Original title:
Saat po long 2
Nice-to-know:
Bukan merupakan prekuel ataupun sekuel walaupun masih dibintangi Wu Jing dan Simon Yam dengan karakter yang juga berbeda.
Saat po long 2
Nice-to-know:
Bukan merupakan prekuel ataupun sekuel walaupun masih dibintangi Wu Jing dan Simon Yam dengan karakter yang juga berbeda.
Cast:
Tony Jaa sebagai Chai
Jacky Wu sebagai Kit
Max Zhang sebagai Ko
Simon Yam sebagai Wah
Louis Koo sebagai Hung
Unda Kunteera Thordchanng sebagai Sa
Jun Kung sebagai Bill
Jacky Wu sebagai Kit
Max Zhang sebagai Ko
Simon Yam sebagai Wah
Louis Koo sebagai Hung
Unda Kunteera Thordchanng sebagai Sa
Jun Kung sebagai Bill
Director:
Merupakan film ke-13 bagi Cheang Pou-sui setelah The Monkey King (2014).
Merupakan film ke-13 bagi Cheang Pou-sui setelah The Monkey King (2014).
W For Words:
Para penikmat action Mandarin mungkin akan menyebutkan Saat po long alias Kill Zone (2005) jika ditanya salah satu film favoritnya sepanjang masa. Adalah Wilson Yip yang membesutnya jauh sebelum trilogy Ip Man yang legendaris tersebut. Satu dekade kemudian, 1618 Action Limited dan Abba Movies Co. Ltd. merilis sekuelnya meski tak lagi digawangi Yip dan juga sudah ditinggalkan oleh dua bintang besar Donnie Yen dan Sammo Hung. Jangan apatis dulu. Cobalah perlakukan film ini sebagai standalone. Reset mindset anda. Who knows you will love it even better.
Para penikmat action Mandarin mungkin akan menyebutkan Saat po long alias Kill Zone (2005) jika ditanya salah satu film favoritnya sepanjang masa. Adalah Wilson Yip yang membesutnya jauh sebelum trilogy Ip Man yang legendaris tersebut. Satu dekade kemudian, 1618 Action Limited dan Abba Movies Co. Ltd. merilis sekuelnya meski tak lagi digawangi Yip dan juga sudah ditinggalkan oleh dua bintang besar Donnie Yen dan Sammo Hung. Jangan apatis dulu. Cobalah perlakukan film ini sebagai standalone. Reset mindset anda. Who knows you will love it even better.
Setelah penyamarannya terbongkar dalam sebuah misi human trafficking yang
dilakukan oleh Hung, polisi Kit dijebloskan ke dalam penjara Thailand yang
dijaga oleh sipir Chai. Kedua orang berbeda jalur hidup tersebut memiliki
tujuan yang nyaris sama. Hung bertekad transplantasi jantung dari adiknya Bill
demi melanjutkan hidup, sedangkan Ko berniat mencari donor sumsum tulang
belakang untuk putrinya Sa yang menderita leukemia. Tak dinyana, kecocokan ada
pada Kit yang sedang diupayakan bebas oleh pamannya Wah. Pertalian nasib itu
kemudian harus dituntaskan dalam pertarungan klimaks berdarah.
Skenario Jill Leung dan Wong Ying ini terbilang ‘cheating’ dalam hal menjembatani komunikasi antar dua bangsa. Lihat bagaimana translator digital bahasa Mandarin dan Thailand yang begitu akurat. Atau pertukaran ‘emoji’ via ponsel yang di luar dugaan mampu memancing tawa penonton. Namun semua itu tertutupi dengan bangunan character arc yang solid dan variatif sehingga arah keberpihakan sudah jelas sejak menit awal tanpa harus dikacaukan dengan strukturisasi twist yang berlebihan. Setup berbagai adegan aksinya juga mulus dengan aksi reaksi yang wajar dari para tokohnya.
Sutradara Cheang seakan naik kelas beberapa tingkat di sini setelah The Monkey King (2014) yang mengecewakan itu.
Plot demi plot terjahit sempurna demi menciptakan rangkaian emosi yang tidak pernah
putus menuju konklusi epilog nya. Salute to editor David Richardson. Sekuens
fighting nya begitu apik dengan varian lokasi yang tak kalah menarik, mulai
dari penjara hingga gedung bertingkat mewah. Dukungan scoring music layaknya
orkestra klasik sekaligus sumbangsih suara Xie Zhongjie dan Kayla Dawn kian
memperkuat tone dan dramatisasi yang dibutuhkan.
Wu Jing yang dalam prekuelnya tidak mendapat spotlight memadai kali ini menunjukkan kharismanya sebagai martial arts star yang pantas dipuja. Sementara itu Tony Jaa yang sempat tenggelam usai kiprah cemerlangnya dalam Ong Bak (2003) seharusnya mendapatkan momentum kebangkitan lagi lewat peran Chai. Max Zhang memberikan impresi mendalam sebagai sipir Ko yang kejam dan tangguh. Sama halnya dengan Louis Koo yang mungkin tidak akan anda kenali di sini. Thordchanng sebagai Su yang bernasib malang justru tak jarang menjadi comic-relief.
SPL 2 yang diberi subjudul A Time For Consequences ini masih setia pada elemen unggulan yang ada pada pendahulunya yaitu pertukaran jurus berenergi tinggi. Namun jelas tidaklah tabu jika sebuah film action turut dilengkapi dengan cerita emosional yang menampilkan beraneka ragam hubungan antar manusia nan kompleks lengkap dengan penjabaran sifat-sifat dasarnya. Tinggalkan sejenak logika anda untuk bisa lebih menikmati suguhan yang begitu kental dengan hukum sebab akibat ini. Definitely one of the best action movies in recent years you wouldn’t want to miss. Ready for high-octane tension and rollercoaster emotion?
Durasi:
120 menit
120 menit