XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label michelle pfeiffer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label michelle pfeiffer. Tampilkan semua postingan

Jumat, 11 Mei 2012

DARK SHADOWS : Hit And Miss With Less Self-Conscious Adaptation


Quotes:
Barnabas Collins: If a man can become a monster, then a monster can become a man.

Nice-to-know:
Kerjasama Tim Burton yang kedelapan dengan Johnny Depp, ketujuh dengan istrinya Helena Bonham Carter, kelima dengan Christopher Lee dan kedua dengan Michelle Pfeiffer.

Cast:
Johnny Depp sebagai Barnabas Collins
Michelle Pfeiffer sebagai Elizabeth Collins Stoddard
Helena Bonham Carter sebagai Dr. Julia Hoffman
Eva Green sebagai Angelique Bouchard
Jackie Earle Haley sebagai Willie Loomis
Jonny Lee Miller sebagai Roger Collins
Bella Heathcote sebagai Victoria Winters / Josette DuPres
Chloƫ Grace Moretz sebagai Carolyn Stoddard

Director:
Merupakan feature film ke-16 bagi Tim Burton yang pertama saya kenal lewat Edward Scissorhands (1990).

W For Words:
Film ini diadaptasi dari opera sabun siang hari di stasiun televisi ABC periode 1966-1971 berjudul sama. Namun daya tariknya jelas ada pada faktor Johnny Depp dan Tim Burton selaku aktor utama dan sutradara. Tentunya bukan perkara mudah saat penulis skrip Seth Grahame-Smith berupaya memadatkan 1.225 episode ke dalam versi layar lebar berdurasi 113 menit. Namun seperti yang sudah kita ketahui, seorang Burton biasanya amatlah visioner dalam menerjemahkan karya-karyanya yang cenderung gelap tersebut.

Tahun 1752, Joshua dan Naomi Collins berlayar dari Inggris ke Amerika Serikat untuk memulai hidup baru. Sayangnya kesuksesan yang diraih tak berlangsung lama ketika kutukan melanda keluarga mereka. Putranya Barnabas pun harus kehilangan kekasihnya sebelum dimanterai penyihir Angelique Bouchard sehingga menjadi vampir akibat kasih tak sampai. Dua abad kemudian, Barnabas berhasil lolos dari peti yang mengurungnya dan kembali ke Collinwood Manor dimana tinggal dua bersaudara Elizabeth dan Roger dengan anak-anak mereka Carolyn dan David serta Dr. Julia Hoffman dan pelayan Willie Loomis. Keadaan tak lagi sama dan Barnabas seakan mengulang takdirnya saat bertemu pengasuh Victoria Winters yang amat mirip dengan cinta lamanya Josette DuPres.

 
Harus diakui 30 menit pertamanya menampilkan humor yang kelam dan tajam. Narasi flashback semasa hidup Barnabas yang menggigit plus pengenalan tokoh-tokoh keluarga Collins masa kini yang super duper freak itu. Namun selepas itu sutradara Burton tampak kehilangan sentuhannya untuk mempertahankan film tetap berada dalam relnya. Semua tokoh seakan ingin memiliki “frame”nya sendiri dimana proses perjalanan ke arah sana tak cukup memadai untuk memberikan kesan kuat. Saya tidak heran karena terlalu banyak chapter untuk diceritakan disana-sini dari rangkaian kisah yang amat panjang.

Beruntung kolaborasi Burton dengan Rick Heinrichs tetap maksimal dengan desain produksi yang memukau. Collinswood Manor yang megah dengan dua ratus kamar dan berbagai sudut rahasianya divisualkan secara brilian. Tata rias dan kostum aktor-aktrisnya sukses menonjolkan kesan gothic dan sensasional sesuai karakteristik masing-masing. Alih-alih memperlihatkan perseteruan bisnis antara Angel Bay dan Collins Fishing Fleet and Cannery yang memadai, penonton justru disuguhkan making love scenes yang weird sekaligus fantastis diantara Barnabas dan Angelique! 

Film ini mengingatkan saya akan beberapa referensi film lawas klasik seperti Beetlejuice (1988), Death Becomes Her (1992), Blast From The Past (1999) hingga karya-karya Burton sebelumnya yaitu Edward Scissorhands (1990), Corpse Bride dan Charlie and the Chocolate Factory, keduanya rilis 2005. Pesona Depp sendiri masih terjaga lewat penampilan dingin, pucat menyeramkan sampai lugu, kuno menyedihkan seorang Barnabas Collins. Multiple relationships nya dengan Eva Green, Helena Bonham Carter dan Bella Heathcote sekaligus memberikan perspektif kejantanan egois seorang pria sambil menjaga pesona dan elegansinya.

Deretan pendukung yang punya nama dan penuh talenta membuat Dark Shadows mengusung beban yang berat. Tidak heran jika ekspektasi penikmat film dunia semakin tinggi karenanya. Saya pribadi masih bisa menikmatinya karena elemen cheesy but tasty berhasil dipertahankan sepanjang film, adopsi terbaik yang bisa dilakukan terhadap film adaptasi serial televisi uzur. Kesenangan menontonnya sendiri terbilang hit and miss, some works but some not! Film yang seharusnya disikapi dengan santai sambil mengaburkan sedikit kesadaran diri anda untuk bekerja lebih baik. Just like shadows themselves!

Durasi:
113 menit

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:
 

Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Sabtu, 07 Januari 2012

NEW YEAR’S EVE : Times Square Saksi Peristiwa Pergantian Tahun

Quotes:
Claire Morgan: Remember, second chances don't expire until midnight.


Storyline:
Kehidupan warga lajang dan berpasangan New York yang tengah menyambut detik-detik pergantian tahun di Times Square Garden yang dimeriahkan oleh band tenar, Jensen. Laura yang sibuk menyiapkan katering gala dinner. Sam yang terjebak setelah mobil yang ditumpanginya kecelakaan padahal kehadirannya untuk berpidato sudah ditunggu. Single mom Kim yang berusaha melindungi putri remaja kesayangannya Hailey yang sangat ingin merasakan ciuman pertamanya. Apakah malam tahun baru akan menyelesaikan semua konflik yang mendera mereka?

Nice-to-know:
Setelah membintangi Hairspray (2007) bersama Michelle Pfeiffer, Zac Efron jatuh cinta padanya dan mendapat kesempatan untuk mencium Pfeiffer dalam salah satu adegan di film ini merupakan alasan utama Efron menerima peran tersebut.

Cast:
Michelle Pfeiffer sebagai Ingrid
Zac Efron sebagai Paul
Robert De Niro sebagai Stan Harris
Halle Berry sebagai Nurse Aimee
Katherine Heigl sebagai Laura
Jon Bon Jovi sebagai Jensen
Ashton Kutcher sebagai Randy
Lea Michele sebagai Elise
Sarah Jessica Parker sebagai Kim
Abigail Breslin sebagai Hailey
Hilary Swank sebagai Claire Morgan
Josh Duhamel sebagai Sam

Director:
Sutradara berusia 77 tahun, Garry Marshall ini baru mengerjakan film layar lebar ke-17 nya yang diawali dengan Young Doctors In Love (1982).

Comment:
Perkara menulis skrip sebuah ensemble drama bagi Katherine Fugate tidaklah mudah, apalagi jika melibatkan lebih dari 100 aktor-aktris beken Hollywood untuk mengisi semua perannya baik besar maupun kecil. Tentunya hal ini merupakan nilai jual utama bagi penonton untuk turut menyaksikannya. Benang merah yang diuntai adalah malam perayaan menuju pergantian tahun dari 2011 ke 2012 yang mengambil setting di New York, kota terpopuler di Amerika Serikat.
Sutradara Garry Marshall pernah mengerjakan proyek serupa tahun lalu dalam judul Valentine’s Day (2010). Ia dengan adil membagi setiap karakter untuk “tampil” sesuai porsinya masing-masing, terlepas dari banyak atau sedikitnya kesempatan yang diberikan tersebut. Tak lupa, sentuhan kekuatan dramatisasi juga diberikannya yaitu cinta dan kasih sayang, baik antara orangtua-anak, suami-istri, suster-pasien bahkan dua orang berlawanan jenis yang belum saling mengenal pun satu sama lain.

Dua pasangan favorit saya kali ini adalah Paul dan Ingrid serta Randy dan Elise. Mengapa? Paul adalah tipe happy-go-lucky guy yang memancarkan aura positif, kontras dengan Ingrid yang ditakdirkan sebagai pecundang yang mengharuskannya bekerja di malam tahun baru. Bantuan Paul mewujudkan resolusi “tidak mungkin” Ingrid menjadi highlight yang unik disini. Lain lagi dengan Randy yang membenci malam tahun baru dan memilih menyendiri hingga nasib mempertemukannya dengan Elise yang optimis dan hangat kepribadiannya. Chemistry keduanya cukup natural dan beralasan.
Di luar kedua pasangan tersebut rasanya menyuguhkan konflik yang terlalu biasa. Contohnya Laura dan Jensen yang mencoba rujuk kembali. Atau Stan Harris yang mendekati ajalnya ditemani suster Aimee baik hati dimana keduanya sama-sama menantikan orang tercinta di malam tahun baru. Namun pasutri Schwab dan Byrne yang saling bersaling memperebutkan sejumlah uang juga memberikan kontribusi yang tidak kalah menarik terhadap konstruksi cerita.

Kelemahan terbesar film ini adalah detail dan logika. Begitu banyak peristiwa yang terjadi tentunya turut mengalihkan anda akan hal-hal kecil yang luput dari perhatian. Jika anda mau mencermati tentunya akan menemukan banyak kejanggalan. Sedangkan logika yang terabaikan adalah bagaimana para karakternya dapat bermobilitas dengan mudahnya di tengah kepadatan lalu lintas Times Square Garden tanpa memakan waktu samasekali. Nah, saya yakin anda pernah merasakan suasana malam tahun baru di jalanan ibukota masing-masing.
New Year’s Eve memang diawali dengan kekacauan dimana penonton dijejali satu demi satu problema yang dialami masing-masing karakternya yang silih berganti sibuk berlompatan di layar lebar. Beruntung memasuki pertengahan durasi, beberapa “sparks” berhasil dimunculkan untuk menghangatkan hati anda hingga mau peduli pada tokoh-tokohnya. Yang terpenting, Marshall mampu menekankan esensi dari pergantian tahun itu sendiri yang kerapkali dimanfaatkan orang untuk introspeksi diri dan membuat resolusi baru demi perbaikan kualitas hidup karena waktu memang tidak akan pernah bergerak mundur. Happy New Year 2012, everybody!

Durasi:
118 menit

U.S. Box Office:
$47,257,823 till Jan 2012

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent