Quotes:
Dapunta: Dapun ingin sekolah, Pak. Dapun nak kuliah..
Storyline:
Siswa SMA cerdas, Dapunta tinggal di Lahat menjelang kelulusannya sangat berambisi untuk meneruskan ke bangku kuliah. Sayangnya niat baik itu ditentang sang ayah yang lebih mengarahkannya menjadi penerusnya sebagai pemimpin Bajing Loncat di kampung mereka, belum lagi ibunya yang sakit-sakitan hingga membutuhkan biaya pengobatan. Pak Damar dan Pak Ferdi yang melihat potensi Dapunta berusaha melakukan segala cara agar muridnya itu mampu menerima beasiswa. Dapunta dibantu oleh kekasihnya, Nyimas dan sahabatnya, Husni harus bersaing dengan Yusuf di segala bidang termasuk keunggulannya sebagai pelari tercepat sekaligus membuka pintunya untuk kesempatan emas yang membentang. Akankah mimpi tersebut dapat diraih?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Putaar Production dengan didanai oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dimana gala premierenya diadakan di Gandaria XXI pada tanggal 31 Oktober 2011.
Cast:
Qausar Harta Yudana sebagai Dapunta
Lukman Sardi sebagai Pak Damar
Agus Kuncoro sebagai Ferdy
Mathias Muchus sebagai Ayah Dapunta
Wanda Hamidah sebagai Bunda Dapunta
Siti Helda Meilita sebagai Nyimas
Giorgino Abraham sebagai Yusuf
Director:
Merupakan debut penyutradaraan Hestu Saputra, jebolan Dapur Film yang dibantu oleh Hanung Bramantyo.
Comment:
Cerita di balik layar yang berhasil saya kumpulkan dari berbagai narasumber, proyek film ini memang seperti “Sangkuriang”. Siapapun yang terlibat di dalamnya bisa jadi menggali kuburannya sendiri dikarenakan waktu yang begitu singkat dan tuntutan yang begitu besar dari penyumbang dana produksinya. Cukup mengejutkan melihat nama sekaliber Hanung Bramantyo tercantum dalam credit title apapun jabatannya disitu.
Penulis skrip Ben Sihombing terlalu banyak memasukkan elemen dalam film ini, setidaknya ada 3 yang paling utama yaitu:
1. Bajing loncat, tidak jelas digambarkan sebagai antagonis/protagonist.
2. Pendidikan, isu kelas gratis dan jatah beasiswa.
3. Olahraga, pelari jarak dekat untuk kompetisi.
Kesemuanya itu masih dibaurkan lagi dalam tema persaingan, persahabatan, pelatihan, dedikasi, cinta, kekeluargaan dari keseluruhan tokoh-tokohnya yang juga amat variatif dan sama kuatnya. Interaksi antara Dapunta dan sobat-sobatnya, ayah Dapunta dengan kawanan bajing loncatnya, guru Pak Damar dengan kepsek dan rekan-rekannya serta berbagai hubungan linier lainnya turut andil dalam menjungkir balikkan logika penonton yang kelelahan mengikutinya.
Mathias Muchus dan Lukman Sardi adalah dua nama besar di perfilman Indonesia. Keduanya memiliki peran penting terhadap sang tokoh utama yang dihidupkan dengan natural dan cukup maksimal oleh Qausar. Sayangnya tidak terlihat proses Ayah ataupun Pak Damar menginspirasi Dapunta secara tegas karena kurang fokusnya karakterisasi yang berusaha dibangun. Agus Kuncoro, Wanda, Siti Helda, Giorgino pun seakan hanya numpang lewat menciptakan riak-riak kecil dalam problematika yang ada.
Sutradara debutan Hestu Saputra bekerja di bawah supervisi Hanung Bramantyo. Sinematografi yang dihasilkan justru terkesan terlalu dinamis, terasa sekali perbedaan kinerja kamera di siang dan malam hari. Penceritaan sekolah (pendidikan Dapunta) dan hutan (penempaan ayah Dapunta) terasa seperti dua alam yang berbeda. Tata musiknya sebenarnya sudah mewakili daerah Sumatera Selatan, hanya saja penempatannya agak dipaksakan sehingga gagal membangun feel yang diharapkan.
Benang kusut yang hadir selama satu setengah jam pun akhirnya dituntaskan dalam 10 menit terakhir, seakan dimasukkan ke dalam lubang hitam begitu saja. Propaganda Pemprov dalam menggelorakan semangat Sea Games ke-26 di Palembang pun mengubah arah endingnya tanpa rasa dosa sekalipun. Semakin mengaburkan kualitas Pengejar Angin secara keseluruhan yang sudah kehilangan identitasnya sejak menit awal. Yang tersisa hanyalah aspek-aspek comotan dari berbagai film yang sudah-sudah hingga sukses membuat penontonnya berhalusinasi. Untuk apa susah-susah dikejar, angin yang sebatas lalu itu ternyata cuma mampu meninabobokan.
Durasi:
101 menit
Overall:
6.5 out of 10
Movie-meter:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar