XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label agnes davonar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label agnes davonar. Tampilkan semua postingan

Selasa, 17 Januari 2012

MY LAST LOVE : Takdir Cinta Terakhir Rasa Bersalah

Quotes:
Angel: Gua punya pengalaman, orang yang paling gua kenal adalah orang asing buat gua.



Storyline:
2 tahun sudah, Angel menjalin cinta dengan Hendra. Namun musibah tragis tak dapat ditolak, Angel ditabrak oleh mobil mewah Martin yang melaju kencang. Dalam kekalutan, Martin malah melarikan diri dan memilih bercerita pada sahabatnya, Ferdy. Angel memang selamat tapi menderita kelumpuhan yang merenggut masa depannya termasuk Hendra yang memilih meninggalkannya. Sahabat dan sepupu Angel, Nadya dan Anton mengajaknya berlibur ke vila untuk menenangkan diri. Di sanalah Angel bertemu dengan Martin tanpa sengaja. Martin yang prihatin berupaya mengembalikan keceriaan dan kesehatan Angel kembali hingga tumbuh benih kasih di antara mereka. Akankah keduanya berkesempatan memiliki cinta terakhir masing-masing?


Nice-to-know:
Diproduksi oleh MD Pictures dimana gala premierenya diadakan di Studio XXI eX pada tanggal 17 Januari 2012.


Cast:
Evan Sanders
sebagai Martin

Donita
sebagai Angel

Ajun Perwira
sebagai Hendra

Rozie Mahally sebagai Ferdy
Caroline Elodie
sebagai Agnes

Jordi Onsu
sebagai Anton


Director:

Merupakan film pertama Nayato Fio Nuala di tahun 2012 ini.


Comment:

Cerita My Last Love yang kondang dari Agnes Davonar cukup membekas dalam ingatan saya karena menyentuh sanubari. Subjudulnya adalah kisah cinta gadis lumpuh dan pria penderita HIV. Namun apa yang terjadi sehingga Ery Sofid dan Agnes Davonar memutuskan untuk mengubah plot ceritanya sedemikian rupa. Apakah ini permintaan MD Pictures atau murni inisiatif dari seorang Nayato Fio Nuala? Jika ada dari anda sekalian yang mengetahui jawabannya, sudi kiranya untuk berbagi informasi.

Kapabilitas Donita untuk memerankan tokoh sendu tidak perlu diragukan lagi. Ia dapat menitikkan air mata dengan mudah apapun kondisinya. Karakter Angel di tangannya memang terasa mellow. Sayangnya proses melupakan Hendra begitu saja dan langsung mencintai Martin yang baru dikenalnya dalam waktu singkat terkesan terlalu mudah. Untungnya Caroline Elodie dan Jordi Onsu lumayan memberikan kontribusi sebagai sahabat-sahabat setianya yang kocak dan baik hati.


Evan Sanders pernah mempesona dalam Dealova (2006). Namun kefasihannya berakting dalam berbagai judul sinetron kejar tayang stasiun televisi lokal justru terbawa disini. Peran pesakitan memang cukup meyakinkan dibawakannya walaupun transisi dari pria muda bergaya hidup jetset tanpa komitmen cinta terasa mendadak. Nama Ajun Perwira yang mengisi peran Hendra seakan mendompleng ketenarannya yang meroket belakangan ini. Sedangkan Rozie Mahally yang kebagian tokoh Ferdy selama ini memang setia sebagai “pengikut” Nayato.

Berbagai kejanggalan juga patut dicermati dalam film ini. Tidak diceritakan faktor apa yang memungkinkan seseorang bisa sembuh dari kelumpuhan. Lantas menyaksikan Angel bisa dibonceng sepeda oleh Martin dengan gampangnya juga menimbulkan tanda tanya besar. Belum lagi keluarga Martin yang kaya raya secara materi tapi mempercayakan perawatan putra kesayangannya di rumah sakit kurang berkelas. Semua itu akan membuat anda mengernyitkan kening pertanda kebingungan.

Kinerja Nayato sebagai sutradara kali ini sedikit banyak mengingatkan saya pada Cinta Pertama (2007) yang bertemakan serupa. Salah satu bukti bahwa ia mampu membesut sebuah film yang melebihi standar rata-rata! Dramatisasinya tergolong pas tanpa memaksakan diri untuk terlalu cengeng. Berbagai momen menyentuh yang ada pun berhasil dimaksimalkan untuk membangkitkan simpati penonton akan kelangsungan hubungan Martin dan Angel yang tidak “sempurna” tersebut.

Tak dipungkiri, bagi saya My Last Love merupakan film terbaik Nayato dalam 5 tahun terakhir! Meskipun sesungguhnya saya mengharapkan eksekusi yang lebih setia pada ide originalnya yang lebih kompleks tersebut. Bagaimanapun juga tidak ada salahnya jika sesekali memberikan rekomendasi #KamisKeBioskop bagi Nayato kali ini. Suguhan keikhlasan dan ketulusan cinta situasi dari pemasangan Evan dan Donita yang sama-sama rupawan itu pada akhirnya menjadi nilai tambah tersendiri.

Durasi:
91 menit


Overall:
7 out of 10


Movie-meter:

Selasa, 05 Juli 2011

SURAT KECIL UNTUK TUHAN : Curahan Hati Melawan Kanker Ganas

Quotes:
Keke: Aku penasaran bagaimana aku akan dikenang nanti. Semuanya dikembalikan pada kalian..

Storyline:
Gita Sesa Wanda Cantika alias Keke adalah gadis belia 13 tahun yang lahir di keluarga berada dimana ayah ibu dan kedua kakak laki-lakinya sangat menyayanginya, belum lagi sahabat-sahabatnya yang memperhatikannya. Di sekolah, Keke juga jatuh hati pada Andy yang mencintainya dengan tulus. Di tengah-tengah persiapan pentas Rhytm & Blues, Keke tiba-tiba didiagnosa mengidap Kanker Jaringan Lunak alias Rhabdomyosarcoma pertama di Indonesia. Separuh wajahnya menjadi cacat hingga harus menjalani serangkaian kemotrapi dan radiasi hampir setahun lamanya dengan berbagai efek yang tidak menyenangkan bagi tubuhnya. Tak lama kemudian kesehatan Keke berangsur-angsur pulih. Namun saat sel-sel kanker itu kembali, Keke pun menyadari bahwa harapan hidupnya semakin menipis dan ia mungkin harus berusaha menyiapkan orang-orang terkasihnya untuk merelakan kepergiannya..

Nice-to-know:
Diangkat dari novel berjudul sama dan diproduksi oleh Skylar Pictures dimana gala premierenya diselenggarakan di Hollywood XXI pada tanggal 5 Juli 2011.

Cast:
Alex Komang sebagai Ayah Keke
Dinda Hauw sebagai Gita Sesa Wanda Cantika atau Keke
Esa Sigit sebagai Andy
Ranty Purnamasari
Dwi Andika
Egi John Foreisythe

Director:
Merupakan debut penyutradaraan bagi Harris Nizam yang sebelumnya duduk di bangku produser untuk Jinx (2009), Setan Facebook (2010) dan Tebus (2011).

Comment:
Pernah membaca novel atau menonton film berjudul Letters to God (2010) yang sempat edar di jaringan bioskop Blitzmegaplex akhir tahun 2010 itu? Jika jawabannya iya (seperti halnya saya) maka anda tidak akan asing lagi dengan yang satu ini. Diangkat dari novel online populer karya Agnes Davonar yang kemudian digubah skripnya oleh Beby Hasibuan untuk konsumsi layar lebar.
Segala kemiripan plot cerita hendaknya tidak lantas membuat anda berasumsi ini sebuah plagiatisme sebab kejadian nyata para pengidap kanker yang bermacam-macam jenisnya itu memang selalu terjadi di belahan bumi manapun juga. Anda diharapkan dapat membuka mata bahwa penyakit ini masih menjadi momok yang amat menakutkan bagi siapapun yang mengalaminya baik secara langsung ataupun tidak. Tingkat kesembuhannya pun masih sulit diprediksi.
Akting Dinda patut diacungi jempol. Kerelaannya membotaki rambut plus kewajarannya meneteskan air mata mampu membangkitkan simpati penonton yang terharu akan cobaan berat yang dialaminya. Alex Komang seperti biasa bermain lepas sebagai sang ayah yang perfeksionis, terima kasih pada sepuhan hitam rambut yang membuatnya terlihat sedikit muda disini. Sedangkan karakter-karakter lain di luar keduanya hanya sebatas bermain aman saja terlepas dari keterbatasan eksplorasi.
Sutradara Harris memang masih terlihat kurang piawai dalam menguasai teknis pengambilan gambar ataupun pemotongan adegan. Banyak sekali detail penting yang terlewat olehnya sehingga berbagai esensi penyampaian terhadap penonton menjadi lenyap begitu saja. Sayang sekali untuk film yang mengandalkan kekuatan dramatisasi seperti ini. Meski demikian usahanya mengarahkan aktor-aktris yang nyaris baru semuanya itu tidaklah terlalu buruk.
Konsistensi penyajian masalahnya terkesan turun naik. Jujur saja saya lebih merasa terharu dalam 40 menit pertama saat tokoh Keke didiagnosa kanker stadium tiga. Selepas itu film terombang-ambing dalam konflik-konflik tambahan yang timbul tenggelam begitu saja seperti penyebab perceraian ayah-ibu Keke, disfungsi hubungan kakak-kakak Keke dsb. Menjelang penutupan, rasa haru memang berusaha dihadirkan lagi tapi rasanya sulit memaksakan diri untuk menitikkan air mata sebagai indikasi klimaks drama yang berhasil.
Terlepas dari segala kekurangannya yang demikian kentara, Surat Kecil Untuk Tuhan sebaiknya tetap diapresiasi akan usahanya memfokuskan diri pada karakter Keke saja. Bagaimanapun juga ia hanyalah seorang remaja putri yang tetap bersemangat menjalani hari-hari terakhirnya walau tahu harapan hidupnya semakin sirna. Untuk sejenak biarkan hal tersebut menginspirasi anda yang jauh lebih beruntung karena masih dapat melakukan upaya terbaik bagi orang-orang terdekat di sekitar anda.

Durasi:
105 menit

Overall:
7 out of 10

Movie-meter: