Tagline:
Would you cross the lines for vengeance?
Storyline:
Melewatkan pesta bersama teman-temannya, Laura Gerard secara brutal diperkosa oleh seorang pria di dalam mobilnya sendiri. Cedera fisik dan trauma tersebut memang hilang setelah terapi 6 bulan. Namun sang suami, Will Gerard tidak tinggal diam terlebih setelah seorang pria misterius bernama Simon menawarkan diri untuk menghabisi sang pelaku. Tanpa sadar, Will terjerat “permainan” sindikat luas New Orleans yang memiliki aturan mainnya sendiri untuk membereskan kejahatan. Berhasilkah suami istri tersebut mendapatkan ketenangan hidup mereka kembali?
Nice-to-know:
Diproduksi oleh Endgame Entertainment, Maguire Entertainment dan Ram Bergman Productions mengambil setting di New Orleans, Louisiana, L.A.
Cast:
Bermain di satu dari 4 filmnya di tahun 2011 setelah Drive Angry, Nicolas Cage berperan sebagai Will Gerard
Sama sibuknya dengan Cage, ini adalah film ke-3 setelah X-Men : First Class di tahun 2011 bagi January Jones yang bermain sebagai Laura Gerard
Jennifer Carpenter sebagai Trudy
Guy Pearce sebagai Simon
Harold Perrineau sebagai Jimmy
Xander Berkeley sebagai Lieutenant Durgan
Jason Davis sebagai Leon Walczak / Alan Marsh
Director:
Merupakan film ke-19 bagi sutradara kawakan Roger Donaldson yang mengawali film perdananya Sleeping Dogs (1977).
Comment:
Masih ingat konsep tindak kejahatan yang tidak diganjar dengan hukum setimpal hingga sang tokoh utama harus turun tangan sendiri mencari keadilan dalam sebuah film? Saya sebutkan salah satu judul yang paling anyar adalah Jodie Foster dalam The Brave One (2007). Setidaknya film ini terlihat di awal memiliki arah yang sama. Selebihnya? Jangan terlalu cepat menarik kesimpulan karena masih ada berbagai twist dari cerita yang direkayasa oleh Todd Hickey dan Robert Tannen ini.
Nic Cage lagi-lagi bermain sebagai one man show. Bedanya ada garis lurus yang bisa ditarik dari interaksi menarik karakter Will dengan orang-orang di sekitarnya, sebut saja sang istri-Laura, sahabatnya-Jimmy, penolongnya-Simon hingga kepala polisi yang menyelidikinya-Durgan. Apa yang dilakukan Cage mungkin mengingatkan kita pada tipikal film Liam Neeson. Namun harus saya akui, Cage mampu menarik simpati penonton sejak awal dan tidak membosankan samasekali seperti diduga sebelumnya.
Karakter-karakter lain di luar Will memang tidak banyak mendapat kesempatan yang cukup tetapi sudah mampu menerjemahkan maksud dan tujuan skenario tersebut. Jones terlihat tegar sebagai istri yang mengalami musibah sebelum bangkit berdiri bahkan mampu menjaga dirinya sendiri. Saya nyaris tidak mengenali sosok Pearce yang botak sebagai Simon yang keji dan merasa berkuasa dalam organisasi itu. Davis lumayan mencuri perhatian walau muncul sejenak sebagai jurnalis kriminal yang misterius.
Sutradara Donaldson memvisualkan kota New Orleans dengan baik sebagai setting lokasi, lengkap dengan kultural Mardi Gras di bagian pembuka hingga insiden Badai Katrina tak lama setelahnya. Berbagai adegan aksi termasuk kejar-kejaran dan kebut-kebutan mobil yang disuguhkan mungkin tidak sampai taraf luar biasa tetapi cukup mempertahankan animo penonton mengikuti kiprah pasangan guru sekolah dan pemain biola orchestra yang sangat “biasa” itu.
Seeking Justice sepintas terlihat seperti action lawas yang tidak menawarkan hal-hal baru. Namun percayalah dengan sedikit twists dan turns cerita, film ini cukup sepadan untuk diikuti selama satu setengah jam lebih. Pada akhirnya memang kembali pada bumbu tipikal yaitu pengkhianatan dan penyelesaian berdarah di tingkat kekuatan yang tertinggi. Kejahatan seringkali berada di luar kendali tetapi apakah “main hakim sendiri” adalah solusi yang tepat bagi penduduk sipil seperti kita? Think again!
Durasi:
105 menit
Europe Box Office:
€351,788 in Italy till Sep 2011
Overall:
7.5 out of 10
Movie-meter:
Notes:
Art can’t be below 6
6-poor
6.5-poor but still watchable
7-average
7.5-average n enjoyable
8-good
8.5-very good
9-excellent
Tidak ada komentar:
Posting Komentar