XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Sabtu, 09 November 2013

CARRIE : Revenge Ain't Always Best Served Cold

Quote:
Carrie White: The other kids, they think I'm weird. But I don't wanna be, I wanna be normal. I have to try and be a whole person before its to late.

Nice-to-know:
Adaptasi film pertama dimana tokoh Carrie benar-benar dimainkan oleh remaja, Chloe Grace Moretz yang berusia 15 tahun. Terdahulu Sissy Spacek dan Angela Bettis masing-masing berusia 26 tahun dan 28 tahun.

Cast:
Chloë Grace Moretz sebagai Carrie White
Julianne Moore sebagai Margaret White
Gabriella Wilde sebagai Sue Snell
Portia Doubleday sebagai Chris Hargensen
Alex Russell sebagai Billy Nolan
Zoë Belkin sebagai Tina
Ansel Elgort sebagai Tommy Ross


Director:
Merupakan feature film ketiga bagi Kimberly Peirce yang mulai angkat nama lewat Boys Don’t Cry (2006).

W For Words:
Carrie White adalah siswi SMU pemalu yang kesulitan bergaul. Dunianya hanya diisi oleh ibunya semata, Margaret White, wanita relijius berprofesi penjahit yang merasa terkhianati oleh cinta di masa lampau. Kejadian menstruasi pertamanya di toilet sekolah membuat Carrie jadi buah bibir sekaligus bahan celaan teman-temannya terutama siswi bermasalah, Chris Hargensen dan kekasihnya, Billy Nolan. Sue Snell yang merasa bersalah mengutus pacarnya Tommy Ross yang juga idola sekolah untuk mengajak Carrie ke prom night. Mimpi buruk pun dimulai dimana kekuatan telekinesis Carrie akan mengambil alih. 

Ada dua nama besar yang sudah membesarkan Carrie. Satu adalah Stephen King yang pertama kali mengangkat kisah fiktifnya ke dalam novel di tahun 1974 yang lantas menjadi best seller dan sudah diterjemahkan dalam berbagai bahasa di seluruh dunia. Dua adalah Brian De Palma yang sukses mengadaptasinya dengan bintang Sissy Spacek yang kemudian menerima nominasi Oscar pertamanya sebelum berjaya pada kesempatan berikutnya lewat Coal Miner’s Daughter (1980). Kini lebih dari tiga puluh tahun berlalu, MGM Pictures bekerjasama dengan Screen Gems dan Misher Films meremakenya dengan bekal yang menjanjikan dari tiga nama.

Pertama, Chloë Grace Moretz adalah the next big thing in Hollywood dengan kemampuan aktingnya yang terakreditasi. Walaupun banyak pihak yang mengatakan ia terlampau cantik untuk peran Carrie White, setidaknya usia gadis kelahiran 1997 ini benar-benar remaja saat syuting berlangsung. Pilihan yang terbukti tidak rancu karena saya benar-benar melihat transformasi dari korban tak berdaya menjadi pelaku berkuasa di sini, bukan hanya secara fisik tetapi juga segi emosionalnya yang cukup matang berbicara di layar.

Kedua, Julianne Moore adalah aktris kaliber Oscar dengan empat nominasi. Ia diyakini akan menjadi penyanding yang pas bagi Moretz. She performed great. Sisi lunatic psychotic nya terwujud nyata lewat setiap tindakan dan perkataannya. Sosok Kristen taat yang kerap menghubungkan segala sesuatunya dengan Tuhan dan iblis secara kontradiktif. Wilde dan Doubleday berhasil menempati posisi berseberangan secara brilian. Elgort juga terbilang likeable sebagai Tommy yang mulai terdistraksi oleh perasaannya sendiri. Greer juga mencuri perhatian sebagai pihak ketiga di sekolah, Ibu Desjardin yang juga pengajar olahraga.

Ketiga, Kimberly Peirce yang 14 tahun silam menghentak dunia dimana film yang ditulis dan disutradarainya sendiri, Boys Don’t Cry (1999) sukses menyabet Oscar baginya. Skrip yang ditulis oleh Lawrence D. Cohen dan Roberto Aguirre-Sacasa ini berupaya dimodernisasi dengan pemakaian ponsel berkamera dan media Youtube sebagai alat eksploitasi. Namun Peirce seakan menyandang beban berat apalagi harus berurusan dengan efek khusus yang terkadang bertentangan dengan spirit indie nya. Bagi saya apa yang dilakukannya secara detail dari awal sampai akhir masih terlalu episodik dibandingkan originalnya sehingga kerap terasa jumpy dan inconsistent.


Terlepas dari segala kekurangannya, remake Carrie yang satu ini tetap berhak mendapatkan spotlight yang diharapkannya. Tidak akan terlalu bersahabat bagi mereka yang mengenal betul versi originalnya tetapi lumayan menjanjikan bagi penonton ‘generasi baru’. Faktor kesetiaan dengan pendahulunya di departemen storytelling tampak berusaha diupgrade dengan tampilan visualnya yang lebih kekinian. Unsur gory dan violence yang diusungnya sedikit berpihak pada elemen horor dibandingkan thriller. For me it’s still haunting to see payback time where revenge ain't always best served cold.

Durasi:
100 menit

U.S. Box Office:
$34,050,775 till Nov 2013

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:

Tidak ada komentar: