XL #PerempuanHebat for Kartini Day

THE RING(S) : A short movie specially made for Valentine's Day

Tampilkan postingan dengan label willem dafoe. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label willem dafoe. Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Mei 2012

THE HUNTER : Misi Spiritual Perburuan Langka

 
Quotes:
Jack Mindy: So you can imagine when he arrived a few years back, he was about as popular as a snake in a sleeping bag.

Nice-to-know:
Terpilih oleh Magnolia Pictures untuk pendistribusiannya di Amerika Serikat pada tahun 2012 ini setelah melakukan world premiere nya di ajang Toronto Film Festival 2011.

Cast:
Willem Dafoe sebagai Martin David
Sam Neill sebagai Jack Mindy
Frances O'Connor sebagai Lucy Armstrong
Morgana Davies sebagai Sass Armstrong
Maia Thomas sebagai Shakti

Director:
Daniel Nettheim sebelumnya lebih banyak menangani serial televisi.


W For Words:
Ada yang pernah membaca buku keluaran tahun 2006 berjudul "Carnivorous Nights: On the Trail of the Tasmanian Tiger" milik Margaret Mittelbach dan Michael Crewdson? Perjuangan menemukan hewan langka yang sukses membuat para peneliti American Museum of Natural History di Manhattan penasaran tersebut kemudian ditulis dalam bentuk novel oleh Julia Leigh dan skrip oleh Alice Addison berdasarkan rekaan dari Wain Fimeri ini.
Seorang penembak jitu bernama Martin David ditugaskan oleh sebuah perusahaan biokimia misterius Eropa untuk berburu spesies terakhir harimau Tasmania. Demi memuluskan rencananya, Martin ditemani oleh ahli sains Jack Mindy dalam mengenali alam sekitar. Martin juga menyewa pondok tua milik Lucy Armstrong dengan putra-putrinya Bike dan Sass untuk beristirahat. Interaksi dengan orang-orang baru di alam yang masih asing baginya itu membuat Martin terpacu untuk menemukan targetnya dalam keadaan hidup.

Willem Dafoe adalah seorang aktor watak yang selalu memperlihatkan kelas akting tersendiri walaupun harus berperan stand alone disini. Karakter Martin David di tangannya mampu menyeimbangkan naluri tajam seorang pemburu profesional dengan kehangatan seorang family man secara simultan. Perubahan demi perubahan yang terkadang ekstrim itulah yang membuat film ini berjalan menarik karena rasa kemanusiaan Dafoe selalu diuji lewat rangkaian peristiwa tak terduga.
Sutradara Nettheim menyajikan sinematografi alam Australia sebagai panggung yang indah dan asri. Hutan yang sepi tetapi penuh jebakan alami itu jadi ajang bermain Martin David yang betah menghabiskan waktu berjam-jam untuk meneliti, mempelajari dan beraksi sesuai kepentingan. Konflik kepentingan antara pendatang dan penduduk lokal memang selalu menjadi isu tersendiri, tanpa terkecuali dalam film ini meski tak sampai mempengaruhi konflik utama secara berlebihan.

Menilik secara keseluruhan, The Hunter bukanlah thriller yang mampu memuaskan penonton karena dibutuhkan kesabaran dan pemahaman yang mendalam akan karakter Willem Dafoe yang kompleks tersebut. Sayangnya ending tragisnya seakan berupaya mengkhianati karakteristik Martin David yang sudah terbangun sejak awal tanpa penjelasan yang memadai. Saran saya, nikmati saja eksplorasi alam Australia selama lebih kurang 100 menit. Bayangkan jika anda benar-benar berada di sana dan bertindak sebagai sosok Martin David rekaan anda sendiri.

Durasi:
100 menit

U.S. Box Office:
$158,219 till May 2012


Overall:
7 out of 10


Movie-meter:
 

Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Rabu, 14 Maret 2012

JOHN CARTER : We’ve Been In Barsoom Before


Quotes:
Tars Tarkas: When I saw you, I believed it was a sign... that something new can come into this world.

Nice-to-know:
Bisa jadi pemegang rekor terlama adaptasi film dari buku yaitu 79 tahun dimana. “A Princess of Mars” karya Edgar Rice Burroughs pertama kali muncul pada tahun 1931.

Cast:
Taylor Kitsch sebagai John Carter
Lynn Collins sebagai Dejah Thoris
Samantha Morton sebagai Sola
Willem Dafoe sebagai Tars Tarkas
Thomas Haden Church sebagai Tal Hajus
CiarĂ¡n Hinds sebagai Tardos Mors

Director:
Merupakan film non animasi pertama bagi Andrew Stanton yang terakhir mencatat sukses besar lewat WALL●E (2008).

W for Words:
Mudah-mudahan pihak Disney tidak pernah menyesali keputusan mereka menunda proyek ini yang sedianya menjadi film pertama mereka di awal tahun 1930an sebelum akhirnya disalip oleh Snow White and the Seven Dwarfs (1937). Rentang waktu yang jauh itu lantas memunculkan judul-judul seperti Flash Gordon (1980), Red Planet (2000), Journey To The Center Of The Earth (2008) hingga Avatar (2009) yang mengambil tema serupa dengan genre yang juga tak jauh berbeda yaitu action, thriller, adventure, science fiction dsb.
Pensiunan tentara Amerika, John Carter dikirim ke planet Mars. Pertemuannya dengan Tharks, bangsa barbar berkulit hijau dengan tinggi badan 12 kaki membuatnya sadar bahwa ia memiliki kekuatan di luar manusia biasa seperti melompat jauh ataupun bergerak cepat. Perseteruan dengan Martians yang berkulit merah yang dipimpin oleh Zodanga membuat John Carter berada di tengah-tengah. Namun ketertarikannya dengan Princess dari Helium yang terlibat perjodohan politik meyakinkan John Carter untuk bertindak mengikuti kata hati dan perjuangan yang diyakininya.

Taylor Kitsch terbilang cukup meyakinkan dengan postur tegap yang terlihat alami sebagai sang figur utama John Carter. Sayangnya karisma Kitsch sedikit tertutupi setiap kali berbagi layar dengan Lynn Collins yang tampil seksi dengan kostum yang menonjolkan dada dan pahanya itu tapi tidak mengurangi kesan bahwa ia puteri yang memiliki hati baja dan kemampuan bertarung yang cekatan. Keduanya diperkuat juga oleh nama-nama lain yang tampil gemilang mulai dari Willem Dafoe sebagai Tars Tarkas, Samantha Morton sebagai Sola, Mark Strong sebagai Matai Shang atau Thomas Haden Church sebagai Tal Hajus.
Sutradara Stanton tampaknya mengikuti jejak koleganya di Pixar yaitu Brad Bird yang mencatat sukses lewat live-action movie pertamanya di penghujung 2011 lewat Mission Impossible: Ghost Protocol. Menggarap sebuah film sains fiksi dewasa yang bisa dinikmati oleh anak-anak/remaja memang tidak mudah sehingga aspek kekerasan di dalamnya wajib diminimalisir tanpa harus mengurangi action yang membuat anda tetap terjaga di kursi masing-masing. Sayangnya pengalaman dalam animasi berpengaruh secara positif dan negatif disini. Positif karena ia tidak terlalu mengandalkan efek CGI untuk mengeksekusi setiap adegannya sekaligus negatif karena ia kurang memperhatikan karakterisasi para tokohnya yang sedikit under-developed tersebut.

Spesial efek yang digunakan memang jawara karena mampu menghadirkan visualisasi yang mengagumkan, menjaga mata anda untuk tetap segar selama dua jam lebih dengan elemen 3D yang membuat obyek-obyek seakan bermunculan. Scoring music unik milik Michael Giachinno juga menghantui audiens sekaligus menegaskan kemisteriusan planet Mars dan koloni yang mendiaminya. Sedangkan editing dari Eric Zumbrunnen tergolong mulus dalam mendukung narasi penceritaan yang masih bergaya lawas.
Tak dipungkiri, John Carter adalah sebuah film petualangan yang lama ditunggu oleh para pecinta tulisan Edgar Rice Burroughs yang terbukti telah menginspirasi berbagai generasi di bawahnya. Salah satu film yang paling ditunggu di tahun 2012 ini nyatanya memiliki adegan aksi yang jauh lebih menarik dibandingkan dramatisasi yang dipresentasikan dengan tempo lambat di paruh pertama film. Sinematografi yang memikat menstimulasi tampilan visual yang kuat, tidak sia-sia jika bujet sebesar 250 juta dollar dihabiskan untuk porsi ini termasuk menampilkan pertarungan kapal Martians di udara lengkap dengan semua peradabannya. Kehadiran sang anjing monster yang lincah dan setia itu menjadi highlight tersendiri. Semua kelebihan yang dimiliki disini nyaris sia-sia karena deskripsi yang saya sebutkan di paragraf pertama di atas. Yeah, you will not feel that expected excitement because we’ve been in Barsoom (Mars) before in those previous cult movies!

Durasi:
132 menit

U.S. Box Office:.
-

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:


Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent

Rabu, 05 Mei 2010

DAYBREAKERS : Dunia Futuristik Vampir Haus Darah

Quotes:
Edward Dalton: Is this place safe?
Elvis: Living in a world where vampires are the dominant species is about as safe as bare backing a 5 dollar whore.

Storyline:
Kurang lebih 10 tahun dari sekarang, populasi dunia akan dikuasai kaum vampir yang mengonsumsi darah manusia selayaknya kopi ataupun wine. Namun umat manusia yang tersisa 5% harus bertahan hidup dengan bersembunyi atau menjadi supply khusus di peternakan masal. Adalah Dr. Edward Dalton, seorang vampir hematologi yang bekerja di sebuah perusahaan farmasi berusaha menciptakan darah tiruan untuk menggantikan darah asli yang sudah semakin langka itu. Saat Edward bertemu kawanan manusia yaitu Audrey dkk, ia mulai tertarik untuk kembali menjadi manusia. Keputusan yang tidak mudah karena akan melibatkan banyak pihak yang kontra dengannya.

Nice-to-know:
Pembuat film ini menyelenggarakan contest di Worth1000.com untuk mencari pemenang foto hasil manipulasi mengenai bagaimana dunia akan terlihat jika setiap orang menjadi vampir.

Cast:
Peran Edward Dalton disini merupakan 1 dari 4 film yang dibintangi Ethan Hawke sepanjang 2009 selain Staten Island, Brooklyn’s Finest dan New York, I Love You.
Lebih banyak membintangi serial televisi sebelumnya termasuk Love My Way (2004-2007), Claudia Karvan bermain sebagai Audrey Bennett
Willem Dafoe sebagai Lionel 'Elvis' Cormac
Sam Neill sebagai Charles Bromley
Michael Dorman sebagai Frankie Dalton

Director:
Michael dan Peter Spierig sebelumnya menangani Undead (2003) yang cukup mencuri perhatian saat ditayangkan di beberapa festival internasional.

Comment:
Pertama-tama harus saya tegaskan bahwa ini bukan film vampir biasa. Premisnya diputar 360 derajat dimana kaum vampir sebagai mayoritas sedangkan umat manusia sebagai minoritas. Sudut pandangnya sendiri bergantian dimana pihak baik dan jahat ada di kedua belah pihak.
Tiga aktor utamanya dapat dikatakan memberikan imej yang berbeda-beda. Hawke sebagai tipikal superhero Edward yang selalu bersikap optimistik. Neill sebagai villain Charles yang rela melakukan apa saja untuk mempertahankan dunia sesuai keinginannya. Dafoe sebagai Elvis yang bergaya country dengan busur panah di tangannya. Sedangkan aktris Karvan yang sepintas mirip Famke Janssen membawakan tokoh Audrey dalam semangat feminisme satu-satunya disini.
Sutradara Spierig bersaudara menghadirkan sinematografi yang menjanjikan dimana perpaduan warnanya begitu kontras. Dunia siang dan malam kaum vampir memberikan nuansa yang berbeda. Semua didominasi warna biru yang dibiaskan sedemikian rupa hingga berbaur dengan kegelapan yang diinginkan. Penggunaan spesial efek CGI juga turut memberikan nilai plus tersendiri.
Pergantian sudut pandang baik-jahat memang terkadang membingungkan anda. Dan pada awalnya mungkin agak sulit mengidentifikasi tokoh tertentu berada di pihak yang mana. Meski demikian editing yang dilakukan Matt Villa beserta konsistensi visual dari Ben Nott teramat membantu visi anda memasuki dunia futuristik yang kelam tersebut.
Daybreakers tidak lupa melengkapi konsep action thriller nya dengan pelbagai adegan sadis yang diperlihatkan secara meyakinkan baik terbunuh dengan berlumuran darah ataupun terbakar sinar matahari dengan berhamburan api. Film ini jelas di atas rata-rata standar film sejenis semisal franchise Blade. Meskipun di paruh awal terasa sangat menjanjikan, paruh keduanya juga tidak mengecewakan dengan originalitas yang tinggi.

Durasi:
95 menit

U.S. Box Office:
$29,975,979 till Feb 2010

Overall:
7.5 out of 10

Movie-meter:
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent