XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label alice braga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label alice braga. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Agustus 2013

ELYSIUM : Pretentious Sci-fi That Stimulates Our Imagination

Quote:
Max Da Costa: I promise you, one day I'll take you to Elysium.

Nice-to-know:
Bersetting waktu 2154 AD, seperti halnya Avatar (2009).

Cast:
Matt Damon sebagai Max
Jodie Foster sebagai Delacourt
Sharlto Copley sebagai Kruger
Alice Braga sebagai Frey
Diego Luna sebagai Julio
Wagner Moura sebagai Spider
William Fichtner sebagai John Carlyle

Director:
Merupakan feature film kedua bagi Neill Blomkamp setelah District 9 (2009).

W For Words:
Pada tahun 2009 yang lalu, Neill Blomkamp sukses mengangkat namanya sendiri lewat action sci-fi thriller District 9 yang meraup lebih dari seratus juta dollar untuk peredaran Amerika Serikat saja, terlepas dari bujet produksi yang hanya mencapai sepertiganya. Empat tahun kemudian ia kembali dengan genre serupa yang lebih menekankan sisi dramanya dengan setting yang jauh lebih futuristik. Salah satu aktor utamanya yakni Sharlto Copley dipertahankan meski bagi publik internasional jelas lebih tertarik pada nama besar Matt Damon dan Jodie Foster. I bet you too!

Tahun 2154, Bumi nyaris hancur dimana tinggal kaum miskin dan terpinggirkan yang tinggal di sana. Sedangkan golongan menengah ke atas hidup nyaman di Elysium dengan teknologi canggih yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit. Adalah Max de Costa, pekerja tambang tanpa sengaja terkena radiasi yang akan segera merenggut nyawanya. Ia bergabung dengan gang lokal demi mendapatkan akses ke Elysium dimana pejabat Departemen Pertahanan, Delacourt berkuasa atas bantuan agen kejam, Kruger. Sementara itu sahabat kecil Max, Frey juga bertekad menyembuhkan putrinya, Matilda yang didiagnosa mengidap kanker ganas.
Harus diakui skrip yang ditulis Blomkamp ini terlalu pretensius. Aspek dunia masa depan yang kompleks tidak sepenuhnya terjamah karena begitu banyak yang ingin disampaikan mulai dari cinta, pengkhianatan hingga konfrontasi. Pendekatan storytelling yang naratif berupaya dilakukan untuk memangkas detail tapi harus diakui tak sepenuhnya berhasil. Paruh pertama sibuk mengenalkan diferensiasi dua ‘planet’ sedangkan paruh kedua malah menghadirkan perebutan kekuasaan. Final act yang mengarah pada action juga terasa sedikit dipaksakan dalam waktu yang begitu minim.

Sebagai sutradara, Blomkamp melakukan upaya terbaiknya dengan ide inovatif dan kreatifitas tinggi seperti yang ditunjukkannya dalam District 9. Sayang ruang bermain dan juga ambisi yang berbeda tidak lagi sama hasilnya. Presentasi kondisi “2154” yang amat nyata dan kontradiksi jauh di atas rata-rata sci-fi sejenis dengan penggunaan spesial efek yang cukup belieavable. That’s why seeing it in IMAX version would be recommended. Dari sekuens fighting memang sedikit kedodoran karena minimnya senjata canggih ataupun jurus one-on-one yang memadai.
Copley lagi-lagi outstanding meski diberikan karakter antagonis. Setiap kemunculan Kruger di layar mampu menaikkan level film dengan tindak tanduknya yang brutal dan sifat anarkisnya. Damon dan Braga sesungguhnya bisa menciptakan chemistry yang lebih andaikan fokus film tidak melebar kemana-mana. Sebagai solo performer, keduanya terbilang tidak mengecewakan dalam menegaskan konflik emosi yang dihadapi masing-masing. Kekuatan peran Foster di paruh pertama sedikit cacat karena tidak ada latar belakang yang jelas akan tokoh Delacourt.

Terlepas dari segala kekurangannya, bagi saya Elysium tetap menjadi tontonan yang memuaskan karena varian karakternya yang menarik untuk dipelajari. Bagi yang tidak terpuaskan mungkin karena tersisa begitu banyak ruang kosong yang sebetulnya justru mampu melambungkan imajinasi. Coincidentally this is something a movie should provide for its viewers. Lupakan sejenak District 9 untuk bisa benar-benar melebur ke dalam dunia Elysium dengan ekspektasi seadanya. The idiocracy formula might not get this straight right away but further approach or even spin-off are on the cards.

Durasi:
109 menit

U.S. Box Office:
$57,562,417 till August 2013

Overall:
8 out of 10

Movie-meter:

Minggu, 11 Juli 2010

PREDATORS : Terjebak Pemangsa Planet Asing

Tagline:
The most dangerous killers on the planet... but this is not our planet.

Storyline:
Royce terbangun saat meluncur dari pesawat dan mendarat di sebuah hutan asing dengan parasut. Ia tidak sendiri karena segera bergabung gadis militer- Isabelle, tentara Rusia- Nikolai, criminal San Quentin- Stans; tokoh Serra Leoa- Mombasa; raja obat bius- Cuchillo; pria Yakuza- Hanzo dan Doctor Edwin. Mencoba mereka-reka apa yang sesungguhnya terjadi, sekelompok makhluk tak teridentifikasi mulai menyerang mereka. Berada di planet asing, Royce dkk harus bersatu untuk bertahan hidup dalam permainan mematikan.

Nice-to-know:
Proses syutingnya selama 53 hari dan oleh produser Robert Rodriguez dimaksudkan sebagai sekuel Predator (1987) dan Predator 2 (1990).

Cast:
Sebelum ini tampil dalam High School (2010), Adrien Brody bermain sebagai Royce
Mulai dikenal setelah mendampingi Will Smith dalam I Am Legend (2007), Alice Braga kali ini kebagian peran Isabelle
Laurence Fishburne sebagai Noland
Topher Grace sebagai Edwin

Director:
Nimród Antal paling dikenal saat menangani Luke Wilson dan Kate Beckinsale dalam Vacancy (2007).

Comment:
Saya bisa katakan ini adalah versi lain dari The Condemned (2007) dan Death Race (2008), hanya saja musuhnya diganti predator. Disesuaikan dengan kondisi terkini daripada berusaha setia dengan prekuelnya, produser Rodriguez seakan memberikan perspektif baru bagi franchise ini dengan memaksimalkan efek CGI dan MTV style. Hasilnya? Bagi anda penonton muda, mungkin tidak berkeberatan samasekali.
Sutradara Antal sepertinya tidak terlalu mementingkan strategi yang digunakan manusia versus predator ini. Terbukti segala senjata “kelebihan” predator tidak dimaksimalkan sedangkan para manusianya seperti diharuskan berkelompok untuk kemudian terbunuh satu persatu. Padahal “adu pintar” merupakan salah satu elemen menarik yang pernah diusung film Predator jaman dahulu.
Brody sebagai aktor utama disini terlihat menduplikasi Arnold dari segi fisik terbukti tubuh kurusnya seakan disulap menjadi gembung berotot. Saya tidak katakan ia bermain buruk disini tetapi imagenya memang lebih ke arah aktor pintar yang mengandalkan akting daripada fisik. Braga cukup meyakinkan karena terlihat maskulin dan tangguh, pantas rasanya ia sebagai ikon wanita satu-satunya dalam film ini. Sebaliknya Fishburne nyaris tidak kebagian peran berarti lewat beberapa menit kemunculannya. Gracepun masih kurang cocok untuk tampil kejam seperti itu. Sisanya seperti tidak teridentifikasi karena cast yang terlalu banyak dan tidak terfokus padahal mereka merupakan bintang-bintang berkualitas dalam list Hollywood.
Menurut saya, Predators versi baru ini lebih menyerupai permainan mortal kombat alias membunuh atau dibunuh terlepas dari ketidak seimbangan antara dua pihak yang bertikai. Bukankah itu yang menarik dimana yang kuat tidak selalu menang dan yang lemah tidak selalu kalah? Sebuah episode franchise tenar yang dibekali spesial efek canggih tapi tidak terlalu meyakinkan, lebih banyak dibantu dengan pencahayaan minim dan setting malam hari. Belum lagi dikombinasikan dengan plot cerita yang simpel tapi tidak sampai memberikan kreatifitas yang baru ataupun twist yang patut ditunggu di endingnya.

Durasi:
105 menit

U.S. Box Office:
$52,000,688 till Oct 2010

Overall:
6.5 out of 10

Movie-meter: