang dihadapi. Bahwa setiap manusia bisa menyandang status pahlawan seberapa kecilpun usahanya menolong orang lain. Finally, we all should thank Nolan for his aspiring great writing and direction surely can enhance any movie-going experience, especially for superhero movies that most touted as mindless entertainments.

PROMETHEUS
Klimaks yang terasa diperpanjang mungkin sedikit melelahkan. Apa yang seharusnya disudahi ternyata membuka adegan baru lagi dan lagi. Meski demikian, Prometheus tetaplah tontonan yang luar biasa dengan narasi unik yang memberikan pengalaman sains fiksi yang samasekali fresh dan modern. Tak usah terlalu ngotot mencari benang merah pada film-film alien terdahulu tapi tetap berpikiran terbuka terhadap mitos-mitos yang berlaku disini. Pertanyaan seperti, “Siapa pencipta alien? Samakah dengan pencipta manusia?” akan menghinggapi benak anda sekaligus memperpanjang rasa penasaran akan potensi sekuelnya di kemudian hari. Welcome to the never ending “you”-niverse theories!

THE FLOWERS OF WAR
 
Sedikit kelemahan disini adalah Zhang terlalu memaksakan setiap tokoh dalam The Flowers Of War memiliki fungsinya masing-masing sebagai penyokong cerita. Itulah sebabnya alasan sepele tokoh Dou dan Lan ngotot keluar gereja menjadi pertanyaan banyak penonton, atau bagaimana campur aduknya emosi dalam adegan pertukaran identitas sehingga penonton dapat tertawa di tengah kesenduan yang dibangun. Pada akhirnya drama emosional ini memilih bertahan (di dalam gereja) untuk memerangi kecamuk dilematis dalam diri untuk berbuat sesuai hati nurani, bukan karena tuntutan keadaan. Still one powerful experience for becoming one of the witnesses we have never lived in!

AMOUR

Kesabaran anda menonton Amour amat dibutuhkan layaknya kesabaran Georges memahami penderitaan Anne. Layaknya diajak mengamati aktifitas pasangan tua sehari-hari sekaligus menerka seberapa besar kadar cinta mereka terhadap satu sama lain lewat ujaran maaf atau terima kasih tanpa sungkan. Sesuatu yang pantas direnungkan, bagi yang memilih hidup melajang mampukah melewati hari tua seorang diri? Sedang bagi yang menikah bisakah menanggung (atau justru jadi tanggungan) beban pasangan? Kekhawatiran yang begitu mengusik dimana proses penuaan dan kematian adalah harga mati yang patut dibayar tiap manusia tanpa kecuali.

ONE DAY
15 Juli tak lagi sebuah tanda waktu melainkan tolok ukur yang digunakan untuk mereview kembali apa yang sesungguhnya telah terjadi. One Day menegaskan konsep tersebut lewat tampilan tanggal kreatif yang menghiasi pergantian layar dari tahun ke tahun. Terkadang kenanganlah yang membuat kita melanjutkan hidup terlepas dari baik buruknya momen tersebut. Persuasi untuk menjalani hidup semaksimal mungkin bersama orang terkasih tanpa menengok masa depan yang terlampau jauh membentang. Niscaya anda tak akan pernah menyesali apa yang sudah berlalu.

HUGO

Hugo adalah sosok emosional karena hidup dalam kenangan yang digunakannya sebagai pemacu untuk terus melangkah maju sekaligus mempercayai konsep bahwa dirinya hanyalah suatu partikel kecil yang dapat membuat dunia berfungsi secara benar. Penuturan brilian dari Scorsese membawa sugesti persuasif yang jelas, yaitu mengajak penonton untuk selalu menghargai sekaligus percaya bahwa film memang selalu memiliki kekuatan untuk mewujudkan mimpi-mimpi anda. You will feel the passionate love from Scorsese’s Hugo, a timeless masterpiece that should be treated with an extra honor!

RUST AND BONE

Rust and Bone mengobarkan “passion” dengan luar biasa. Semangat untuk terus maju dan bertahan hidup dipraktekkan oleh Cotillard dan Schoenarts usai mengalami titik nadir masing-masing. Mereka juga berbagi chemistry dengan kuat, membingkai romantisme dengan begitu wajar di atas absurditas sebuah idealisme. Bagaimana sutradara Jacques Audiard memotretkan semuanya dengan begitu brutal dan realistis tapi tidak mengganggu apalagi sampai kehilangan unsur estetikanya. Ikan paus adalah simbol tak berbicara disini, sudut pandang manusia tetap kunci utamanya.

TED

Kelebihan utama Ted tidak hanya menjual kelucuan tapi juga definisi nyata tentang cinta dan persahabatan sejati yang begitu lekat dengan kehidupan sehari-hari. SIapa yang tidak pernah ada di posisi John Bennett? Untuk itulah film yang menggunakan narasi linier layaknya komik bergambar itu memang lebih disegmentasikan untuk penonton pria dewasa. Satu pertanyaan antah berantah yang tak terjawab adalah jika Ted begitu terkenal, mengapa ia masih harus bekerja dan John masih kesulitan uang? In the end, not every moviegoers will fully appreciate this movie but surely everyone of them will love Ted, cute heart-warming bear who always know how to have fun and friends.

SKYFALL

Skyfall memang tidak bercitarasa pada film-film Bond pada umumnya tapi pendekatan realistis terhadap para anggota MI6 itu membuat segalanya lebih manusiawi. Bagaimana kesalahan perhitungan dan kekeliruan asumsi bisa saja terjadi pada siapapun. Tak ketinggalan selipan humor yang sangat British disana-sini tergolong efektif untuk mencairkan suasana. Template film hero masa kini tak dipungkiri mengalami pergeseran, bukan cuma good versus evil tetapi memaknai prosesnya itu sendiri. Film yang juga kependekan harfiah “the sky is falling ini menegaskan hal tersebut sambil mengumpamakan kesetiaan tiada batas yang mahal harganya.

THE CABIN IN THE WOODS

Tak dipungkiri, The Cabin In The Woods menyimpan kejutan manis nan cerdasnya pada 30 menit terakhir dimana emosi anda akan dimainkan lewat pemaparan utuh konsep tak terduganya yang menjalin benang merah dengan setiap ikonik horor yang pernah ada. Brilian! Lupakan beberapa unsur logika yang terabaikan atau korelasi yang tak terdefinisikan, perjalanan pilihan anda ke pondok di tengah hutan ini akan sangat menyenangkan. Mungkin sedikit berlebihan jika saya menyebutnya sebagai sebuah surat kematian berdarah yang menjadi signature penghormatan dari sejarah film horor sepanjang masa.

Sabtu, 10 Maret 2012

HUGO : A Timeless Tribute To Cinematic Wonder


Quotes:
Hugo Cabret: Maybe that's why a broken machine always makes me a little sad, because it isn't able to do what it was meant to do... Maybe it's the same with people. If you lose your purpose... it's like you're broken.

Nice-to-know:
Film pertama berating SU bagi Martin Scorsese dalam 18 tahun terakhir sekaligus tanpa adanya nama Leonardo Di Caprio dalam 12 tahun terakhir.

Cast:
Asa Butterfield sebagai Hugo Cabret
Chloë Grace Moretz sebagai Isabelle
Christopher Lee sebagai Monsieur Labisse
Ben Kingsley sebagai Georges Méliès
Sacha Baron Cohen sebagai Station Inspector
Ray Winstone sebagai Uncle Claude
Jude Law sebagai Hugo's Father

Director:
Merupakan film ke-50 bagi Martin Scorsese yang diawali dengan film pendek Vesuvius VI di tahun 1959.

