Sutradara:
Andreas Linke melakukan pendekatan yang cukup baik dalam menyutradarai film bencana. Usahanya cukup serius untuk menampilkan yang terbaik yang bisa dilakukan untuk hasil yang maksimal.
Storyline:
Ilmuwan meramalkan bahwa Jepang akan tenggelam dalam waktu kurang dari 40 tahun karena patahan tektonik di bagian barat. Namun Dr. Tadokoro berpendapat lain karena berdasarkan perhitungan teamnya yang juga beranggotakan Toshiro, hal tersebut akan terjadi dalam 338 hari! Dr. Tadokoro memperingati Perdana Menteri Yamamoto yang kemudian membentuk departemen baru untuk menangani bencana yang dipimpin oleh Saoro Takamori. Didera gempa bumi, tsunami, letusan gunung merapi, Jepang mungkin menunggu waktunya untuk kiamat..
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Dentsu, J Dream, S.D.P., Sedic, Shogakukan, Toho Company serta didukung oleh MBS dan TBS
Cast:
Pernah membintangi salah satu horor legendaris Jepang yaitu One Missed Call (2003), Kô Shibasaki bermain sebagai Reiko Abe
Tsuyoshi Kusanagi sebagai Toshio Onodera
Etsushi Toyokawa sebagai Yusuke Tadokoro
Mao Daichi sebagai Saori Takamori
Mitsuhiro Oikawa sebagai Shinji Yuki
Director:
Shinji Higuchi sebelumnya berpengalaman menggarap serial televisi Fushigi no umi no Nadia (1990-1991).
Comment:
Kerapkali kita saksikan film-film bencana sebelumnya produksi Hollywood ataupun beberapa di antaranya dari Eropa. Bagaimana dengan Asia sendiri? Setidaknya kali ini Jepang mencoba peruntungannya dengan bujet yang tentu saja tidak sedikit. Tidak sepenuhnya dapat dikatakan bencana, lebih merupakan ancaman kehancuran seantero negeri Sakura yang disebabkan oleh alam itu sendiri. Siapa yang dapat memprediksi kiamat?
Sutradara Higuchi melakukan usaha terbaiknya untuk meremake film berjudul sama di tahun 1973. Tentunya perkembangan teknologi sudah jauh lebih baik di masa sekarang ini sehingga spesial efek dapat ditampilkan dengan lebih megah dan realistis. Hal ini kemudian bercampur aduk dengan latar belakang ilmiah, aksi reaksi Pemerintah dan tidak lupa sekawanan orang biasa yang berjuang demi hidup dan matinya.
Castnya menawarkan begitu banyak nama-nama tenar di dalamnya yang kebanyakan tidak dikenal di luar Jepang sendiri. Namun Kusanagi dan Shibasaki bermain amat maksimal dengan daya pikat masing-masing yang dilengkapi dengan esensi kemanusiaan yang sangat kental. Beberapa scene bisa jadi membuat anda terharu melihat perjuangan mereka yang bahkan harus mengorbankan nyawanya sendiri demi menyelamatkan banyak orang.
Suasana yang dihadirkan sepanjang film memang dominan dengan kemurungan, didukung dengan pewarnaan, pencahayaan dan pengambilan gambarnya. Agak terlalu monoton untuk film yang berdurasi di atas 2 jam ini sehingga bisa jadi membosankan bagi penonton yang menantikan kejutan-kejutan berarti. Namun saya ingatkan sekali lagi bahwa ini bukanlah produksi Hollywood dan sudah menjadi ciri khas film Jepang yang rata-rata bertempo lambat dengan detail yang teramat cermat.
Sinking Of Japan memang murni sebuah fiksi drama yang berkualitas cukup baik dengan beberapa sisi emosional yang berusaha disampaikan. Namun sayangnya masih miskin elemen-elemen yang dapat mempertahankan minat dan intensitas penonton untuk benar-benar dapat menyelami konflik dan esensi yang ingin disampaikan pembuatnya. Membayangkan Jepang terhapus dari peta dunia mungkin jadi satu-satunya alasan anda mau menyaksikan yang satu ini.
Durasi:
135 menit
Overall:
7 out of 10