W for Words:
Berapa banyak dari anda yang menyaksikan Hugo setelah kemenangan gemilang dalam ajang Academy Awards 2012 yang menghasilkan 5 piala kategori Best Achievement in Art Direction, Best Achievement in Cinematography, Best Achievement in Sound Editing, Best Achievement in Sound Mixing dan Best Achievement in Visual Effects itu? Saya adalah salah satunya. Namun jauh sebelum itu terjadi, mendengar kabar sutradara sekaliber Martin Scorsese menggarap film Semua Umur dari adaptasi buku berjudul “The Invention of Hugo Cabret.” karya Brian Selznick yang memenangkan medali Caldecott kategori buku bergambar untuk anak-anak saja sudah merupakan kejadian yang amat langka.
Hugo adalah seorang yatim piatu yang hidup di balik dinding stasiun kereta api Paris pada tahun 1930an. Keahliannya memperbaiki jam ataupun benda-benda elektronik lain membuatnya dipekerjakan oleh Georges Méliès yang sebelumnya menangkap basah Hugo mencuri peralatan. Misi Hugo sederhana yaitu membangkitkan automaton yang ditinggalkan mendiang ayahnya melalui kunci berbentuk hati yang ternyata dimiliki oleh Isabelle, putri angkat Melies. Keduanya pun terlibat petualangan unik yang menguak kenangan tak ternilai di masa lalu yang mungkin mengubah wajah sinema dunia.

Sutradara Scorsese membawa banyak elemen tak terlupakan dari film-film terdahulunya yang selalu di atas rata-rata itu ke dalam suguhan sepanjang 126 menit yang tentunya telah disesuaikan dengan pangsa pasarnya. Kerjasamanya dengan Robert Richardson dalam menghadirkan sinematografi Parisian pada jamannya juga terbilang memuaskan apalagi dibalut dalam efek 3D yang begitu kental mewujudkan esensi mimpi seorang anak sekalipun yang biasanya berangkat sebagai pengamat dunia sebelum benar-benar terjun di dalamnya.
Tiga nama terdepan adalah Asa Butterfield, Chloe Grace Moretz dan Ben Kingsley yang akan membawa anda bertualang secara magis dinamis dalam film ini mulai dari menjelajahi setiap jengkal stasiun kereta hingga merasakan pengalaman menonton sebuah film untuk pertama kalinya. Samasekali tidak ada keterkaitan yang dipaksakan antara Hugo dengan tokoh-tokoh lainnya, semua mengalir sesuai kebutuhan cerita yang pada akhirnya saling merangkai satu keping dengan yang lainnya. Boleh dibilang tidak ada tokoh antagonis disini kecuali Sascha Baron Cohen yang sedikit menjengkelkan walau tak jarang memaksa anda tertawa dengan polah tingkah kikuknya bersama anjing kesayangannya.

Sejarah Méliès yang lahir pada tahun 1861 ini mengawali karirnya sebagai pesulap ternama yang memiliki gedung teater sendiri sebelum beralih pada gambar bergerak setelah menyaksikan proyeksi film pertama pada tahun 1895. Anda diajak untuk menjadi saksi evolusi bagaimana perkembangan film dari format layar kurang dari 2 inci yang hanya bisa disaksikan satu orang menjadi layar lebar yang mampu mencakup sejumlah orang dalam sebuah gedung pertunjukan. Sangat mengesankan!
Hugo adalah sosok emosional karena hidup dalam kenangan yang digunakannya sebagai pemacu untuk terus melangkah maju sekaligus mempercayai konsep bahwa dirinya hanyalah suatu partikel kecil yang dapat membuat dunia berfungsi secara benar. Penuturan brilian dari Scorsese membawa sugesti persuasif yang jelas, yaitu mengajak penonton untuk selalu menghargai sekaligus percaya bahwa film memang selalu memiliki kekuatan untuk mewujudkan mimpi-mimpi anda. You will feel the passionate love from Scorsese’s Hugo, a timeless masterpiece that should be treated with an extra honor!

Durasi:
126 menit

U.S. Box Office:
$71,300,195 till Mar 2012.

Overall:
8.5 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent